Agustus di Indonesia bukan cuma soal diskon kemerdekaan di e-commerce. Lebih dari itu, ini adalah bulan di mana semangat Merah Putih berkibar lebih tinggi dari biasanya. Tapi, pernahkah kita bertanya, di era scrolling tanpa henti ini, bagaimana cara terbaik membangkitkan rasa nasionalisme? Jawabannya mungkin ada di sebuah desa kecil di Bekasi.
Semangat Merah Putih: Lebih dari Sekadar Bendera Raksasa
Di Desa Rengasbandung, Bekasi, sekelompok anak muda melakukan sesuatu yang luar biasa: membentangkan bendera Merah Putih sepanjang satu kilometer. Bayangkan, satu kilometer! Mungkin lebih panjang dari feed Instagram kamu selama seminggu. Bendera ini membentang di atas rumah-rumah, menjahit kebersamaan dan semangat gotong royong dalam setiap helainya.
Kegiatan ini bukan cuma sekadar pamer. Ini adalah upaya nyata untuk menghidupkan kembali nilai-nilai nasionalisme, sebuah panggilan dari masa lalu yang relevan hingga hari ini. Inisiatif ini mengingatkan kita pada pesan Bung Karno tentang peran penting pemuda dalam membangun bangsa. Bukan sekadar selfie dengan caption patriotik, tapi aksi nyata yang berdampak.
Lantas, kenapa sih ini penting? Di era globalisasi dan media sosial, identitas nasional seringkali tergerus. Budaya asing masuk dengan derasnya, kadang membuat kita lupa akan akar kita sendiri. Membentangkan bendera raksasa, memasang umbul-umbul, dan menghias kampung adalah cara visual untuk mengingatkan diri sendiri dan orang lain tentang identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
Gotong Royong di Era Digital: Mungkinkah?
Proyek bendera raksasa ini bukan kerjaan satu dua orang. Butuh waktu 20 hari dan dana sekitar Rp10 juta untuk menyelesaikannya. Dana tersebut dikumpulkan dari swadaya masyarakat, membuktikan bahwa semangat gotong royong masih hidup di era digital ini. Bukan cuma like dan share, tapi turun tangan langsung.
Para pemuda desa bahu membahu, dari mengumpulkan bambu, memotong kain, hingga memasang bendera. Ibu-ibu PKK dan tokoh agama pun ikut terlibat, memberikan dukungan dan arahan. Sebuah gambaran yang menyentuh, bagaimana berbagai elemen masyarakat bersatu demi satu tujuan: merayakan kemerdekaan dengan cara yang bermakna. Bahkan bisa dibilang, ini lebih seru dari marathon Netflix sendirian.
Kepala Desa Karangsambung, Try Rully Lesmana, mengungkapkan bahwa ini adalah tahun kedua bendera Merah Putih dibentangkan sepanjang itu. Tahun sebelumnya, panjang bendera hanya 600 meter. Peningkatan ini menunjukkan semangat yang semakin membara, sebuah bukti bahwa inisiatif positif bisa menular dan berkembang. Ini seperti challenge positif yang diikuti banyak orang.
Mengapa Nasionalisme Relevan di Era TikTok?
Mungkin ada yang bertanya, di era TikTok dan challenge joget, kenapa kita masih harus repot-repot membicarakan nasionalisme? Bukankah itu kuno dan ketinggalan zaman? Jawabannya sederhana: nasionalisme yang sehat adalah fondasi bagi kemajuan bangsa. Nasionalisme bukan berarti anti asing atau eksklusif, tapi rasa cinta dan bangga terhadap identitas sendiri.
Rasa cinta dan bangga ini mendorong kita untuk berkontribusi positif bagi bangsa. Mulai dari hal-hal kecil seperti membayar pajak, menjaga kebersihan lingkungan, hingga hal-hal besar seperti berinovasi dan menciptakan lapangan kerja. Nasionalisme yang sehat adalah energi positif yang menggerakkan roda pembangunan. Bukan cuma scrolling dan komentar negatif di media sosial.
Selain itu, nasionalisme juga menjadi benteng pertahanan terhadap pengaruh negatif globalisasi. Dengan memiliki identitas yang kuat, kita bisa lebih selektif dalam menerima budaya asing, memilih mana yang bermanfaat dan menolak yang merusak. Bukan berarti kita menutup diri, tapi memiliki filter yang cerdas.
Dari Bendera ke Aksi Nyata: Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah bendera raksasa di Bekasi ini? Pertama, bahwa nasionalisme tidak harus selalu diwujudkan dalam bentuk yang formal dan kaku. Bisa melalui cara-cara kreatif dan inovatif, sesuai dengan perkembangan zaman. Kedua, bahwa gotong royong masih relevan dan ampuh dalam mencapai tujuan bersama.
Ketiga, bahwa pemuda memiliki peran kunci dalam membangkitkan semangat nasionalisme. Pemuda adalah agen perubahan, memiliki energi dan ide-ide segar yang bisa membawa perubahan positif bagi bangsa. Bukan hanya menunggu arahan dari orang tua atau pemerintah, tapi berinisiatif dan berani mengambil tindakan.
Jadi, di bulan Agustus ini, mari kita jadikan semangat Merah Putih bukan hanya sekadar hiasan dinding atau wallpaper HP. Tapi sebuah panggilan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa. Sekecil apapun, setiap kontribusi kita akan berarti bagi kemajuan Indonesia. Mungkin bukan membentangkan bendera satu kilometer, tapi bisa dengan follow akun UMKM lokal, atau ikut membersihkan lingkungan sekitar.
Intinya, nasionalisme adalah mindset yang harus ditumbuhkan dan dipelihara. Bukan hanya di bulan Agustus, tapi sepanjang tahun. Bukan hanya di caption media sosial, tapi dalam setiap tindakan kita. Mari kita jadikan Indonesia bukan hanya tempat tinggal, tapi rumah yang kita cintai dan banggakan.