Siapa yang bilang band Britpop cuma bisa bikin lagu galau? Suede, band yang pernah dua kali nyaris bubar karena drama internal dan narkoba, kini kembali lagi dengan album ke-10 mereka, Antidepressants. September ini, mereka siap mengguncang dunia musik dengan sentuhan post-punk ala Magazine, The Cult, dan Crass. Tapi, pertanyaannya, apakah mereka masih relevan di era TikTok ini?
Suede: Dari Britpop ke…Apa Pun Mereka Mau!
Suede, band yang ikonik pada era 90-an, telah melalui pasang surut yang lebih dramatis dari sinetron. Mulai dari kesuksesan album debut mereka yang disebut-sebut sebagai awal Britpop, sampai masa-masa kelam yang hampir mengakhiri karir mereka, Suede selalu punya cerita. Kini, dengan album baru di depan mata, mari kita flashback sejenak dan urutkan diskografi mereka dari yang meh sampai yang masterpiece. Siap nostalgia?
Sebelum kita mulai, penting diingat: selera itu relatif. One man’s trash is another man’s treasure, kan? Jadi, jangan baper kalau album favoritmu ada di urutan bawah. Anggap saja ini seperti review makanan: kadang kita suka pedas, kadang manis, tergantung mood.
Perjalanan musik Suede dimulai dengan gaya glam rock yang kental, lalu berevolusi menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan personal. Brett Anderson, sang vokalis, dikenal dengan lirik-lirik puitisnya yang seringkali dark dan kontroversial. Gaya performance nya yang flamboyan juga menjadi daya tarik utama band ini. Apakah mereka akan mempertahankan ciri khas ini di album terbaru mereka? Kita tunggu saja.
Album debut Suede tahun 1993 langsung melejitkan nama mereka di kancah musik dunia. Lagu-lagu seperti “Animal Nitrate” dan “Metal Mickey” menjadi anthem bagi generasi muda yang merasa rebel dan berbeda. Namun, di balik kesuksesan itu, konflik internal mulai menggerogoti band ini. Perpecahan antara Brett Anderson dan Bernard Butler menjadi salah satu momen paling dramatis dalam sejarah Suede.
Setelah beberapa kali gonta-ganti personel, Suede akhirnya berhasil re-group dan kembali berkarya. Album-album mereka setelah reunion menunjukkan bahwa Suede masih punya passion dan kreativitas yang membara. Mereka tidak terjebak dalam nostalgia, tapi terus bereksperimen dengan sound dan gaya musik yang baru.
Mengurutkan Album Suede: Dari yang Lumayan Sampai yang Gokil Abis!
Sekarang, mari kita mulai countdown album Suede, dari yang mungkin kurang greget sampai yang bikin merinding. Jangan lupa sambil dengerin lagunya, biar lebih immersive!
9. A New Morning (2002): Album ini direkam setelah Brett Anderson “bertobat”, bersih dari narkoba. Ada beberapa momen menarik seperti “One Hit To The Body” dan “Lost In TV”, tapi secara keseluruhan terasa kurang menggigit dibandingkan karya-karya Suede sebelumnya. Kompeten, tapi hambar. Well, setidaknya keinginan band untuk melupakan album ini yang akhirnya mendorong mereka untuk bersatu kembali. Jadi, ada hikmahnya juga, guys!
8. Head Music (1999): Album yang lahir dari masa-masa kelam kecanduan Brett Anderson. Head Music terasa schizo dan eksperimental. “Can’t Get Enough” lumayan berhasil dengan glamtronica nya, sementara ballads seperti “Everything Will Flow” dan “She’s In Fashion” menyembunyikan sisi gelap Anderson. Album ini seperti rollercoaster yang seru tapi bikin deg-degan.
7. Bloodsports (2013): Setelah lama vakum, Suede kembali dengan Bloodsports. Anderson menyebutnya sebagai perpaduan “carnal” antara Dog Man Star dan Coming Up. Lagu-lagu seperti “It Starts And Ends With You” dan “Faultlines” membuktikan bahwa Suede masih punya taji. Album ini adalah awal era baru yang kreatif bagi Suede.
6. Night Thoughts (2016): Bloodsports masih berorientasi pada musik pop rock, tapi Night Thoughts lebih berani bereksplorasi. Terinspirasi oleh ketakutan menjadi seorang ayah, album ini menghadirkan song-cycle tentang keluarga dan warisan. Masih ada lagu-lagu anthemic seperti “Outsiders” dan “Like Kids”, tapi secara keseluruhan lebih dalam dan introspektif.
5. The Blue Hour (2018): Suede semakin menjauh dari zona nyaman mereka dengan The Blue Hour. Terinspirasi oleh folk-horror dan komposer Polandia Krzysztof Penderecki, album ini mengeksplorasi tema-tema pedesaan yang aneh dan menakutkan. Lagu-lagu tentang burung mati, lingkaran kapur, dan “teror masa kecil” menunjukkan sisi lain dari Suede yang urban.
Yang Bikin Merinding: Top 4 Album Suede
Oke, sekarang kita masuk ke bagian creme de la creme. Siapkan earphone, atur volume, dan nikmati masterpiece dari Suede!
4. Autofiction (2022): Setelah The Blue Hour yang eksperimental, Suede seakan butuh reset. Alih-alih melandai, mereka justru nge-gas dengan Autofiction. Kecintaan mereka pada punk dan musik underground terpancar dalam lagu-lagu yang mentah dan beringas. Energi liar “Turn Off Your Brain And Yell” dan “15 Again” menjadikan Autofiction salah satu album terbaik mereka.
3. Coming Up (1996): Setelah kepergian Bernard Butler, banyak yang meragukan Suede. Tapi Coming Up membuktikan bahwa Richard Oakes dan Neil Codling adalah tambahan yang berharga. “Trash” dan “Beautiful Ones” menjadi anthem euforia outsider, sementara “Picnic By The Motorway” menghadirkan suasana yang surealis dan mencekam. Album ini adalah bukti bahwa Suede mampu bangkit dari keterpurukan.
2. Dog Man Star (1994): Album terakhir Bernard Butler bersama Suede, Dog Man Star, hampir tenggelam oleh drama internal. Tapi lagu-lagu seperti “The Wild Ones” dan “New Generation” tetap bersinar. Kerinduan akan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik terasa kuat dalam album ini. Sebuah karya yang megah dan melankolis.
1. Suede (1993): Album debut yang mendefinisikan sound Suede. Suede adalah portal menuju dunia yang penuh dengan keputusasaan, keburukan, dan keindahan yang abadi. “Animal Nitrate”, “She’s Not Dead”, dan “Pantomime Horse” menyeret pendengar ke tempat-tempat yang seharusnya tidak mereka kunjungi. Sebuah perkenalan yang sempurna untuk band yang akan mengubah wajah musik Inggris.
Suede: Masih Relevan di Era TikTok?
Dengan album baru Antidepressants yang akan segera dirilis, Suede membuktikan bahwa mereka tidak hanya sekadar band nostalgia. Mereka terus bereksperimen, berinovasi, dan menantang diri mereka sendiri. Apakah mereka akan berhasil merebut hati generasi muda di era TikTok ini? Itu tantangan besar. Tapi satu hal yang pasti: Suede adalah band yang tidak pernah takut untuk menjadi diri mereka sendiri, dan itu adalah kualitas yang selalu relevan. So, siapkan playlist kamu, dan mari kita sambut era baru Suede!