Siapa bilang musisi cuma jago main musik? Mereka juga punya pendapat, apalagi kalau idolanya disenggol. Baru-baru ini, dunia permusikan heboh karena Bruce Springsteen, sang legenda, mengkritik pedas mantan presiden Donald Trump. Kritik pedas ini bukan cuma bikin kuping Trump panas, tapi juga menyulut solidaritas dari musisi-musisi kelas dunia. Jadi, siapa aja yang bela The Boss?
Bruce vs. Trump: Ketika Musik Berbicara Lebih Keras
Mungkin ada yang bertanya-tanya, emangnya apa hubungannya musik sama politik? Nah, di sinilah seni dan realita bertemu. Bruce Springsteen dikenal bukan hanya karena lagu-lagunya yang melegenda, tapi juga karena pandangan politiknya yang vokal. Kritik terbarunya terhadap Trump, yang menyebut pemerintahannya "korup, tidak kompeten, dan berkhianat," langsung bikin geger. Bahkan, Trump sampai mengancam akan melakukan "investigasi besar" terhadap Springsteen. Drama banget, kan?
Kritik ini sebetulnya bukan hal baru. Springsteen seringkali menggunakan platform musiknya untuk menyuarakan isu-isu sosial dan politik. Baginya, musik bukan sekadar hiburan, tapi juga wadah untuk menyampaikan pesan dan mengajak orang untuk berpikir kritis.
Lantas, kenapa baru sekarang banyak musisi yang terang-terangan membela Springsteen? Mungkin karena mereka merasa bahwa kebebasan berekspresi sedang diuji. Atau, bisa jadi karena mereka sadar bahwa solidaritas adalah kunci untuk melawan ketidakadilan. Apapun alasannya, yang jelas, dukungan untuk The Boss mengalir deras dari berbagai penjuru dunia.
Dukungan ini bukan sekadar ucapan belasungkawa atau sekadar like di media sosial. Musisi-musisi ini benar-benar menunjukkan sikap dengan berbagai cara, mulai dari menyanyikan lagu-lagu Springsteen di konser mereka, hingga membuat pernyataan publik yang mendukungnya.
Aksi solidaritas ini membuktikan bahwa musik punya kekuatan untuk menyatukan orang, bahkan di tengah perbedaan pendapat dan polarisasi politik. Dan yang lebih penting lagi, aksi ini menunjukkan bahwa para musisi ini tidak takut untuk menggunakan suara mereka untuk membela apa yang mereka yakini.
Ini bukan cuma tentang membela seorang Bruce Springsteen. Ini tentang membela kebebasan berekspresi, membela kebenaran, dan membela demokrasi. Dan itu adalah sesuatu yang patut kita apresiasi.
Dari Pearl Jam Hingga Bono: Barisan Solidaritas untuk The Boss
-
Pearl Jam: Eddie Vedder, vokalis Pearl Jam, menunjukkan dukungannya dengan membawakan lagu "My City of Ruins" milik Springsteen di konsernya. Ia juga mengkritik keras name-calling dan polarisasi politik, serta memuji nilai-nilai pro-Amerika yang selalu dijunjung tinggi oleh Springsteen. Bahkan, Vedder sempat memposting foto dirinya memakai topi "United States vs. Bruce Springsteen" di media sosial. Totalitas!
-
Robert Plant: Vokalis legendaris Led Zeppelin ini mengajak para penggemarnya untuk mendengarkan Springsteen yang sedang tur di Inggris. "Bruce Springsteen sedang tur di Inggris sekarang dan dia menyampaikan hal-hal yang sangat serius," ujarnya. Plant juga menyanyikan lagu "Friends," seolah ingin menyampaikan pesan persatuan di tengah ketegangan politik.
-
Neil Young: Musisi folk-rock legendaris ini secara langsung menyerang Trump di website-nya. "Bruce dan ribuan musisi berpikir kamu (Trump) sedang menghancurkan Amerika," tulisnya. Young juga menuduh Trump lebih mengkhawatirkan komentar para rocker daripada anak-anak yang sekarat di Gaza. Pedas!
-
Tom Morello: Gitaris Rage Against the Machine ini bergabung dengan E Street Band pada tur "High Hopes" di tahun 2014. Di Boston Calling Music Festival, Morello mengatakan, "Bruce menyerang Trump karena Bruce, sepanjang hidupnya, tentang kebenaran, keadilan, demokrasi, dan kesetaraan. Dan Trump marah padanya karena Bruce menarik audiens yang lebih besar. Fuck that guy." Lebih lanjut, Morello membawakan lagu Springsteen, "The Ghost of Tom Joad".
-
Mike Ness (Social Distortion): Vokalis band punk rock Social Distortion ini mengaku sebagai penggemar berat Springsteen. Di Punk Rock Bowling Festival, Ness berbicara tentang "kebebasan yang dirampas dari kita" dan menambahkan, "Saya berteman baik dengan Bruce Springsteen…. Yang ingin saya katakan adalah, perhatikan."
-
Bono: Vokalis U2 ini secara singkat merangkum dukungannya untuk Springsteen, "Hanya ada satu boss di Amerika." Kalimat ini merupakan sindiran halus untuk Trump, sekaligus menunjukkan kekagumannya pada Springsteen.
- Jason Isbell: Penyanyi-penulis lagu Americana ini tidak ragu untuk menyuarakan dukungannya melalui media sosial. "Hanya ingin memastikan semua orang tahu Bruce Springsteen adalah orang yang sangat baik dan murah hati yang telah membuat beberapa album terhebat sepanjang masa dan maaf big baby tetapi hanya ada satu Boss," tulisnya.
Kekuatan Musik dalam Menghadapi Politik
Dukungan luas dari musisi-musisi ternama ini membuktikan bahwa musik memiliki peran penting dalam menghadapi isu-isu politik. Musik bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan, menginspirasi perubahan, dan membangun solidaritas.
Aksi solidaritas ini juga menunjukkan bahwa para musisi ini tidak takut untuk menggunakan suara mereka untuk membela nilai-nilai yang mereka yakini, seperti kebebasan berekspresi, keadilan, dan demokrasi. Mereka sadar bahwa suara mereka memiliki pengaruh, dan mereka tidak ragu untuk menggunakannya untuk membuat perbedaan.
Pesan dari Panggung: Ketika Lagu Jadi Senjata
Intinya, perseteruan antara Bruce Springsteen dan Donald Trump bukan hanya sekadar pertengkaran dua orang terkenal. Ini adalah simbol dari pertempuran yang lebih besar, yaitu pertempuran antara kebenaran dan kebohongan, antara kebebasan dan penindasan, antara musik dan politik. Dan dalam pertempuran ini, jelas bahwa musik memiliki kekuatan untuk berbicara lebih keras daripada kata-kata. Dan musik itu, abadi.