Popular Now

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Taylor Swift Dominasi SiriusXM: Hadirkan “Taylor’s Channel 13” Jelang Album Baru

Seni & Budaya: Diskusi Masa Depan di Baker City, 6 Oktober

Bayangkan dunia tanpa seni dan budaya. Sunyi, hambar, dan sepi seperti server Discord yang ditinggal admin-nya. Tapi tenang, kiamat seni itu belum datang kok. Justru, ada secercah harapan di Baker City, Oregon, tempat para NPC (baca: orang-orang) yang peduli dengan seni dan budaya berkumpul untuk merumuskan masa depan yang lebih cerah.

Re/Think: Upgrade Seni dan Budaya ala Baker City

Tanggal 6 Oktober mendatang, Baker City akan menjadi tuan rumah acara bertajuk “The Big Re/Think”. Sebuah ajang kumpul-kumpul yang bertujuan untuk “melibatkan komunitas dalam menata ulang masa depan seni dan budaya di seluruh negara bagian”. Kedengarannya ambisius? Tentu saja. Tapi, bukankah semua perubahan besar dimulai dari obrolan kecil di warung kopi?

Pertemuan regional semacam ini sudah dimulai sejak September lalu. Acara di Baker City sendiri akan diadakan di Baker Heritage Museum, sebuah tempat yang menyimpan artefak-artefak sejarah yang mungkin lebih tua dari umur kakek-nenek kita. Tapi jangan khawatir, acaranya nggak bakal membosankan kok. Dijamin lebih seru daripada farming EXP di game MMORPG.

Acara ini digagas oleh Cultural Advocacy Coalition Foundation, sebuah organisasi yang punya misi mulia untuk memperjuangkan seni dan budaya. Sementara, eksekusi di lapangan dipercayakan kepada Crossroads Carnegie Art Center, sebuah nama yang mungkin terdengar asing, tapi punya peran penting dalam memajukan seni di Baker City.

Tiga Misi Suci: Visi, Nilai, dan Jaringan

Lalu, apa saja yang akan dibahas di “The Big Re/Think”? Singkatnya, ada tiga misi suci yang ingin dicapai:

  • Membentuk masa depan sektor seni dan budaya Oregon dengan mengajak komunitas di seluruh negara bagian untuk menciptakan “visi ekosistem budaya yang berkelanjutan dan adil”.
  • Membangun proposisi nilai kolektif dengan mengartikulasikan dampak sosial, ekonomi, dan pendidikan dari seni dan budaya.
  • Memperkuat jaringan regional dan negara bagian dengan menghubungkan para pemimpin, organisasi, dan komunitas.

Kalau diterjemahkan ke bahasa yang lebih sederhana, intinya adalah: bagaimana caranya agar seni dan budaya tetap hidup dan relevan di tengah gempuran budaya populer dan teknologi digital. Bagaimana caranya agar seniman tetap bisa makan dan berkarya tanpa harus jadi influencer dadakan. Dan bagaimana caranya agar seni dan budaya nggak cuma jadi pajangan di museum, tapi juga jadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Dari The Big Think ke The Big Re/Think: Evolusi Pemikiran

Ginger Savage, salah satu tokoh penting di balik acara ini, menjelaskan bahwa “The Big Re/Think” adalah kelanjutan dari acara serupa yang pernah diadakan pada tahun 2014, yaitu “The Big Think”. Bedanya, kali ini fokusnya lebih luas dan inklusif. Tujuannya adalah untuk menjangkau audiens yang lebih beragam dan membahas pentingnya seni dan budaya secara lebih mendalam.

“Kami ingin mendiskusikan bagaimana cara mengartikulasikan pentingnya seni dan budaya secara jelas, sehingga kita bisa mendapatkan lebih banyak pendanaan untuk seluruh sektor,” ujar Savage. Sebuah tujuan yang mulia, meskipun terdengar seperti misi mustahil di tengah dunia yang lebih menghargai likes dan followers daripada nilai-nilai seni dan budaya.

Cara Daftar: Jangan Sampai Ketinggalan Kereta!

Buat kamu yang tertarik untuk ikut meramaikan acara ini, jangan sampai ketinggalan kereta. Segera daftarkan diri kamu melalui formulir di https://tinyurl.com/yc523hrs atau hubungi Crossroads di 541-523-5369. Siapa tahu, ide-ide brilian kamu bisa jadi kunci untuk menyelamatkan seni dan budaya dari kepunahan.

Seni dan Budaya: Bukan Sekadar Hiburan, Tapi Investasi Masa Depan

Banyak orang menganggap seni dan budaya sebagai sesuatu yang remeh-temeh, sekadar hiburan atau pengisi waktu luang. Padahal, seni dan budaya punya peran yang jauh lebih penting daripada itu. Seni dan budaya adalah cermin yang merefleksikan nilai-nilai, identitas, dan sejarah suatu bangsa. Seni dan budaya adalah sumber inspirasi, kreativitas, dan inovasi.

Seni dan budaya juga punya dampak ekonomi yang signifikan. Industri kreatif, yang meliputi seni pertunjukan, musik, film, desain, dan lain-lain, adalah salah satu sektor yang paling cepat berkembang di dunia. Industri kreatif menciptakan lapangan kerja, menarik investasi, dan meningkatkan daya saing suatu negara.

Mencari Dana: Misi yang Lebih Berat dari Nglotok Sandal di Masjid

Salah satu tantangan terbesar dalam memajukan seni dan budaya adalah masalah pendanaan. Banyak seniman dan organisasi seni yang kesulitan mencari sumber dana untuk menjalankan program dan proyek mereka. Pemerintah seringkali kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada sektor seni dan budaya.

Padahal, investasi di bidang seni dan budaya adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Pemerintah seharusnya memberikan insentif dan dukungan yang lebih besar kepada seniman dan organisasi seni. Selain itu, perlu juga digalakkan filantropi di bidang seni dan budaya, sehingga semakin banyak orang yang tergerak untuk memberikan donasi dan dukungan.

Saatnya Re/Think: Seni dan Budaya di Era Digital

Di era digital ini, seni dan budaya menghadapi tantangan baru. Teknologi digital telah mengubah cara orang menciptakan, mendistribusikan, dan mengonsumsi seni dan budaya. Munculnya platform streaming, media sosial, dan game online telah menciptakan peluang baru bagi seniman untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Namun, teknologi digital juga membawa ancaman bagi seni dan budaya. Pembajakan, pelanggaran hak cipta, dan homogenisasi budaya adalah beberapa masalah yang perlu diatasi. Selain itu, perlu juga dipikirkan bagaimana caranya agar seni dan budaya tetap relevan dan menarik bagi generasi muda yang lebih tertarik dengan TikTok dan Mobile Legends daripada seni tradisional.

Jadi, “The Big Re/Think” adalah momentum yang tepat untuk merumuskan strategi dan solusi untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang di era digital. Seni dan budaya harus beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai luhurnya.

Semoga saja, acara di Baker City ini bisa menjadi titik awal bagi kebangkitan seni dan budaya di Oregon, bahkan di seluruh dunia. Karena, seperti kata pepatah, “Seni membuat hidup lebih hidup, budaya membuat hidup lebih bermakna“. Atau, setidaknya, lebih seru daripada main gacha terus-terusan.

Previous Post

HDD Panas? Dampak Suhu Tinggi pada Hard Drive & Cara Mengatasinya

Next Post

Ninja Gaiden 4: Siap-Siap Dibantai? Pilihan Tingkat Kesulitan Bikin Penasaran!

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *