Bayangkan sebuah semesta di mana buku-buku Irlandia tidak lagi berbicara tentang leprechaun dan tarian jig di padang hijau, melainkan tiba-tiba muncul di Siracusa zaman Yunani Kuno atau di jalanan berdebu Chernobyl pasca-bencana nuklir. Para kritikus mungkin kebingungan, seolah-olah menemukan dompet yang isinya mata uang kuno dan tiket konser K-Pop secara bersamaan. Fenomena ini bukan lagi fiksi belaka, melainkan realitas baru yang mendefinisikan ulang apa itu _budaya Irlandia_ di panggung dunia, seolah-olah identitas nasionalnya telah membeli tiket penerbangan sekali jalan ke berbagai penjuru bumi.
Karya Ferdia Lennon, _Glorious Exploits_, adalah contoh nyata “debut menakjubkan” yang sama sekali tidak berbau Irlandia. Kisahnya berlatar belakang Siracusa selama Perang Peloponnesia, mengikuti dua Sicilian pecinta teater yang memaksa tentara Athena yang tertawan untuk mementaskan _Medea_. Tidak ada plot, latar, inspirasi, atau momen sejarah Irlandia, namun seluruh narasi disuarakan dengan logat Dublin yang khas. Ini seperti menemukan burger rendang di restoran Prancis bintang lima; sungguh tak terduga namun menggugah selera.
Bukan hanya Lennon yang gemar “bertualang”. Novel terbaru Colum McCann mempertemukan karakter Irlandia di Cape Town dan kemudian kehilangan jejak mereka di mulut Sungai Kongo. Naoise Dolan mengajak pembacanya ke Hong Kong, sementara Caoilinn Hughes menempatkan protagonisnya di tengah protes Occupy Wall Street. Edna O’Brien bahkan memilih Chibok, Nigeria, sebagai latar novelnya, dan Darragh McKeon dengan brilian menggambarkan Chernobyl setelah bencana nuklir.
Ini hanyalah segelintir contoh dari banyak novel Irlandia kontemporer yang berani menjelajah jauh, meninggalkan pantai-pantai pulau Irlandia di belakang mereka. Beberapa novel menampilkan protagonis Irlandia, ada pula yang tidak. Beberapa menonjolkan aksen Irlandia, sementara yang lain, seperti _Exciting Times_ karya Dolan, justru menjadikan aksen Irlandia sebagai bagian integral dari narasi.
Fenomena ini tidak terbatas pada literatur saja. Puisi, drama, film, seni visual, dan seni pertunjukan semuanya telah banyak “berkelana” belakangan ini, memperluas cakrawala budaya Irlandia secara signifikan. Ini memaksa pengamat untuk bertanya: di mana sebenarnya budaya Irlandia berada sekarang? Di mana ia berlatar, ditulis, diterbitkan, dibaca, dan dilihat?
## Ketika Irlandia “Go Global” Tanpa Visa
Jika jawabannya bukan lagi sekadar “Irlandia”, maka seberapa relevankah bersikeras pada kategori budaya “Irlandia” yang kaku? Seiring dengan semakin terintegrasinya Irlandia ke Eropa, semakin banyaknya migran dari seluruh dunia, dan dominasi globalisasi dalam cara konsumsi barang dan budaya, budaya Irlandia telah beradaptasi, terinspirasi, membingkai ulang, atau bahkan melawan pembubaran hubungan lama antara bangsa, wilayah, dan budaya. Ini adalah pertanyaan yang lebih pelik daripada mencari tahu kenapa sinyal Wi-Fi di rumah tiba-tiba lemah.
Sejatinya, konsep budaya Irlandia yang _transnasional_ bukanlah hal baru. Sebuah buku esai yang baru-baru ini diedit oleh Cóilín Parsons, _Transnationalism in Irish Literature and Culture_, menyoroti bagaimana budaya Irlandia telah lama terikat dengan jaringan penulisan, penerbitan, dan penyebaran di seberang Laut Irlandia dan lebih jauh lagi. Penulis novel Irlandia awal seperti Maria Edgeworth dan Sydney Owenson dibaca luas di seluruh dunia berbahasa Inggris dan berkorespondensi konstan dengan jaringan penulis global.
Dion Boucicault, dramawan Irlandia abad ke-19, adalah salah satu yang paling sukses di London dan New York. Dalam dramanya seperti _The Octoroon_ (1859), ia bahkan menimbang isu perbudakan menjelang Perang Saudara AS, menunjukkan bahwa _entanglement_ panjang antara budaya Irlandia dan Afrika-Amerika tetap relevan dan kompleks, bahkan ketika pementasannya di New York pada tahun 2014 mengakui potensi keterlibatan Boucicault dalam rasisme. Ini membuktikan bahwa drama yang bagus punya umur panjang dan lapisan makna yang terus berubah.
## Dari Dublin ke Dunia: Jejak Joyce yang Tak Lekang
Pada abad ke-20, James Joyce bukan hanya salah satu eksil Irlandia paling terkenal, tetapi juga menjadi mercusuar bagi penulis di seluruh dunia. Pengaruhnya yang luar biasa di Global South, termasuk Afrika Selatan, India, dan Karibia, telah dikaji oleh para cendekiawan. Mereka mengakui dan menjelaskan kehadirannya secara global, sembari merenungkan mengapa ia tetap menjadi semangat pembimbing bagi penulis yang bergulat dengan dekolonisasi dan perlawanan terhadap hegemoni Global North. Pada titik mana, kita bisa bertanya, daya tarik universal mulai memudar?
Tentu saja, tidak mengherankan jika budaya Irlandia dipupuk oleh dan berbicara ke lokasi-lokasi yang jauh melampaui pulau asalnya. Literatur mencerminkan dan memediasi kehidupan kompleks yang dijalani bukan hanya di lingkungan terdekat atau bahasa sendiri, tetapi dalam dialog konstan dengan kehidupan yang bukan milik kita serta model dan pengaruh dari tempat lain yang membantu mengekspresikan realitas sehari-hari. Ini seperti _influencer_ global; apa yang relevan di satu tempat bisa jadi menginspirasi di tempat lain.
Namun, meskipun budaya Irlandia tidak pernah terbatas pada pulau itu, serangkaian keadaan politik, ekonomi, dan lingkungan yang baru telah menghasilkan keterlibatan yang lebih dalam dan lebih luas antara budaya Irlandia dan dunia belakangan ini. Secara mekanis, kesuksesan generasi penulis _boom_ Irlandia, dari Sally Rooney hingga Mike McCormack, tidak hanya disebabkan oleh kejeniusan para penulis, tetapi juga oleh lanskap penerbitan dan pemasaran global. Bahkan judul-judul yang diterbitkan oleh penerbit kecil seperti Tramp pun kini dapat diakses dan terlihat di seluruh dunia, dibantu oleh organisasi seperti Literature Ireland dan Culture Ireland.
## Gejolak Iklim dan Identitas yang Membentang
Aliran global dan transnasional juga memengaruhi apa yang kita anggap lokal dengan cara yang semakin mendesak, beberapa di antaranya tidak terlihat atau berlangsung dalam skala waktu yang jauh melampaui rentang kehidupan manusia. Sementara _nature writing_ telah menjadi pokok tulisan Irlandia, fokus pada tempat dan lokalitas terkadang mengaburkan proses global yang mempercepat pembentukan cuaca, iklim, dan lanskap. Seperti halnya ilmuwan iklim mengajarkan kita untuk memikirkan “kekerasan lambat” dari proses kerusakan lingkungan jangka panjang, penulis dari Doireann Ní Ghríofa hingga Sinéad Morrissey telah memimpin dalam membayangkan bagaimana proses planet tertanam dalam lokalitas.
Pada saat yang sama, identitas dan sejarah hidup para seniman terkemuka Irlandia juga berubah. Pertumbuhan imigrasi yang cepat selama beberapa dekade terakhir, khususnya, telah menghasilkan bentuk transnasionalisme lain yang berkembang dalam budaya Irlandia. Suara-suara seperti Emma Dabiri, Melatu Uche Okorie, Felispeaks, Nidhi Zak/Aria Eipe, atau Cauvery Madhavan secara inheren “menggeser” Irlandia dengan cara yang menarik dan memperkaya. Dengan demikian, para seniman ini memperluas pemahaman tentang apa yang dapat menjadi isi dan lokasi ke-Irlandia-an, baik di dalam maupun di luar negeri.
Namun, bukan berarti globalisasi selalu berjalan mulus. Ada beberapa jebakan yang jelas ketika integritas geografis (seringkali dibayangkan) budaya Irlandia diregangkan. Kesalahan penerjemahan, baik harfiah maupun kiasan, sering terjadi – ambil contoh film _Wild Mountain Thyme_ yang menjual versi stereotip Irlandia kepada audiens yang bersemangat. Ini seperti membeli makanan beku dengan kemasan mewah, tapi rasanya standar.
Writers seperti Colum McCann dalam _Apeirogon_ dan Edna O’Brien dalam _Girl_ terkadang meleset saat menulis tentang realitas politik yang kompleks dan jauh. Martin McDonagh keliru dalam merepresentasikan American South di _Three Billboards Outside Ebbing, Missouri_, bahkan memicu badai perdebatan tentang apa yang Irlandia dan apa yang bukan dengan _The Beauty Queen of Leenane_. Salah satu kasus menarik dari kesulitan menerjemahkan budaya Irlandia terjadi di awal tahun 2000-an, ketika terjemahan _Waiting for Godot_ karya Beckett ke dalam Bundjalung, bahasa Aborigin, menemukan perbedaan fundamental antara sintaks dan konteks aslinya serta dunia tempat karya itu dipindahkan.
Meskipun literatur dan budaya Irlandia mungkin menjadi semakin transnasional, global, atau planet dalam pandangannya dalam beberapa dekade terakhir, bukan berarti ia hanya meniru atau menanggapi globalisasi. Terlalu mudah untuk berpikir bahwa proses ekonomi yang menandai salah satu ekonomi paling global di dunia menentukan agenda untuk seluruh budaya Irlandia. Dalam banyak kasus, penulis dan seniman beralih ke cakrawala yang jauh karena rasa frustrasi terhadap cengkeraman ide tentang bangsa pada budaya Irlandia.
Dalam kasus lain, mereka melakukannya dengan tujuan yang jelas untuk menyoroti, mempertanyakan, memediasi, atau mengganggu aliran mudah modal global atau konsekuensi menyedihkan yang ditimbulkannya. Literatur dan budaya menetapkan agenda tentang bagaimana kita membayangkan diri kita sendiri, afinitas, solidaritas, dan komitmen kita, dan generasi baru seniman Irlandia mengajarkan bahwa identitas tidak terikat oleh batas geografis. Mereka adalah warga global, seolah-olah sudah memiliki paspor budaya yang bisa membawa mereka ke mana saja, tanpa perlu _boarding pass_ fisik.