Dark Mode Light Mode

Senyum Mengubah Segalanya: Bruce Dickinson Kenang Audisinya di Iron Maiden

Gimana rasanya masuk ke band legendaris yang personelnya lagi nggak mood? Bruce Dickinson, sang vokalis Iron Maiden, punya cerita menarik soal audisinya dulu. Ternyata, momen krusial ini dimulai dengan suasana yang… awkward. Tapi, seperti yang kita tahu, the rest is history.

Dari Samson ke Maiden: Sebuah Transfer yang Menggemparkan

Sebelum jadi ikon metal bersama Iron Maiden, Bruce Dickinson adalah frontman dari band New Wave Of British Heavy Metal, Samson. Namun, musical differences mulai menghantui hubungan Dickinson dengan Paul Samson. Dickinson pengennya lebih metal, sementara Paul lebih ke blues. Classic story, kan? Ditambah lagi, ada sedikit awkwardness karena drummer Samson, Clive Burr, udah duluan pindah ke Iron Maiden tahun 1979. "Ada sedikit kecemburuan di sana, menurutku," ujar Dickinson.

Iron Maiden sendiri, saat itu, lagi on fire. Dickinson melihat sendiri bagaimana bandnya melaju pesat. "Maiden sedang melakukan tur utama 50 tanggal di Eropa, dan Samson seharusnya mendukung mereka. Tapi dibatalkan di menit-menit terakhir—perusahaan rekaman kami kehabisan uang dan tidak dapat membayar kami untuk melakukannya," kenangnya.

Singkat cerita, Dickinson dan Iron Maiden bertemu di persimpangan jalan. Iron Maiden lagi bermasalah dengan vokalis mereka, Paul Di’Anno. Steve Harris, bassist dan leader Iron Maiden, merasa Dickinson adalah pengganti yang pas.

Audisi Rahasia di Hackney: Ketika Metal Menyelamatkan Suasana

Pertemuan antara Harris dan Dickinson terjadi di belakang panggung Reading Festival. “Mereka membuat keputusan bahwa itu akan terjadi,” kata Dickinson, “dan mereka memanggil saya di Reading.” Audisi pun diatur di lokasi rahasia di London, tepatnya di Hackney. Suasananya? Let's just say, it wasn't a party.

"Itu aneh," kata Dickinson. "Mereka berlatih dengan saya di Hackney dengan semua orang menyelinap masuk—bukan berarti ada orang di Hackney yang peduli!" Ketika Dickinson tiba, Steve Harris belum datang. Semua personel Iron Maiden tampak murung. "Semua orang hanya down. Dan saya berpikir, ini akan menjadi berat," ujarnya.

Tapi, keajaiban terjadi ketika mereka mulai nge-jam. Mereka membawakan lagu-lagu rock klasik. Mulai dari AC/DC, Deep Purple ("Woman From Tokyo", "Black Night") dan lainnya. Tiba-tiba, semua orang tersenyum dan tertawa. Music really does heal.

Ketika Steve Harris datang, mereka langsung nge-jam lagu-lagu Iron Maiden. Dan, seperti yang kita tahu, mereka never looked back. Momen ini membuktikan bahwa chemistry dan kesamaan selera musik itu penting banget dalam sebuah band.

Lebih dari Sekadar Vokal: Chemistry yang Tak Tergantikan

Kisah audisi Bruce Dickinson ini bukan cuma soal kemampuan vokal. Ini tentang kesesuaian visi dan chemistry antara personel band. Dickinson melihat sendiri perbedaan antara Samson dan Iron Maiden. Samson terjebak dalam musical differences, sementara Iron Maiden punya tujuan yang jelas dan semangat yang membara.

Iron Maiden sendiri, dengan kepemimpinan Steve Harris, tahu persis apa yang mereka cari. Mereka butuh vokalis yang bukan cuma bisa nyanyi, tapi juga bisa klik dengan personel lainnya. Dickinson membuktikan bahwa dia adalah orang yang tepat.

Audisi ini mengajarkan kita bahwa keterbukaan dan kemauan untuk beradaptasi itu penting. Dickinson datang ke audisi dengan mental siap tempur, meskipun suasananya kurang mendukung. Dia nggak ragu untuk nge-jam lagu-lagu yang bukan genre-nya. Hasilnya? Dia berhasil mencairkan suasana dan membuktikan kemampuannya.

Metal dan Momentum: Belajar dari Perjalanan Karier

Kisah Bruce Dickinson ini juga tentang momentum. Dia melihat sendiri bagaimana Iron Maiden melaju pesat, sementara Samson stagnan. Dia nggak mau ketinggalan. Dia berani mengambil risiko dan keluar dari zona nyamannya.

Momentum ini juga didukung oleh jaringan yang kuat. Harris dan Smallwood melihat potensi Dickinson di Reading Festival. Mereka nggak ragu untuk mendekati dan menawarinya posisi vokalis. Networking is key, guys!

Dickinson sadar betul bahwa solo karier nggak selalu jadi jawaban. Dia lebih memilih band feel. Dia tahu bahwa kekuatan sebuah band terletak pada kolaborasi dan kerja sama tim. Pilihan ini membuktikan bahwa dia adalah pemain tim yang hebat.

Warisan yang Abadi: Pesan dari Sang Legenda

Kisah audisi Bruce Dickinson ini adalah bukti bahwa kesempatan bisa datang kapan saja, bahkan di saat yang nggak terduga. Yang penting adalah kita siap untuk menyambutnya. Dickinson nggak menyangka bakal jadi vokalis Iron Maiden. Tapi, dia siap ketika kesempatan itu datang.

Bruce Dickinson, dengan keberaniannya dan kemampuannya, telah membuktikan bahwa passion dan dedikasi bisa membawa kita ke puncak kesuksesan. Dari audisi yang awkward, ia menjelma menjadi legenda metal dunia. Sebuah inspirasi bagi kita semua.

Intinya? Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru. Siapa tahu, audisi awkward itu justru jadi awal dari sesuatu yang luar biasa.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

EA Batalkan Game Black Panther, Studio Cliffhanger Games Tutup: Masa Depan Industri Game Suram

Next Post

Perpanjangan Izin Tinggal WNA di Indonesia Kini Wajib ke Kantor Imigrasi