Dark Mode Light Mode

Setelah Memimpin Ribuan PHK dan Penutupan Studio, CEO Embracer Lars Wingefors Mundur

Siapa bilang dunia korporat itu membosankan? Di balik angka-angka dan meeting tanpa akhir, tersimpan drama yang lebih seru dari sinetron kejar tayang. Kita intip yuk, perubahan di pucuk pimpinan Embracer Group, perusahaan gaming raksasa yang beberapa waktu belakangan ini cukup bikin geleng-geleng kepala.

Embracer Group: Dulu Ekspansi, Sekarang… Apa Ya?

Embracer Group, yang dikenal dengan agresivitasnya mengakuisisi berbagai studio game dan IP terkenal, mengalami masa-masa sulit. Ekspansi besar-besaran yang dipimpin Lars Wingefors, sang CEO, ternyata punya konsekuensi yang lumayan ngeri. Bayangkan saja, dari ambisi menguasai dunia gaming, malah berujung pada restrukturisasi besar-besaran, penutupan studio, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Ouch!

Kita bicara akuisisi Gearbox (Borderlands), Saber Interactive, Crystal Dynamics (Tomb Raider), dan banyak lagi. Bahkan, mereka sempat membeli Asmodee, penerbit board game terkenal, dengan harga selangit. Everything seemed so promising.

Namun, mimpi indah itu buyar seketika ketika kesepakatan partnership senilai $2 miliar dengan Savvy Games Group (yang didanai pemerintah Saudi) tiba-tiba batal di tahun 2023. Efeknya? Harga saham Embracer langsung terjun bebas, dan Wingefors mengumumkan program restrukturisasi komprehensif.

Restrukturisasi ini bukan cuma sekadar rebranding atau ganti logo. Ini tentang ratusan bahkan ribuan orang kehilangan pekerjaan. Volition (developer Saints Row) terpaksa tutup pintu. Free Radical Design, yang sedang mengerjakan TimeSplitters baru, juga mengalami nasib serupa. Gearbox akhirnya dijual ke Take-Two Interactive, dan Saber Interactive memilih jalan sendiri. Eidos-Montréal dan Crystal Dynamics pun tak luput dari gelombang PHK.

Wingefors sendiri mengakui bahwa ada banyak hal yang seharusnya ia lakukan berbeda. Tapi ya, namanya juga manusia, right? Kata orang bijak, hindsight is always 20/20.

Lars Wingefors Mundur dari Jabatan CEO: Apa Artinya?

Lars Wingefors memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai CEO Embracer Group. Wait, what? Tapi tenang, dia tidak benar-benar pergi. Ia akan menjabat sebagai executive chair di dewan direksi. Artinya, Wingefors akan fokus pada inisiatif strategis, mergers and acquisitions (M&A), dan alokasi modal. Dia tetap punya andil besar dalam menentukan arah perusahaan.

Wingefors sendiri menyatakan bahwa ia sangat bangga dengan pencapaian tim Embracer, dan yakin masa depan perusahaan masih cerah. Ia ingin fokus pada pertumbuhan dan kesuksesan Embracer di masa depan. Optimism is key, I guess.

Phil Rogers Jadi CEO Baru: Siapa Dia?

Posisi CEO yang ditinggalkan Wingefors akan diisi oleh Phil Rogers, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil CEO Embracer dan CEO Crystal Dynamics – Eidos. Rogers adalah sosok berpengalaman di industri game, dan diharapkan mampu membawa Embracer ke arah yang lebih baik. Pengalamannya memimpin Crystal Dynamics (Tomb Raider) tentu menjadi modal berharga.

Rogers akan mulai menjabat sebagai CEO pada tanggal 1 Agustus. Tentu, banyak tantangan yang menantinya. Memulihkan kepercayaan investor, menstabilkan perusahaan setelah masa turbulensi, dan memastikan kesejahteraan karyawan adalah beberapa prioritas utama.

Masa Depan Embracer Group: Akankah Lebih Baik?

Pertanyaan besarnya adalah, akankah perubahan kepemimpinan ini membawa angin segar bagi Embracer Group? Jawabannya tidak ada yang tahu pasti. Namun, beberapa faktor bisa menjadi penentu:

  • Fokus pada kualitas: Setelah ekspansi besar-besaran, Embracer perlu fokus pada kualitas game yang dihasilkan. Akuisisi banyak studio tidak akan berarti apa-apa jika game yang dirilis biasa-biasa saja. Kualitas > Kuantitas.
  • Manajemen yang lebih baik: Kepemimpinan baru harus mampu mengelola perusahaan dengan lebih efisien dan transparan. Kejelasan strategi dan komunikasi yang baik dengan karyawan sangat penting. Komunikasi adalah kunci.
  • Diversifikasi portofolio: Embracer perlu mendiversifikasi portofolio game mereka, tidak hanya bergantung pada beberapa IP besar. Mencari niche baru dan berinvestasi pada game indie bisa menjadi pilihan menarik. Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang.
  • Stabilitas keuangan: Memulihkan kepercayaan investor dan memastikan stabilitas keuangan perusahaan adalah kunci untuk jangka panjang. Embracer perlu menunjukkan bahwa mereka mampu menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
  • Memperbaiki Moral Karyawan: Setelah serangkaian PHK, tentu saja moral karyawan banyak studio yang tersisa akan turun. Manajemen baru harus memprioritaskan pemulihan moral, meningkatkan komunikasi, dan memberi rasa aman.

Perubahan kepemimpinan ini adalah momen penting bagi Embracer Group. Akankah mereka mampu bangkit dari keterpurukan dan kembali menjadi pemain utama di industri game? Kita tunggu saja episode berikutnya. Stay tuned!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Pinkshift Rilis Album Baru 'Earthkeeper', Suguhkan "Anita Ride" Versi Bahasa Indonesia

Next Post

Update Software Kulkas Samsung Hadirkan Kemudahan Baru Bagi Pengguna