Dark Mode Light Mode
Indonesia Pertahankan Rasio Utang Terendah G20: Fondasi Ekonomi Kuat
Sheep Esports – MKOI Elyoya: Tak Ingin Mengecewakan Tim Lagi, Sadar Ini Bisa Jadi Turnamen Internasional Terakhir
Harga Galaxy Watch 8 Bocor, Spesifikasi Terungkap: Siap Rilis di Indonesia?

Sheep Esports – MKOI Elyoya: Tak Ingin Mengecewakan Tim Lagi, Sadar Ini Bisa Jadi Turnamen Internasional Terakhir

Siapa bilang gamer profesional cuma jago main game? Kadang, mereka juga jago… merenung. Tapi, yang penting, mereka juga belajar dari kesalahan. Nah, kali ini kita akan bahas curhatan seorang jungler top Eropa yang lagi galau abis, setelah kekalahan di turnamen internasional. Siapa dia? Mari kita kulik!

Dalam dunia esports yang kompetitif, kekalahan adalah bagian dari perjalanan. Tapi, bagaimana seorang pro player menghadapi kekalahan tersebut? Apakah rasa takut dan tekanan dapat memengaruhi performa mereka di panggung besar? Pertanyaan-pertanyaan ini sering menghantui para atlet esports, terutama ketika mereka berhadapan dengan tim-tim kuat dari wilayah lain.

Javier “Elyoya” Prades Batalla, seorang jungler ternama dari Eropa, baru-baru ini berbagi pengalaman pahitnya setelah timnya, MKOI, mengalami kekalahan yang mengecewakan. Dalam wawancara eksklusif, Elyoya mengungkapkan perasaannya yang jujur tentang performanya dan apa yang bisa dilakukan secara berbeda. Pengakuan ini memberikan wawasan berharga tentang mentalitas seorang pro player dan tantangan yang mereka hadapi.

Kejujuran Elyoya tentang rasa takut dan keraguannya membuka diskusi penting tentang tekanan yang dihadapi para pemain esports di turnamen internasional. Apakah ada semacam “langit-langit kaca” bagi tim-tim Barat, ataukah ini hanya masalah mentalitas dan persiapan? Mari kita telaah lebih lanjut.

Mengapa Elyoya Merasa “Scared” Saat Melawan BLG?

Elyoya mengakui bahwa ia bermain dengan rasa takut dan terlalu menghormati lawannya, BLG. Ia merasa tertekan untuk bermain sempurna, yang justru membuatnya bermain lebih buruk dari biasanya. “Honestly, I was playing scared,” ujarnya. “I over-respected them. I was overthinking.” Ini adalah pengakuan yang jujur dan jarang kita dengar dari seorang pro player.

Rasa takut dan tekanan dapat menjadi musuh terbesar bagi seorang atlet, tak terkecuali di dunia esports. Elyoya mengakui bahwa ia terlalu fokus pada apa yang mungkin dilakukan lawannya, hingga melupakan bagaimana seharusnya ia bermain. Hal ini mengakibatkan ia tidak dapat beradaptasi dan memainkan gaya permainannya sendiri.

Pengaruh Pengalaman Internasional yang Kurang Memuaskan

Bertahun-tahun berkecimpung di dunia esports dan berulang kali mengalami kekalahan di turnamen internasional rupanya berdampak besar pada mentalitas Elyoya. Ia mengakui bahwa kekalahan-kekalahan sebelumnya membuatnya merasa takut dan kurang percaya diri saat menghadapi tim-tim kuat.

“I've been losing to them for a long time, so it's not easy to take away that respect and fear for them,” kata Elyoya. Pengakuan ini menyoroti pentingnya mental fortitude dan bagaimana pengalaman masa lalu dapat memengaruhi performa di masa depan. Mengelola ekspektasi dan tekanan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.

Benarkah Ada “Glass Ceiling” untuk Tim Barat di Turnamen Internasional?

Pertanyaan tentang adanya “glass ceiling” atau batasan yang tak terlihat bagi tim-tim Barat di turnamen internasional selalu menjadi perdebatan hangat. Elyoya mengakui bahwa tim-tim dari Asia (LCK dan LPL) memiliki keuntungan dalam hal latihan dan kualitas scrim. Mereka memiliki player base yang lebih besar, ping yang lebih rendah, dan kesempatan untuk berlatih melawan tim-tim terbaik.

Namun, Elyoya menolak untuk percaya bahwa ada batasan yang tidak dapat diatasi. Ia berpendapat bahwa tim-tim Barat memiliki kelebihan tersendiri, dan hanya masalah waktu sebelum mereka dapat mengalahkan tim-tim Asia. “I don't believe in this ceiling,” tegasnya. “There are many things we do that they don't.”

Pelajaran Berharga dan Harapan untuk Masa Depan

Meskipun kekalahan ini terasa pahit, Elyoya mengambil banyak pelajaran berharga darinya. Ia bertekad untuk bermain tanpa penyesalan, lebih percaya diri, dan tidak mengecewakan timnya lagi. “I want to play my game,” ujarnya. “I need to be more confident coming into these series.”

Elyoya yakin bahwa timnya telah mengalami banyak kemajuan dan mampu bersaing dengan tim-tim Asia. Ia bahkan menyatakan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memenangkan MSI. “Even right now, we have the capabilities to win MSI,” ungkapnya dengan optimisme.

Refleksi Diri dan Pertumbuhan Pribadi

Elyoya menekankan pentingnya refleksi diri dalam proses belajar dan berkembang. Ia mengakui bahwa ia perlu mengatasi rasa takut dan keraguannya agar dapat bermain sesuai dengan potensinya. “I've mainly done a lot of self-reflection,” katanya. “I want to play with no regrets.”

Pengalaman ini akan menjadi modal berharga bagi Elyoya dan timnya untuk menghadapi turnamen-turnamen berikutnya. Ia berharap dapat menggunakan pengalaman ini untuk tumbuh menjadi tim yang lebih kuat dan meraih kesuksesan di masa depan, terutama di League of Legends World Championship (Worlds).

Menikmati Pengalaman di Kanada

Di tengah kesibukannya berlatih dan bertanding, Elyoya juga menyempatkan diri untuk menikmati pengalamannya di Kanada. Ia mengungkapkan kesannya yang positif terhadap negara tersebut dan mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua orang yang telah ia temui. Kehadiran esports memberikan warna tersendiri dalam perjalanan globalisasi.

“Toronto was really nice,” ujarnya. “We really enjoyed it together with Jojopyun—he took us to a Korean barbecue, and it was a really enjoyable experience.” Mungkin, sesekali perlu juga makan barbecue biar pikiran fresh, ya kan?

Fokus pada Pertandingan Selanjutnya

Elyoya dan timnya akan menghadapi pertandingan penting melawan tim yang kalah antara CFO dan T1. Ia merasa yakin bahwa mereka seharusnya memenangkan pertandingan tersebut, tetapi tetap menghormati lawannya. JunJia, jungler dari CFO, dianggap sebagai lawan yang kuat dan akan menjadi tantangan menarik bagi Elyoya.

“We should for sure win,” kata Elyoya. “I still think we have to give them respect—JunJia is a really strong jungler, and it will be really fun facing him.”

Pesan untuk Para Fans

Elyoya menyampaikan permintaan maaf kepada para fans atas kekalahan yang mengecewakan. Ia berjanji akan kembali lebih kuat dan bermain lebih baik di pertandingan-pertandingan berikutnya. “I’m sorry for the lost opportunity we had,” ujarnya. “We’re going to come back stronger and play better.”

Mental Juara Sejati

Dari curhatan Elyoya, kita bisa belajar bahwa menjadi pro player bukan hanya soal skill individu, tapi juga soal kekuatan mental. Mengakui kelemahan, belajar dari kesalahan, dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik adalah kunci untuk meraih kesuksesan. Elyoya mungkin sedang galau, tapi semangatnya tetap membara. Semoga saja, di turnamen selanjutnya, dia bisa “unleash the beast” dan membuktikan bahwa tim-tim Barat memang bisa bersaing di level tertinggi! Kuncinya: jangan overthinking, main lepas, dan jangan lupa, have fun!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Indonesia Pertahankan Rasio Utang Terendah G20: Fondasi Ekonomi Kuat

Next Post

Harga Galaxy Watch 8 Bocor, Spesifikasi Terungkap: Siap Rilis di Indonesia?