Bayangkan ini: kamu lagi scrolling TikTok, dan tiba-tiba muncul video yang… errr, nggak banget buat adik kecilmu yang lagi ngintip dari belakang. Di era digital ini, segala sesuatu terasa begitu dekat, termasuk konten yang mungkin kurang mendidik, bahkan berbahaya, bagi anak-anak kita. Pertanyaannya, siapa yang bertanggung jawab memastikan anak-anak kita aman dari konten-konten semacam itu?
Lindungi Generasi Alpha: Broadcasting Ramah Anak itu Wajib!
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, baru-baru ini menyuarakan harapan agar industri penyiaran semakin proaktif dalam mendukung perlindungan anak. Beliau menekankan pentingnya memproduksi program-program yang ramah anak, apalagi di era digital yang serba cepat ini. Ini bukan sekadar imbauan, tapi sebuah urgensi.
Media massa, termasuk televisi dan platform streaming, punya peran besar dalam membentuk persepsi dan perilaku anak-anak. Mereka menyerap informasi dan nilai-nilai dari apa yang mereka tonton, tanpa saringan yang sempurna. Makanya, konten yang disajikan haruslah konten yang positif, menginspirasi, dan tentunya mendidik.
Pemerintah sendiri nggak tinggal diam. Mereka terus berupaya menciptakan ekosistem yang aman, sehat, dan mendidik bagi anak-anak, baik di dunia nyata maupun di dunia digital. Kolaborasi dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menjadi kunci untuk memastikan anak-anak mendapatkan perlindungan yang layak.
Menurut Menteri PPPA, industri penyiaran harus menjadi mitra bagi orang tua dan pendidik dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi tumbuh kembang anak-anak Indonesia. Ini adalah tugas bersama, bukan hanya beban pemerintah atau KPI saja.
Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak. Aturan ini menjadi landasan hukum untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif dunia digital.
Tapi, peraturan saja nggak cukup. Kesadaran dan tindakan nyata dari para pembuat konten juga sangat diperlukan. Mereka harus paham betul dampaknya konten yang mereka buat bagi perkembangan anak-anak. Kalau nggak, sama aja kayak nyodorin bom waktu ke generasi penerus.
Siapa yang Jaga Gawang? Peran Orang Tua di Era Digital
Orang tua punya peran sentral dalam melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas. Menteri Arifah Fauzi mengingatkan bahwa orang tua wajib memastikan anak-anak menonton konten yang aman, mendidik, dan sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa.
Ini bukan berarti orang tua harus jadi helicopter parent yang selalu mengawasi setiap detik aktivitas anak. Tapi, lebih kepada membangun komunikasi yang baik dengan anak, memberikan edukasi tentang penggunaan internet yang bijak, dan memberikan contoh yang baik dalam menggunakan media digital.
Melindungi anak bukan hanya tentang menjauhkan mereka dari bahaya. Lebih dari itu, ini tentang menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan mereka secara sehat, aktif, dan sosial. Ini termasuk menyediakan akses ke konten yang berkualitas dan memberdayakan mereka untuk menjadi pengguna media yang cerdas.
Selain itu, orang tua juga perlu melek teknologi. Pahami bagaimana algoritma bekerja, bagaimana konten-konten promosi menyesatkan anak, hingga bagaimana cara melaporkan konten-konten negatif. Kalau nggak, kita bakal ketinggalan kereta dan anak-anak kita jadi korban.
Broadcasting Berkualitas: Investasi Masa Depan Bangsa
Investasi dalam program broadcasting yang berkualitas adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Konten yang mendidik dan menginspirasi akan membentuk generasi yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Sebaliknya, konten yang buruk akan merusak mental dan moral anak-anak.
Industri penyiaran punya kekuatan besar untuk mempengaruhi masyarakat. Kekuatan ini harus digunakan secara bertanggung jawab untuk membangun bangsa, bukan malah merusaknya. Sudah saatnya industri penyiaran lebih peduli terhadap dampak sosial dari konten yang mereka produksi.
Mari kita wujudkan industri penyiaran yang ramah anak, yang tidak hanya menghibur, tapi juga mendidik dan menginspirasi. Dengan begitu, kita bisa menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan mampu bersaing di era global.
Ingat, masa depan Indonesia ada di tangan anak-anak kita. Mari kita lindungi mereka dari konten yang merusak, dan berikan mereka akses ke konten yang membangun. Itu adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini.