Siapa bilang fashion dan sains tidak bisa berdampingan? Tim mahasiswa dari Texas Christian University (TCU) membuktikan sebaliknya dengan inovasi jahitan pakaian antariksa yang berpotensi mengubah cara astronaut melindungi diri dari debu bulan yang menyebalkan. Mereka berhasil meraih penghargaan Best Innovation Award di NASA’s Johnson Space Center, menunjukkan bahwa ide-ide brilian bisa datang dari mana saja, bahkan dari mahasiswa yang mungkin lebih sering memikirkan ujian daripada misi ke bulan.
Debu bulan memang bukan sekadar pasir biasa. Ia bersifat abrasif, lengket, dan berpotensi merusak peralatan di pesawat luar angkasa. Setelah space walk, tidak ada astronaut yang ingin membawa serta souvenir debu ini ke dalam pesawat. Di sinilah inovasi jahitan pakaian antariksa dari tim TCU menjadi sangat penting. Mereka menciptakan solusi yang understated, fleksibel, dan efektif mencegah debu bulan menembus pakaian.
Jahitan “Mutan”: Senjata Rahasia Melawan Debu Bulan
Proyek yang dinamakan “Optimized Suit Environmental Protection Garment Seams” ini melibatkan kolaborasi unik antara mahasiswa fashion merchandising dan biokimia. Adelaide Lovett dan Suzanna Tesfamicheal, dari bidang fashion, berkolaborasi dengan Daisy Li dan Amarige Yusufji dari bidang biokimia. Kombinasi ini menghasilkan pendekatan yang out of the box untuk masalah yang sudah lama dihadapi NASA.
Awalnya, mereka mencoba membuat jahitan yang terlalu tebal. Namun, Lovett menemukan cara melipat kain yang berbeda, dan voila! Lahirlah jahitan “mutan”. Tiga jenis jahitan – French seam, flat-felled seam (seperti pada celana jeans), dan jahitan “mutan” – diuji dengan berbagai jenis kain dan benang. Yang membuat jahitan “mutan” istimewa adalah lipatannya yang ke dalam, menyembunyikan sisa material di dalam pakaian, sehingga mengurangi area yang terpapar debu.
Profesor fashion merchandising TCU, Leslie Browning-Samoni, yang membimbing para mahasiswa ini, menjelaskan bahwa dengan menyembunyikan material ekstra di bagian dalam, debu tidak mudah menempel. Felix Arwen, seorang softgoods engineering technologist di NASA, juga turut memberikan bimbingan. Kolaborasi antara akademisi dan praktisi ini sangat penting dalam memastikan inovasi yang relevan dan praktis.
Tim mahasiswa juga harus menemukan cara untuk menguji efektivitas jahitan mereka. Karena debu bulan asli sulit didapatkan, mereka menggunakan lunar regolith simulant, material tiruan yang memiliki karakteristik mirip dengan debu bulan. Debu tiruan ini kemudian digunakan dalam rock tumbler selama berjam-jam untuk menguji seberapa banyak debu yang menembus jahitan. Setelah proses ini, penetrasi debu diperiksa menggunakan Keyence Microscopes untuk melihat dampaknya pada tingkat mikro.
Lebih dari Sekadar Pakaian Antariksa: Potensi Aplikasi yang Luas
Apakah jahitan “mutan” ini akan benar-benar digunakan oleh NASA? Saat ini, belum ada konfirmasi resmi. Namun, NASA sedang bekerja sama dengan Axiom Space untuk menyediakan pakaian antariksa generasi berikutnya untuk misi-misi masa depan, termasuk misi ke permukaan bulan. Pakaian antariksa yang ada saat ini, Extravehicular Mobility Unit, sudah lama digunakan dan perlu diperbarui dengan teknologi yang lebih canggih.
NASA berencana untuk mengimplementasikan teknologi mutakhir yang meningkatkan mobilitas pemakainya dan meningkatkan sistem pendukung kehidupan. Ini adalah kesempatan yang baik bagi tim TCU untuk melihat inovasi mereka diterapkan dalam skala yang lebih besar. Pakaian antariksa baru ini diharapkan menjadi “pesawat luar angkasa pribadi” bagi para astronaut, sehingga perlindungan dari debu bulan menjadi sangat penting.
Selain aplikasi di dunia antariksa, tim TCU juga melihat potensi jahitan “mutan” dalam bidang lain. Mereka sedang menjajaki kemungkinan penggunaannya untuk mencegah penetrasi bahan kimia dan partikel berbahaya pada Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment lainnya. Misalnya, APD untuk pekerja yang menyemprotkan pestisida di ladang.
Browning-Samoni dan rekannya, Charles Freeman, adalah anggota NC170: Personal Protective Technologies for Current and Emerging Occupational and Environmental Hazards, sebuah kelompok penelitian yang terdiri dari 16 universitas. Mereka bertujuan untuk mengevaluasi dan meningkatkan APD dan pakaian pelindung. Browning-Samoni yakin bahwa jahitan “mutan” memiliki potensi besar dalam bidang ini karena kemampuannya dalam memitigasi penetrasi partikel berbahaya.
Dari Landasan Pacu ke Angkasa: Mode dan Fungsi Berpadu
Desain pakaian antariksa juga menjadi perhatian para desainer mode. Blue Origin bekerja sama dengan Monse untuk menciptakan pakaian antariksa khusus untuk penerbangan yang diikuti oleh Lauren Sanchez. Sebelumnya, Pierre Cardin, John Galliano, dan Burton juga telah menggunakan pakaian antariksa sebagai inspirasi desain. Ini menunjukkan bahwa dunia fashion dan teknologi luar angkasa dapat saling menginspirasi.
“Mutant seam” bukan hanya sekadar jahitan biasa; ini adalah bukti bahwa inovasi dapat lahir dari kolaborasi lintas disiplin.
Kunci keberhasilan tim TCU adalah pendekatan mereka yang holistik, menggabungkan keahlian di bidang fashion dan sains.
Inovasi mereka berpotensi memberikan dampak yang signifikan, tidak hanya di dunia antariksa tetapi juga dalam bidang perlindungan diri secara umum.
Jahitan “mutan” menunjukkan bahwa detail kecil pun dapat membuat perbedaan besar dalam melindungi kita dari bahaya.
Pencapaian tim TCU adalah inspirasi bagi mahasiswa di seluruh dunia untuk berani berinovasi dan memecahkan masalah dengan cara yang kreatif.
Dengan terus berinovasi dan berkolaborasi, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih aman dan lebih baik bagi semua.
Jadi, lain kali Anda melihat jahitan di pakaian Anda, ingatlah bahwa bahkan hal yang paling sederhana pun dapat menjadi sumber inspirasi untuk inovasi yang mengubah dunia. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, pakaian Anda akan dilengkapi dengan jahitan “mutan” untuk melindungi Anda dari bahaya, baik di bumi maupun di luar angkasa.