Dark Mode Light Mode

Soulslike Mencapai Titik Jenuh pada Tahun 2025: Dampaknya Terasa

Genre Soulslike: Apakah Kita Sudah Kebanyakan?

Minggu depan, game Wuchang: Fallen Feathers, sebuah game aksi di mana kamu bermain sebagai bajak laut keren yang amnesia akan dirilis. Menjelajahi ingatanmu yang hilang sambil melawan monster raksasa yang terinfeksi penyakit bulu misterius? Kedengarannya epik, kan? Tapi tunggu dulu… apakah ini lagi-lagi game Soulslike? Serius?

Mungkin beberapa dari kamu bertanya, “Apa sih Soulslike itu?” Singkatnya, ini adalah genre game yang terinspirasi oleh Demon’s Souls dan Dark Souls dari FromSoftware. Fokus utamanya? Pertarungan yang menantang dengan sistem blocking, parrying, dan dodging, serta boss fight yang membuat frustrasi. Suasananya seringkali suram, dan jujur saja, kadang-kadang membuat mood kita jadi ikut suram.

Genre ini sebenarnya sudah ada sekitar satu dekade, tapi titik jenuhnya terasa sejak 2022, setelah rilisnya SteelRising. Game ini mengajak kita berperan sebagai automaton di Prancis era Revolusi, melawan pasukan robot abad ke-18 yang melindungi Raja Louis XVI. Konsepnya memang brilian, tapi setelah dimainkan, rasanya sama saja: Parry sana, dodge sini, dan kalah berkali-kali melawan boss.

Tahun berikutnya, Lies of P menarik perhatian dengan premis Pinocchio bergaya steampunk dan automaton. Tapi, lagi-lagi, alur permainannya mirip dengan SteelRising. Bahkan Wo Long: Fallen Dynasty dari Team Ninja pun mengecewakan dengan formula serupa. Jadi, sepertinya kita terjebak dalam lingkaran parry, dodge, dan defeat.

Bahkan game yang secara teknis bukan Soulslike pun mulai menyerap elemen-elemen dari genre ini. Stellar Blade, game aksi bergaya anime dengan visual memukau, juga menerapkan sistem parry dan dodge. Lalu, Black Myth: Wukong, sebuah boss rush dengan nuansa Souls yang kental, dinominasikan untuk banyak penghargaan game. Tapi, genre fatigue sudah terlalu parah untuk membuatku tertarik memainkannya.

(Bahkan ada yang berpendapat bahwa Soulslike telah menginfeksi genre lain, seperti RPG turn-based. Apakah Clair Obscur: Expedition 33 benar-benar lebih baik dengan mekanisme parrying yang waktunya sangat sempit? Atau apakah game tersebut akan lebih percaya diri jika tetap menggunakan sistem turn-based tradisional?)

Sebenarnya, sebagian dari keenggananku terhadap genre ini mungkin karena skill issue. Tentu saja, ada waktu dan tempat untuk game yang menantang. Tapi, setelah bertahun-tahun, mengulang-ulang pertarungan boss sampai sepuluh kali hanya untuk mempelajari polanya terasa membosankan. Banyak setting dalam game Soulslike yang sangat menarik dan layak dieksplorasi. Tapi, kadang-kadang, aku hanya ingin menikmati dunia tersebut tanpa harus melewati skill check.

Terlalu Banyak Parry, Terlalu Sedikit Jalan-Jalan?

Bayangkan, kamu sedang ingin menikmati pemandangan indah di game open world, eh malah disuruh parry serangan musuh yang datangnya tidak terduga. Atau, kamu ingin menikmati cerita menarik, tapi malah harus grinding berjam-jam hanya untuk meningkatkan stats karaktermu. Intinya, kadang-kadang kita ingin menikmati game tanpa harus merasakan tekanan yang berlebihan.

Aku tidak bilang kita harus menghilangkan genre Soulslike sepenuhnya. (Game Star Wars Jedi dari Respawn termasuk favoritku.) Aku hanya merasa bahwa sudah terlalu banyak game Soulslike. Sebagus apapun sebuah game, seunik apapun premisnya, semakin sulit rasanya untuk bersemangat dengan game yang dipasarkan sebagai Soulslike.

Wuchang: Fallen Feathers terlihat sangat keren dari premisnya. Aku mungkin akan mencobanya. Tapi, aku berharap tidak perlu lagi menghafal waktu parry.

Kapan Soulslike Berhenti Jadi Tren?

Pertanyaan ini menggelitik, ya kan? Mungkin ini adalah fase yang akan berlalu, atau mungkin Soulslike akan terus berevolusi dan beradaptasi. Tapi, satu hal yang pasti: pemain game semakin haus akan inovasi dan pengalaman yang unik. Kita tidak ingin terus-menerus disuguhi formula yang sama berulang-ulang.

Beberapa game mencoba untuk memadukan elemen Soulslike dengan genre lain, seperti RPG atau platformer. Tapi, tidak semuanya berhasil. Kadang-kadang, perpaduan tersebut malah terasa aneh dan tidak menyatu. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara tantangan dan kesenangan.

Mungkin yang kita butuhkan adalah lebih banyak game yang berani keluar dari zona nyaman dan menciptakan sesuatu yang baru. Game yang tidak hanya menantang skill kita, tapi juga menguji imajinasi dan kreativitas kita. Game yang membuat kita berpikir, merasakan, dan terhubung dengan dunia di dalamnya.

Inovasi: Kunci Bertahan di Dunia Game

Intinya, industri game membutuhkan inovasi. Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada formula yang sudah terbukti berhasil. Kita perlu berani mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru. Kita perlu mendengarkan apa yang diinginkan pemain dan memberikan mereka pengalaman yang tak terlupakan.

Mungkin kita akan melihat lebih banyak game Soulslike yang mencoba untuk bereksperimen dengan storytelling yang lebih dalam, karakter yang lebih kompleks, atau gameplay yang lebih variatif. Atau, mungkin kita akan melihat munculnya genre-genre baru yang terinspirasi oleh Soulslike, tetapi dengan sentuhan yang unik dan segar.

Yang jelas, masa depan industri game ada di tangan para pengembang yang berani berinovasi dan menciptakan sesuatu yang berbeda. Jadi, mari kita dukung mereka dan berharap bahwa mereka akan terus memberikan kita pengalaman bermain yang luar biasa.

Saatnya Berpikir Ulang Tentang Soulslike?

Sudah saatnya bagi para pengembang untuk berpikir ulang tentang bagaimana mereka mendekati genre Soulslike. Apakah mereka hanya ingin membuat game yang sulit dan menantang, atau apakah mereka ingin menciptakan pengalaman yang lebih bermakna dan berkesan?

Mungkin yang kita butuhkan adalah lebih banyak game yang berfokus pada cerita, karakter, dan dunia yang mereka ciptakan. Game yang membuat kita peduli dengan apa yang terjadi dan merasa terhubung dengan karakter-karakternya. Game yang membuat kita ingin menjelajahi setiap sudut dan celah dunia tersebut.

Dengan kata lain, kita membutuhkan game yang lebih dari sekadar parry dan dodge. Kita membutuhkan game yang bisa menyentuh hati dan pikiran kita. Game yang bisa membuat kita merasa hidup.

Jadi, apakah kita sudah kebanyakan Soulslike? Mungkin saja. Tapi, yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa membuat genre ini tetap relevan dan menarik di masa depan. Dengan inovasi, kreativitas, dan pemikiran ulang, kita bisa menciptakan game Soulslike yang benar-benar luar biasa.

Intinya, industri game butuh keberagaman. Soulslike memang punya tempatnya, tapi jangan sampai mendominasi semua platform. Kita butuh gameplay yang bervariasi, cerita yang menarik, dan pengalaman yang unik. Jadi, mari kita dukung para developer yang berani bereksperimen dan menciptakan hal-hal baru!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

RKUHAP: Perlindungan Perempuan Berhadapan Hukum Wajib

Next Post

Google Pangkas Harga Pixel 8 Pro Jelang Pixel 10, Pertanda Apa?