Siapa bilang film itu membosankan? Bayangkan ini: Spike Lee, sutradara legendaris, di Cannes, siap mempromosikan film terbarunya, Highest 2 Lowest, yang dibintangi Denzel Washington dan A$AP Rocky. Dan di tengah kesibukan itu, ia masih menyempatkan diri membahas kecintaannya pada New York Knicks! Itu baru namanya totalitas.
Kilas Balik Cannes dan Evolusi Film
Spike Lee pertama kali menginjakkan kaki di Cannes pada tahun 1986 dengan film She's Gotta Have It. Ia mengakui bahwa festival ini terus berubah seiring waktu, tetapi tetap menjadi platform penting bagi sineas dari seluruh dunia. "Dunia berubah, jadi festivalnya juga berubah," ujarnya, menekankan pentingnya Cannes sebagai tempat pengenalan film-film global.
Sebagai seorang filmmaker, Lee merasa dirinya semakin berkembang. Di usianya yang ke-68, ia bertekad untuk terus membangun body of work yang solid. Kehadirannya di Cannes kali ini terasa istimewa karena bersamaan dengan pemutaran perdana Highest 2 Lowest dan peringatan ulang tahun Malcolm X, sebuah kebetulan yang ia anggap sebagai pertanda baik dari alam semesta. Apakah ini numerology tingkat tinggi? Mungkin saja!
Knicks di Hati: Antara Film dan Bola Basket
Di tengah perbincangan tentang film, nama New York Knicks mencuat. Lee, seorang penggemar berat, mengaku sedih karena melewatkan game penting tim kesayangannya demi menghadiri festival film bergengsi ini. "Aku ada di sana secara spiritual," katanya, menegaskan bahwa dukungan untuk Knicks tak mengenal batas geografis.
Tentang takhayul saat menonton pertandingan, Lee dengan tegas menyatakan pantang mengenakan warna kelly green! Baginya, warna hijau identik dengan jersey Jets (tim American football) yang ditandatangani. Kecintaannya pada Knicks tak perlu diragukan lagi, bahkan ia menyebut dirinya sebagai "Knicks Pope."
Instagram, Timbs Custom, dan Obrolan dengan Timothée Chalamet
Spike Lee juga aktif di Instagram dengan akun Official Spike Lee. Ia dengan bangga menunjukkan berbagai foto, termasuk foto dirinya berpose ala Steph Curry di dalam pesawat Delta dan foto bendera Knicks di Martha's Vineyard. Ia juga memamerkan sepatu Timbs custom dengan desain laser yang unik.
Uniknya, obrolan antara Spike Lee dan Timothée Chalamet ternyata didominasi oleh satu topik: the Knicks! Siapa yang lebih fanatik? Lee menjawabnya dengan retoris, "Apakah Paus itu Katolik?" Sebuah pernyataan yang jelas dan tak terbantahkan.
Dari Beyoncé Hingga "The Atheist Pope"
Sebuah anekdot lucu terungkap ketika pewawancara menceritakan pengalamannya meminta tumpangan pada Spike Lee setelah konser Beyoncé. Lee, yang saat itu terjebak macet, menolak permintaan tersebut sambil tertawa. Kini, ia meminta maaf atas kejadian tersebut, menunjukkan sisi humoris dan rendah hati.
Setelah kemenangan besar Knicks, kerumunan di New York City menjadi sangat liar hingga Lee dijuluki sebagai "Knicks Pope." Namun, ia dengan cepat mengklarifikasi, "Aku bukan Katolik. Aku adalah the atheist Pope." Humor cerdas ini menunjukkan kepribadiannya yang unik dan menyenangkan.
Film, Basket, dan Sebuah Tanda
Spike Lee dan Denzel Washington memiliki sejarah panjang di industri perfilman, dengan film Malcolm X sebagai salah satu mahakarya kolaboratif mereka.
- Kolaborasi Denzel Washington dan Spike Lee.
- Malcolm X adalah film penting dalam sejarah.
- Spike Lee dan NBA Basketball.
Kembalinya mereka ke Cannes terasa bagaikan sebuah siklus yang lengkap. Dan jangan lupakan kecintaan Lee pada dunia basket. Dia adalah penggemar berat New York Knicks, dan ini adalah bagian penting dari identitasnya.
Cannes, Film, dan Knicks: Sebuah Simbiosis
Kehadiran Spike Lee di Cannes tidak hanya tentang film, tetapi juga tentang merayakan hidup, persahabatan, dan kecintaan pada kota asalnya. Ia adalah sosok yang kompleks dan inspiratif, seorang seniman yang tidak pernah berhenti berkarya dan menyuarakan pendapatnya.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari Spike Lee? Mungkin ini: Jalani hidup dengan penuh semangat, jangan takut untuk menjadi diri sendiri, dan selalu dukung tim kesayanganmu. Karena siapa tahu, mungkin saja alam semesta sedang berkomplot untuk menyelaraskan semuanya.