Bermain game itu seperti makan makanan kesukaan. Awalnya nikmat, lama-lama bikin enek, apalagi kalau size install-nya segede dosa – lebih dari 120GB! Mari kita bahas satu judul game yang sempat bikin heboh, tapi kini, jujur saja, lebih sering bikin garuk-garuk kepala: Starfield. Apakah betul game ini se-bland yang digembar-gemborkan? Atau, jangan-jangan, kitalah yang kurang piknik?
Starfield: Antara Ekspektasi dan Realita Angkasa yang Hampa
Banyak yang berharap Starfield menjadi RPG (Role Playing Game) revolusioner. Todd Howard sendiri menjanjikan pengalaman menjelajah angkasa yang tak tertandingi. Pemain dijanjikan bisa menemukan hal-hal yang belum pernah dilihat orang lain. Janji manis ini sukses membuat para gamer pre-order jauh-jauh hari, termasuk saya. Tapi, setelah 150 jam lebih bergumul dengan Starfield, jujur saja, saya jadi teringat perkataan teman: “Harapan adalah sumber kekecewaan.”
Survival Mechanics: Bertahan Hidup di Tengah Kebosanan?
Bethesda sempat menambahkan survival mechanics ke dalam Starfield. Tujuannya mungkin untuk menambah tantangan dan realisme. Tapi, bagi saya, fitur ini hanya menambah beban. Mencari sumber daya di planet yang isinya batu dan debu, lalu menghindari penyakit aneh… sounds like a fun weekend, kan? Apalagi, driving di planet yang gitu-gitu aja, bikin saya bertanya-tanya: “Ini eksplorasi atau kerja rodi?” Mungkin Bethesda lupa, gamer juga butuh hiburan, bukan cuma simulasi jadi astronot yang sedang bokek.
Quest Faction: Bayar untuk Kebahagiaan yang Pecah Belah?
Yang lebih bikin geleng-geleng kepala adalah ide menjual bagian-bagian dari faction quest. Serius? Jadi, kita harus bayar lagi untuk menyelesaikan cerita yang seharusnya sudah termasuk dalam game utama? Ini sama saja seperti beli donat, tapi mesesnya dijual terpisah. Mungkin Bethesda berpikir gamer adalah ATM berjalan. Atau, mungkin mereka sedang bereksperimen dengan konsep “kebahagiaan yang bisa dicicil”. Entahlah, yang jelas, ide ini bikin saya mikir dua kali sebelum update.
Kenangan Indah yang Hilang: Apakah Worth It?
Dulu, saya sempat terpesona dengan keindahan Starfield. Planet-planetnya memang indah dilihat, meski seringkali kosong melompong. Saya sampai mengumpulkan ratusan giga screenshot dan video. Tapi, karena keterbatasan storage, saya akhirnya menghapus semua kenangan digital itu. Ironisnya, sekarang saya malah menyesal. Mungkin karena saya merasa kehilangan sesuatu yang precious, meski gameplay-nya tidak terlalu mengesankan. Ini seperti kehilangan foto-foto liburan yang jelek, tapi tetap berharga karena menyimpan kenangan.
Ashley Cheng, Managing Director Bethesda, pernah berkata, “Ketika para astronot pergi ke bulan, tidak ada apa-apa di sana. Mereka tentu tidak bosan.” Mungkin benar. Tapi, kalau saya kehilangan 500GB rekaman perjalanan ke bulan, saya pasti sedih. Itu sama seperti kehilangan foto-foto perjalanan keliling Eropa, atau video lucu kucing peliharaan. Kenangan itu berharga, bahkan jika pengalamannya tidak terlalu istimewa.
Jadi, apa takeaway dari pengalaman saya dengan Starfield? Mungkin, hype itu berbahaya. Atau, mungkin, ekspektasi kita yang terlalu tinggi. Yang jelas, Starfield mengajarkan kita untuk lebih menghargai kenangan, bahkan yang tersimpan dalam storage yang hampir penuh. Jangan sampai menyesal seperti saya. Coba ingat-ingat lagi, kapan terakhir kali Anda membersihkan screenshot game? Mungkin ada harta karun tersembunyi di sana. Atau, paling tidak, Anda bisa sedikit lega karena storage jadi lebih lega. Kalau tidak, ya… move on saja. Masih banyak game lain yang menunggu untuk dimainkan.