Terence Stamp, si pemeran General Zod yang bikin Superman pusing tujuh keliling, telah berpulang di usia 87 tahun. Aktor senior Inggris ini, yang juga pernah jadi nominasi Oscar berkat perannya di film “Billy Budd,” memang punya range akting yang bikin kita geleng-geleng kepala. Kabar duka ini menandai akhir dari perjalanan panjang seorang seniman yang karyanya abadi di layar lebar.
Keluarganya mengonfirmasi kepada Reuters bahwa Stamp meninggal dunia pada Minggu pagi karena sebab yang tidak diungkapkan. Kepergiannya tentu meninggalkan duka mendalam bagi dunia perfilman dan para penggemarnya yang setia.
“Ia meninggalkan warisan karya yang luar biasa, baik sebagai aktor maupun penulis, yang akan terus menyentuh dan menginspirasi orang selama bertahun-tahun mendatang,” demikian pernyataan yang disampaikan oleh pihak keluarga. Ini bukan sekadar ucapan klise, mengingat jejak karirnya yang begitu kaya.
Dari Jenderal Zod ke Diva Gurun: Perjalanan Sang Aktor Legendaris
Stamp memulai karir aktingnya di panggung West End London pada tahun 1960. Namun, namanya mulai mendunia dan mendapatkan pengakuan kritis setelah perannya sebagai karakter utama di adaptasi novel petualangan sejarah Herman Melville, “Billy Budd,” karya Peter Ustinov pada tahun 1962. Sejak itu, sorotan kamera tak pernah jauh darinya.
Karakter Billy Budd, seorang awak kapal angkatan laut yang tragis dan gagap, dihidupkan Stamp dengan humanisme yang mendalam. Penampilannya itu langsung menetapkan Stamp sebagai talenta yang patut diperhitungkan, bahkan diganjar Golden Globe Award sebagai pendatang baru pria terbaik. Meski begitu, ia baru benar-benar meroket di Hollywood pada tahun 1978.
Menembus Hollywood dan Dilema Typecasting Penjahat Kelas Kakap
Saat itu, Stamp membawakan persona dingin musuh bebuyutan Superman, General Zod, dalam film pertama dari waralaba yang sangat sukses. Zod yang dingin dan bermata pucat ini sukses besar, saking suksesnya sampai-sampai Stamp khawatir jadi tipecast penjahat abadi. Ia mengulang perannya sebagai Zod dalam “Superman II” pada tahun 1982, semakin mengukuhkan citra villain-nya.
Khawatir terjebak dalam peran antagonis, Stamp mencoba sesuatu yang radikal pada tahun 1994. Ia mengambil peran seorang wanita transgender bernama Bernadette dalam film klasik Stephan Elliott, “Priscilla Queen of the Desert.” Bayangkan, dari jenderal alien ke diva transgender. Sebuah plot twist karir yang tak terduga dan patut diacungi jempol.
Film “Priscilla” ini menjadi salah satu film pertama yang menampilkan karakter transgender sebagai pemeran utama di kancah internasional. Ketika film tersebut tayang perdana di Festival Film Cannes pada Mei tahun itu, kritikus film The Times, Kenneth Turan, sempat mewawancarai Stamp. Stamp mengaku sangat gugup memerankan peran tersebut.
Namun, seorang teman baik mendorongnya untuk mengambil peran itu, dengan mengatakan, “Kalau kamu tidak mulai mengambil peran seperti ini, yang bisa kamu harapkan hanyalah memainkan penjahat di film-film Hollywood seumur hidupmu.” Kata-kata itu, menurut Stamp, “menanamkan ketakutan dan kebencian di hatiku,” yang akhirnya memotivasinya mengambil peran berani tersebut.
“Priscilla,” yang mengisahkan sekelompok drag performer dalam perjalanan bus menuju sebuah hotel resor di gurun Australia, meraih sukses besar secara kritis. Turan bahkan menulis bahwa film itu “menambah semangat yang dibutuhkan pada adegan Festival Film Cannes,” memulai debutnya dalam “pemutaran tengah malam yang meriah.”
Kolaborasi Ikonik dan Warisan Akting yang Tak Lekang Zaman
Pada tahun 1999, Stamp bekerja sama dengan Peter Fonda dalam thriller kriminal Steven Soderbergh, “The Limey.” Film ini menampilkan “ketika ikon ’60-an bertabrakan,” seperti yang dicatat oleh The Times dalam sebuah fitur mengenai proyek tersebut. Stamp menyebut perannya sebagai mantan narapidana Inggris bernama Wilson yang menyelidiki kematian putrinya di L.A. sebagai “tawaran terbaik yang saya dapatkan dalam 40 tahun.”
Stamp dan Fonda, sahabat lama yang sudah lama ingin bekerja sama, sama-sama sedang mengalami masa comeback kala itu. Stamp baru saja memerankan Chancellor Finis Valorum dalam film blockbuster, “Star Wars Episode I: The Phantom Menace.” Ini menunjukkan betapa fleksibel dan relevannya ia di berbagai genre.
Terence Henry Stamp lahir di London pada tahun 1938. Ayahnya adalah anggota Merchant Navy dan sering bepergian untuk waktu yang lama. Stamp dibesarkan sebagian besar oleh ibu, nenek, dan berbagai bibinya. Ia sangat mencintai film dan mengidolakan Gary Cooper serta James Dean, sosok-sosok yang mungkin membentuk impian aktingnya.
Saat muda, ia mendapatkan beasiswa di Webber Douglas Academy of Dramatic Art, salah satu sekolah drama terkemuka di Inggris. Tak lama kemudian, ia mulai tampil di teater-teater repertori. Saat itu, teman sekamarnya adalah aktor muda Michael Caine. Mereka berdua berteman dengan Peter O’Toole, dengan cepat terlibat dalam kancah pesta London tahun 1960-an yang glamor. Stamp juga sempat berkencan dengan aktris Julie Christie, yang menjadi lawan mainnya dalam film fitur pertama sutradara Ken Loach, “Poor Cow” (1967).
Stamp dikenal karena dedikasi intensnya pada akting, terutama kemampuannya untuk mendalami dasar psikologis dari setiap karakter yang diperankan. Ia dikenal membawa kedalaman dan pengabdian yang sama pada semua perannya, termasuk “Term of Trial” (1962) bersama Laurence Olivier; “The Collector” (1965) karya William Wyler; “Modesty Blaise” (1966) karya Joseph Losey; adaptasi John Schlesinger dari Thomas Hardy “Far from the Madding Crowd” (1967); dan film pendek 50 menit karya Federico Fellini, “Toby Dammit” (1968), di antara banyak lainnya.
Pada tahun 1999, saat syuting “The Limey,” ia mengatakan kepada The Times, “Ketika Anda memiliki karir yang panjang, Anda seperti menggabungkan semua peran hebat Anda bersama. Jadi saya tidak berpikir tentang menjadi bagus dalam hal individu. Saya memikirkan total kolektif, bekerja dengan [William] Wyler dan Pasolini. Saya baru-baru ini berpikir, ‘Anda tahu, jika harus berakhir sekarang, itu akan benar-benar baik-baik saja.’ Dari ‘Billy Budd’ hingga ‘The Limey,’ sepertinya tak ada lagi yang bisa diminta oleh seorang aktor,” ujarnya, seolah sudah tahu bahwa warisannya akan abadi.