Pernahkah merasa seperti sedang bermain game _tower defense_, di mana musuh terus-menerus mencoba melewati pertahanan terbaik? Terkadang, dalam dunia kesehatan, tantangan untuk menjaga penyakit agar tidak progres juga terasa seperti itu. Terutama untuk karsinoma urotelial stadium lanjut, memastikan kondisi tetap stabil setelah kemoterapi lini pertama adalah misi yang cukup menantang. Untungnya, ada berita menarik yang datang dari “medley” percobaan baru, memberikan harapan agar durasi ketenangan ini bisa diperpanjang, bukan cuma sekadar _lagging_ sebentar sebelum musuh datang lagi.
## Strategi Baru untuk Pertahanan Jangka Panjang
Meskipun avelumab (Bavencio) telah menjadi garda depan dalam strategi perawatan _maintenance_ untuk karsinoma urotelial, hasil terbaru dari uji coba fase 2 JAVELIN Bladder Medley (NCT05327530) menunjukkan bahwa ada cara untuk meningkatkan pertahanan tersebut. Kombinasi _switch maintenance_ avelumab dengan sacituzumab govitecan-hziy (Trodelvy) telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam _progression-free survival_ (PFS) dibandingkan dengan avelumab tunggal. Ini seperti meningkatkan pertahanan dasar dengan _armor_ tambahan yang lebih kuat.
Uji coba ini fokus pada pasien karsinoma urotelial lokal lanjut atau metastasis yang tidak menunjukkan progres setelah menjalani kemoterapi lini pertama berbasis platinum. Sebuah kondisi yang sebelumnya seringkali meninggalkan banyak pertanyaan tentang langkah selanjutnya. Penambahan sacituzumab govitecan, sebuah _antibody-drug conjugate_ (ADC) yang menargetkan Trop2, tampaknya menjadi kunci yang mengubah permainan. Hasil ini memberikan pandangan baru tentang bagaimana “memperpanjang” fase bebas penyakit.
Data yang diterbitkan dalam _Annals of Oncology_ memperlihatkan bahwa median PFS yang dinilai oleh peneliti untuk kombinasi (n=74) mencapai 11,17 bulan, jauh lebih unggul dibandingkan 3,75 bulan dengan monoterapi avelumab (n=74). Angka ini menunjukkan pengurangan risiko progres penyakit atau kematian sebesar 51%. Artinya, durasi “aman” pasien diperpanjang secara signifikan, sebuah pencapaian yang terasa seperti mendapatkan _power-up_ langka dalam pertarungan panjang.
## Menelisik Dapur Percobaan JAVELIN Bladder Medley
Uji coba JAVELIN Bladder Medley merupakan studi fase 2, internasional, _open-label_, dan paralel. Peserta yang memenuhi syarat adalah pasien dengan karsinoma urotelial lokal lanjut atau metastasis yang tidak dapat direseksi, dan yang tidak menunjukkan progres setelah 4 hingga 6 siklus kemoterapi lini pertama menggunakan cisplatin dan/atau carboplatin plus gemcitabine. Mereka juga harus berusia minimal 18 tahun dengan status kinerja ECOG 0 atau 1.
Setelah jeda 4 hingga 10 minggu dari dosis kemoterapi terakhir mereka, para peserta diacak dengan rasio 2:1. Ada yang menerima avelumab 800 mg setiap 2 minggu saja, dan ada juga yang menerima kombinasi avelumab dengan 10 mg/kg sacituzumab govitecan pada hari ke-1 dan ke-8 dari siklus 21 hari. Perawatan ini berlanjut sampai ada progres penyakit, toksisitas yang tidak dapat ditoleransi, penarikan persetujuan, inisiasi perawatan antikanker baru, atau alasan lain untuk penghentian permanen.
Titik akhir utama yang dinilai adalah PFS yang dievaluasi oleh peneliti dan profil keamanan. Sementara itu, titik akhir sekunder meliputi _overall survival_ (OS), _objective response_ (respons objektif), dan _duration of response_ (DOR). Perlu dicatat, untuk analisis PFS dan OS, data dari lengan monoterapi avelumab _diperluas_ menggunakan data berbobot skor kecenderungan dari lengan avelumab plus _best-supportive-care_ (BSC) dari uji coba JAVELIN Bladder 100 sebelumnya. Ini menunjukkan upaya maksimal untuk memastikan perbandingan yang relevan, seolah mencari _benchmark_ yang paling akurat dari data historis.
## Membandingkan Para Pemberani: Demografi dan Respons
Secara demografi, kedua kelompok perlakuan cukup seimbang. Median usia pasien pada lengan kombinasi avelumab/sacituzumab govitecan adalah 70 tahun, sedikit lebih tua dari 67 tahun di lengan monoterapi avelumab. Mayoritas pasien adalah pria, dengan lokasi tumor primer di kandung kemih. Status PD-L1 negatif juga dominan, dan sebagian besar tidak memiliki lesi hati atau paru-paru saat randomisasi. Sekitar separuh pasien berasal dari Eropa, menunjukkan cakupan studi yang luas.
Dalam lengan kombinasi, separuh pasien memiliki metastasis viseral pada awal kemoterapi lini pertama, dan separuhnya lagi metastasis nonviseral. Sementara itu, pada lengan monoterapi, angkanya serupa. Sebagian besar pasien di kedua lengan menunjukkan respons lengkap (CR) atau respons parsial (PR) sebagai respons terbaik mereka terhadap kemoterapi lini pertama, menunjukkan bahwa mereka adalah kandidat yang baik untuk perawatan _maintenance_.
Median _follow-up_ untuk PFS adalah 10,94 bulan di lengan kombinasi dan 19,25 bulan di lengan monoterapi. Pada _follow-up_ terakhir, sebagian besar pasien di kedua lengan masih hidup. Sebuah analisis sensitivitas, yang tidak menyertakan data kontrol yang diperluas, juga mengkonfirmasi keunggulan kombinasi dengan median PFS 3,56 bulan untuk avelumab monoterapi, dan rasio _hazard_ 0,43. Ini semakin memperkuat bukti bahwa kombinasi ini adalah “paket kombo” yang jauh lebih efektif.
Data OS masih belum matang pada saat batas waktu data, namun trennya menjanjikan. Median OS belum tercapai pada lengan avelumab dengan sacituzumab govitecan, dibandingkan 23,75 bulan tanpa itu. Tingkat respons objektif mencapai 24,3% di lengan kombinasi, jauh di atas 2,7% di lengan monoterapi. Ini menunjukkan bahwa kombo ini tidak hanya memperlambat progres, tetapi juga mampu mencapai respons klinis yang lebih berarti, seakan memberikan _buff_ ganda untuk pasien.
## Menyelami Efek Samping: Antara Risiko dan Manfaat
Tentu saja, seperti _power-up_ dalam game, ada harga yang harus dibayar. Efek samping terkait pengobatan (TRAE) dilaporkan pada 97,3% pasien di lengan avelumab/sacituzumab govitecan, dibandingkan 63,9% di lengan monoterapi avelumab. Lebih lanjut, kasus TRAE tingkat 3 atau lebih tinggi mencapai 69,9% di lengan kombinasi, sedangkan 0% di lengan monoterapi. Ini menunjukkan bahwa kombinasi ini memang lebih intensif dalam hal efek samping, sebuah konsekuensi yang harus diperhitungkan.
TRAE umum terkait avelumab yang dilaporkan di kedua lengan meliputi kelelahan, diare, astenia, dan pruritus. Namun, ada efek samping spesifik yang lebih sering muncul di lengan kombinasi yang berkaitan dengan sacituzumab govitecan. Ini termasuk alopesia (rambut rontok) yang sangat sering terjadi (58,9%), diare (49,3%), dan neutropenia (47,9%). Beberapa efek ini dapat mencapai tingkat keparahan yang lebih tinggi, seperti neutropenia yang bisa mencapai 39,7% pada grade ≥3.
Meskipun efek sampingnya lebih banyak dan lebih berat, para peneliti menegaskan bahwa kombinasi avelumab dengan _antibody-drug conjugate_ (ADC) anti-Trop2 ini, seperti sacituzumab govitecan, “dapat menjadi strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan hasil pasien pada karsinoma urotelial lokal lanjut/metastasis.” Ini berarti, terlepas dari tantangan efek samping, manfaat yang ditawarkan oleh kombinasi ini sepertinya jauh lebih besar, membuka babak baru dalam manajemen penyakit ini.
## Menuju Masa Depan dengan Harapan Baru
Hasil dari uji coba JAVELIN Bladder Medley ini telah mengkonfirmasi kembali efikasi dan keamanan avelumab sebagai perawatan _maintenance_ lini pertama, sekaligus menunjukkan potensi luar biasa dari kombinasi dengan sacituzumab govitecan. Peningkatan signifikan dalam _progression-free survival_ adalah kabar baik yang tidak bisa diremehkan. Meskipun ada peningkatan efek samping yang terkait dengan kombinasi, potensi manfaatnya dalam memperpanjang waktu bebas penyakit dan meningkatkan respons objektif menawarkan secercah harapan bagi pasien karsinoma urotelial stadium lanjut. Ini adalah langkah maju yang signifikan, menandakan bahwa “maintenance” dalam pertarungan melawan kanker kini punya strategi yang lebih cerdas dan _powerful_.