Siapa sangka, seorang frontman band rock yang mendunia ternyata juga manusia biasa? Damiano David, vokalis Måneskin, baru-baru ini merilis album solo perdananya, "Funny Little Fears," yang menjadi jendela menuju sisi pribadinya yang jarang tersorot. Bukan hanya tentang hingar bingar panggung dan sorotan lampu, tapi juga tentang kegelisahan dan ketakutan yang mungkin relate banget sama kita semua. Rockstar juga manusia, gaes!
Dari Eurovision ke Puncak Dunia: Kisah Singkat Måneskin
Mungkin beberapa dari kamu masih ingat momen epic ketika Måneskin memenangkan Eurovision Song Contest 2021. Kemenangan itu bagaikan roket yang meluncurkan mereka ke orbit popularitas global. Gaya glam-rock yang rebellious, penampilan panggung yang memukau, dan lagu-lagu catchy seperti "I Wanna Be Your Slave" dan cover "Beggin'" langsung mencuri perhatian dunia. Singkat kata, mereka menjadi wajah baru rock mainstream global.
Namun, di balik gemerlapnya kesuksesan, Damiano David merasakan tekanan yang luar biasa. Tur dunia yang padat, sorotan media yang tiada henti, dan ekspektasi penggemar yang tinggi mulai memengaruhi dirinya. Dia mengakui bahwa persona panggung dan persona pribadinya mulai terasa distancing, sebuah fenomena yang mungkin sering dialami oleh para public figure.
Setelah hampir satu dekade bersama Måneskin, Damiano merasa perlu untuk "berhenti sejenak" dan mengejar ketertinggalan dengan dirinya sendiri. Keputusan inilah yang akhirnya membawanya ke Los Angeles, kota yang menjadi saksi lahirnya "Funny Little Fears."
LA Story: Mencari Ketenangan di Tengah Keramaian
Kenapa Los Angeles? Menurut Damiano, LA menawarkan kombinasi ideal antara sesuatu yang familiar dan sesuatu yang baru. Måneskin pernah menulis sebagian dari album "Rush!" di sana, dan dia merasa nyaman dengan atmosfer kota tersebut. Di sisi lain, LA juga memberinya kesempatan untuk memulai fresh start, jauh dari dinamika sehari-hari di Italia.
Pindah ke LA bukan hanya tentang mencari tempat baru untuk tinggal, tapi juga tentang membangun komunitas dan kehidupan sosial. Selama bertahun-tahun, Damiano hidup berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lain, jarang punya kesempatan untuk membuka koper dan merasa seperti di rumah. Di LA, dia akhirnya menemukan tempat yang bisa disebut "rumah," tempat dia bisa membeli perabotan, menata ruangan, dan membangun kehidupan dengan pasangannya, Dove Cameron.
Kebebasan untuk membuka koper, secara literal dan metaforis, memberinya ruang untuk bernapas dan merenungkan banyak hal. Di sinilah proses kreatif untuk album solo dimulai.
"Funny Little Fears": Jurnal Pribadi yang Diubah Jadi Lagu
"Funny Little Fears" adalah album yang sangat personal. Damiano membuka diri tentang kecemasan, ketakutan, dan keraguan yang selama ini mungkin tersembunyi di balik citra rockstar yang percaya diri. Dia mengakui bahwa menulis lagu adalah cara untuk silencing kebisingan di dalam pikirannya dan fokus pada inti dari masalah yang dihadapi.
Salah satu lagu yang paling menyentuh adalah "Solitude (No One Understands Me)." Damiano menggambarkan lagu ini sebagai halaman jurnal yang diubah menjadi lirik. Gaya vokalnya yang exposed, terkadang berbisik, terkadang meninggi, mencerminkan emosi yang jujur dan rentan. Dia mengaku bukan penyanyi yang sangat teknis, tapi dia menggunakan suara dan tubuhnya sebagai alat untuk menyampaikan pesan dengan cara yang intens dan dinamis.
Namun, "Funny Little Fears" bukan hanya tentang kesedihan dan kegelisahan. Lagu-lagu seperti "Tango" dan "Voices" justru memiliki beat yang upbeat dan catchy, meskipun liriknya mengandung tema yang lebih gelap. Damiano menjelaskan bahwa emosi manusia itu kompleks, dan lagu sedih tidak harus selalu berupa ballad. Kadang, menari dengan kesedihan bisa menjadi cara untuk menghadapinya.
Berkolaborasi dengan Generasi Z: D4vd dan Suki Waterhouse
Damiano juga menggandeng beberapa musisi muda berbakat untuk berkolaborasi di album "Funny Little Fears," termasuk D4vd dan Suki Waterhouse. Dia mengaku sangat senang bekerja sama dengan orang-orang yang dia hormati dan kagumi. Baginya, kolaborasi adalah tentang membawa musik ke level yang playful dan menyenangkan.
Kerja sama dengan D4vd dan Suki Waterhouse adalah contoh bagaimana Damiano ingin belajar dari generasi muda dan membawa perspektif baru ke dalam musiknya. Dia ingin menciptakan suasana di mana semua orang bisa bersinar dan merasa nyaman untuk berekspresi.
Apa Kabar Måneskin? Masa Depan yang Penuh Misteri
Setelah merilis album solo, banyak yang bertanya-tanya tentang masa depan Måneskin. Apakah band ini akan bubar? Apakah Damiano akan fokus pada karier solonya? Jangan panik dulu, gaes! Damiano menegaskan bahwa dia masih sangat mencintai Måneskin dan tidak berencana untuk meninggalkan band.
Namun, dia juga mengakui bahwa dia dan anggota band lainnya perlu beristirahat dan mengisi ulang energi sebelum kembali berkarya bersama. Dia belajar banyak dari pengalaman sebelumnya dan sekarang lebih memahami kebutuhan dirinya dan band. Komunikasi yang lebih baik dan manajemen yang lebih sehat akan menjadi kunci untuk menjaga Måneskin tetap solid di masa depan.
Damiano belum tahu kapan Måneskin akan mulai menulis lagu baru, tetapi dia berharap proyek berikutnya akan terasa organic dan genuine. Dia juga tidak menutup kemungkinan untuk membuat album solo kedua, atau bahkan mencoba peruntungan di dunia film. Intinya, dia ingin tetap membuka semua pintu dan menjelajahi semua kemungkinan.
Yang jelas, Damiano David adalah sosok yang dynamic dan multitalented. Dia bukan hanya seorang rockstar, tapi juga seorang seniman yang terus berkembang dan mencari jati diri. Album "Funny Little Fears" adalah bukti bahwa di balik gemerlapnya kesuksesan, ada manusia biasa dengan ketakutan dan harapan yang sama seperti kita. So, jangan takut untuk menunjukkan sisi rentanmu, gaes! Itu yang bikin kita jadi manusia seutuhnya.