Kita semua tahu, hidup itu singkat. Tapi, bagaimana kalau setelah ‘udahan', kita bisa memberikan dampak positif bagi planet ini? Kedengarannya seperti plot film superhero lingkungan, kan? Ternyata, ini bukan fiksi ilmiah lagi.
Pernahkah kamu memikirkan dampak lingkungan dari pemakaman tradisional atau kremasi? Emisi karbon, beton, baja, bahan kimia… daftar ini lebih panjang dari antrean konser idol K-pop! Tapi jangan khawatir, inovasi baru hadir untuk menyelamatkan kita – dan laut!
Selamat Tinggal Pemakaman Tradisional, Halo Terumbu Karang Abadi!
Bayangkan ini: alih-alih peti mati dan batu nisan, abu jenazahmu diubah menjadi bagian dari ekosistem laut yang indah. Kedengarannya lebih keren daripada makam keluarga yang berdebu, kan? Inilah ide di balik Resting Reef, startup asal Inggris yang mengubah konsep pemakaman menjadi sesuatu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Mereka menggabungkan abu manusia atau hewan peliharaan dengan cangkang tiram yang dihancurkan dan beton, menciptakan struktur reef buatan yang mendorong pertumbuhan biota laut.
Dari Abu Menjadi Kehidupan: Proses yang Berkelanjutan
Resting Reef menggunakan aquamasi, proses kremasi basa yang lebih ramah lingkungan, untuk mengurangi dampak karbon. Mereka mencampurkan abu dengan bahan-bahan yang mendukung pertumbuhan laut dan mencetak 3D formula tersebut menjadi struktur terumbu karang dengan desain yang beragam. Struktur ini dirancang untuk menciptakan habitat yang ideal bagi berbagai spesies ikan, dengan berbagai ketinggian, tekstur, dan sistem terowongan.
Manfaat Terumbu Karang Buatan: Lebih dari Sekadar Kenangan
Terumbu karang buatan ini bukan hanya tempat peristirahatan terakhir yang unik. Mereka juga memberikan manfaat lingkungan yang signifikan.
- Meningkatkan Biodiversitas Laut: Terumbu karang buatan menyediakan habitat bagi berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya, meningkatkan keanekaragaman hayati di area yang terdegradasi.
- Menyaring Air: Terumbu karang membantu menyaring air laut, menjadikannya lebih bersih dan sehat.
- Mencegah Erosi Pantai: Struktur terumbu karang bertindak sebagai penghalang alami, melindungi pantai dari erosi akibat gelombang dan badai.
- Menyerap Karbon Dioksida (CO2): Terumbu karang dapat menyerap CO2 dari atmosfer, membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Diperkirakan mereka mampu menangkap 2.2 juta kg CO2 dalam 3 tahun.
Bali, Plymouth, dan Masa Depan yang Lebih Hijau
Resting Reef memulai proyek percontohan mereka di Bali, Indonesia, dengan menggunakan abu hewan peliharaan untuk menciptakan terumbu karang buatan. Hasilnya sangat menggembirakan, dengan peningkatan signifikan dalam keanekaragaman hayati ikan. Sekarang, mereka memperluas layanan mereka untuk manusia dan berencana untuk mendirikan terumbu karang memorial di Plymouth Breakwater, Inggris.
Mengubah Industri Kematian: Dari Kesedihan Menjadi Harapan
Aura Pérez dan Louise Skajem, pendiri Resting Reef, memiliki visi untuk mengubah industri kematian menjadi sesuatu yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada kehidupan. Mereka percaya bahwa pemakaman seharusnya menjadi tempat yang menghubungkan kita kembali dengan alam, bukan hanya sekadar tempat untuk berduka.
Penghargaan dan Dukungan: Pengakuan Atas Inovasi
Inovasi Resting Reef telah diakui secara internasional. Mereka memenangkan Terra Carta Design Lab, sebuah kompetisi global yang didirikan oleh Raja Charles dan desainer Inggris Sir Jony Ive. Mereka juga menerima hibah dari Innovate UK dan masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 untuk Social Impact di Eropa.
Keterlibatan Komunitas: Kunci Keberhasilan
Proyek Resting Reef di Bali dilakukan dengan berkolaborasi dengan komunitas lokal. Keterlibatan komunitas sangat penting untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan proyek ini. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk ahli biologi kelautan dan otoritas pelabuhan, juga menjadi faktor kunci.
Biaya dan Aksesibilitas: Investasi untuk Masa Depan
Biaya awal untuk memorial manusia di Resting Reef adalah £3,900. Keluarga dapat membayar lebih untuk berbagai kegiatan yang dirancang khusus di lokasi tersebut. Meskipun terkesan mahal, ini adalah investasi untuk masa depan planet ini. Kita tidak hanya memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang kita cintai, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan laut.
Dampak Positif yang Terukur: Data Berbicara
Proyek percontohan Resting Reef di Bali menarik 59 spesies ikan dan mencapai keanekaragaman ikan 12 kali lebih besar dari area yang terdegradasi di sekitarnya. Data ini menunjukkan potensi besar terumbu karang buatan dalam memulihkan ekosistem laut.
Masa Depan Industri Kematian: Berkelanjutan dan Bermakna
Resting Reef bukan hanya tentang menciptakan terumbu karang buatan. Ini tentang mengubah cara kita memandang kematian dan dampaknya terhadap lingkungan. Ini tentang menciptakan warisan yang positif dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Menciptakan Surga Bawah Laut: Warisan Abadi
Proyek ini sejalan dengan kebijakan lingkungan seperti melindungi 30% daratan dan lautan dunia pada tahun 2030, serta kebijakan Marine Net Gain untuk memastikan pembangunan di lingkungan laut meninggalkan ekosistem dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, dengan fokus pada peningkatan keanekaragaman hayati.
Lebih dari Sekadar Pemakaman: Peluang untuk Pariwisata dan Ekonomi
Selain manfaat lingkungan, proyek Resting Reef juga memiliki potensi untuk meningkatkan pariwisata selam dan perikanan, serta mendukung berbagai industri maritim lainnya. Ini adalah contoh bagaimana pelestarian lingkungan dapat berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Kita mungkin tidak bisa hidup selamanya, tapi kita bisa memastikan bahwa warisan kita memberi kehidupan bagi orang lain – dan juga bagi ikan-ikan di laut. Bayangkan, alih-alih batu nisan yang membosankan, ada terumbu karang yang ramai dengan kehidupan, menjadi saksi bisu cinta dan kenangan. Kematian memang menyedihkan, tapi setidaknya, kita bisa membuatnya eco-friendly.