Bayangkan kamu masuk ke toko barang antik, liat cermin tua yang udah kusam, dan tiba-tiba ada suara hati kecil bilang, “jangan sentuh”. Kalau kamu orang penasaran tingkat dewa, mungkin bakal tetep pegang. Tapi kalau kamu Lorraine Warren, pegang cermin itu sama aja buka pintu ke dunia gelap yang nggak bakal tutup lagi. Di sinilah cerita The Conjuring: Last Rites dimulai.
Film ini premiere di bioskop tanggal 3 September, jadi sampai hari ini masih on going lima hari. Artikel ini bakal jadi semacam peta jalan: buat yang belum nonton ada sinopsis & vibe film, buat yang udah nonton bisa flashback sambil nyari pesan penting di balik jumpscare.
Awal Mula: Cermin Antik & Kutukan Panjang
Inti masalah film ini sederhana: sebuah cermin antik. Pemilik toko meninggal janggal sebelum sempat menjualnya. Dari luar biasa aja, tapi di balik kaca itu ada demon spirit besar. Ed & Lorraine Warren diminta menyelidiki kematian misterius.
Ketika Lorraine menyentuh cermin pertama kali, dia sedang hamil. Sentuhan itu bikin koneksi supernatural antara janin Judy dan demon spirit di cermin. Sejak saat itu, roh jahat seolah punya janji terkutuk: bakal “mengambil kembali” jiwa Judy. Bayangin horor seorang ibu kalau anaknya jadi incaran setan sejak dalam kandungan.
Dari Smurl Family ke Perjalanan Panjang
Last Rites ngikat benang merah dari kasus-kasus sebelumnya. Dari cermin ke kasus Smurl family, sampai perjalanan panjang Ed & Lorraine. Kalau kamu udah ngikutin semesta Conjuring, film ini ngajak mundur ke root cause semua teror: cermin antik itu.
Cerita horor bukan cuma tentang “siapa kerasukan siapa,” tapi perjalanan batin. Gimana pasangan Warren menghadapi pertempuran terakhir—bukan hanya dengan setan, tapi juga ketakutan kehilangan satu sama lain.
Gelap, Lampu Mati, dan Humor Receh
Sepanjang film, setting ruangan gelap, lampu banyak yang sengaja nggak nyala. Dalam hati aku sempet nyeletuk, “ini rumah Smurl listriknya 900 watt PLN subsidi kali ya, makanya lampu mati semua.” Bayangin kalau ada tim PLN ikut main, mungkin setannya kalah duluan sama suara meteran bunyi “tiiit-tiit”.
Terus soal cermin antik yang ribet dipindahin. Kalau ada Lalamove, mungkin film ini cuma 20 menit: order, angkut, beres. Tapi ya namanya horor, harus ribet dulu biar jadi cerita. Kalau gampang, nggak bakal ada cinematic universe Conjuring, kan?
Horor vs Haru: Chemistry yang Memikat
Kalau ditanya “serem nggak?”, jelas iya. Ada jumpscare, suara pintu berderit, roh jahat nongol tiba-tiba. Tapi yang bikin beda adalah lapisan emosinya. Kamu nggak cuma takut sama setannya, tapi juga kebawa haru melihat cinta & doa jadi senjata terakhir Warren.
Patrick Wilson & Vera Farmiga tetap memukau. Adegan menegangkan dikombinasi humor tipis & momen keluarga hangat, bikin film nggak monoton.
Doa: Senjata Paling Ampuh
Dari awal sampai akhir, film ini menyampaikan satu pesan: doa adalah senjata paling ampuh melawan kejahatan. Lorraine & Ed nggak hanya mengandalkan keberanian atau alat eksorsisme, tapi cinta dan doa mereka lah yang mengalahkan demon spirit di cermin.
Sebagai penonton, aku kebawa refleksi. Doa kadang diremehkan, tapi saat mentok, doa jadi satu-satunya pegangan. Film ini kayak tamparan halus: mau sekuat apapun jahatnya dunia, doa & cinta lebih besar dari semua itu.
Plus Minus Film
Plus:
- Chemistry Patrick & Vera tetap magnet utama
- Storyline ngikat semua kisah jadi satu benang merah
- Pesan moral kuat
Minus:
- Buat penonton yang cuma mau full horor, mungkin agak kecewa
- Beberapa CGI terburu-buru, tapi masih oke
Jadwal Nonton di Semarang
Masih tayang di berbagai bioskop Semarang:
- Central City XXI – Rp 30.000 → 12:30 – 21:00
- Cinepolis Java Supermall – Rp 35.000 → 10:45 – 21:45
- Citra XXI – Rp 35.000 → 12:30 – 21:00
- DP Mall XXI – Rp 40.000 → 12:15 – 20:45 | Premiere Rp 75.000 → 13:30, 16:00, 18:30, 21:00
- Paragon XXI – Rp 35.000 → 12:35 – 21:05
- Tentrem Mall XXI – Rp 30.000 → 12:30 – 20:45 | Premiere Rp 75.000 → 13:30, 16:00, 18:30, 21:00
- The Park XXI – Rp 30.000 → 12:15 – 20:45 | IMAX 2D Rp 35.000 → 13:45, 16:15, 18:45, 21:15
Tips: IMAX biar jumpscare lebih terasa & atmosfer gelapnya lebih nempel.
Apa yang Bisa Dibawa Pulang
The Conjuring: Last Rites bukan sekadar horor buat bikin deg-degan. Film ini pengen kita sadar bahwa di dunia penuh kegelapan, ada senjata sederhana yang ampuh: doa & cinta.
Kalau pasangan Warren bisa bertahan dengan doa, kenapa kita nggak? Hidup penuh “setan” versi masing-masing—kerjaan, hubungan, tagihan listrik naik terus. Tapi sama seperti di film, doa bisa jadi benteng yang lebih kuat dari yang kita kira. Dan itu, jauh lebih menakutkan daripada hantu mana pun.