Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Wolves: Hardcore Inggris yang Menggebrak Batas dengan Mathcore dan Melodi

The xx Siap Kembali: Bocoran Latihan & Isyarat Coachella 2026!

Bayangkan ini: kiamat sudah dekat, tapi bukan kiamat ala film Hollywood. Ini kiamat eksistensial para penggemar musik indie era 2010-an. Ya, The xx, band yang menemani malam-malam galau kita dulu, dikabarkan akan comeback! Apakah ini pertanda generasi TikTok akan mengenal musik yang lebih dalam dari sekadar sound viral? Mari kita bedah fenomena ini.

The xx Kembali: Nostalgia atau Relevansi?

The xx, bagi sebagian orang, adalah soundtrack masa lalu yang indah. Bagi yang lain, mungkin cuma band yang lagunya sering diputar di kafe-kafe hipster. Tapi yang jelas, kembalinya mereka ke dunia musik bukan sekadar reuni biasa. Ini adalah pertaruhan. Mampukah mereka relevan di era musik yang serba cepat dan penuh distorsi ini? Atau hanya akan menjadi fosil kejayaan indie di masa lalu?

Kita semua tahu, selera musik itu seperti update software: selalu ada yang baru. Band-band baru bermunculan setiap hari, menawarkan berbagai macam genre dan eksperimen suara. Lalu, di tengah gempuran musik hyperpop dan lo-fi yang mendominasi playlist anak muda, The xx dengan musik minimalis dan melankolisnya, punya tempat?

Coachella 2026: Panggung Pembuktian

Pengumuman bahwa The xx akan tampil di Coachella 2026 bagaikan petir di siang bolong. Coachella, festival musik yang kini lebih dikenal sebagai ajang pamer outfit dan konten Instagram, tiba-tiba mengumumkan line-up yang membuat para indieheads era 2010-an terlonjak kaget. Apakah ini strategi untuk menarik perhatian generasi tua, atau justru ingin memperkenalkan The xx pada generasi baru?

Yang jelas, tampil di Coachella adalah kesempatan emas bagi The xx untuk membuktikan diri. Ini bukan sekadar nostalgia, tapi tentang menunjukkan bahwa musik mereka masih punya tempat di hati pendengar. Tapi ingat, Coachella itu panggung yang kejam. Jika tidak mampu memberikan penampilan yang memukau, siap-siap saja menjadi bahan meme dan olokan di media sosial.

Kita semua tahu, haters itu seperti lalat: selalu ada di mana-mana. Jadi, The xx harus benar-benar mempersiapkan diri. Bukan hanya secara musikalitas, tapi juga mental. Karena di era digital ini, kritikan pedas bisa datang dari mana saja, kapan saja.

Solo Karier yang Memperkaya

Sebelum memutuskan untuk kembali bersama, para personel The xx sempat menjelajahi dunia solo karier. Jamie xx dengan musik elektroniknya yang inovatif, Romy dengan sentuhan house yang melankolis, dan Oliver Sim dengan kejujuran dalam lirik-liriknya. Pengalaman solo ini tentu membawa warna baru bagi musik The xx.

Jamie xx, misalnya, berhasil membuktikan bahwa ia bukan hanya sekadar producer di balik layar. Albumnya, ‘In Waves’, mendapatkan pujian dari kritikus musik. Romy juga sukses dengan album solo ‘Mid Air’ yang mendapatkan rating tinggi dari NME. Sementara Oliver Sim, dengan ‘Hideous Bastard’, berhasil menunjukkan sisi dirinya yang lebih personal dan intim.

Pertanyaannya, apakah pengalaman solo ini akan membuat musik The xx menjadi lebih kaya dan kompleks? Atau justru membuat mereka kehilangan identitas dan menjadi sekadar kumpulan ide-ide yang tidak menyatu? Jawabannya, tentu saja, ada di album keempat mereka yang sangat dinantikan.

Album Keempat: Antara Ekspektasi dan Realita

Setelah ‘I See You’ yang dirilis pada tahun 2017, para penggemar The xx tentu sudah sangat merindukan album baru dari band kesayangan mereka. Apalagi, dengan pengalaman solo masing-masing personel, ekspektasi terhadap album keempat ini tentu sangat tinggi.

Romy sendiri sempat memberikan sedikit bocoran tentang album baru ini. Katanya, mereka mencoba hal-hal baru, tapi tetap terdengar seperti The xx. Sebuah pernyataan yang ambigu, tapi cukup membuat penasaran. Apakah mereka akan bereksperimen dengan genre baru, atau tetap setia pada formula musik minimalis mereka?

Kita semua tahu, membuat album itu seperti membangun rumah. Harus ada fondasi yang kuat, desain yang menarik, dan tentu saja, kenyamanan bagi penghuninya. Jika salah satu elemen tidak terpenuhi, hasilnya pasti tidak akan memuaskan. Jadi, mari kita berharap The xx berhasil membangun rumah yang indah dan nyaman untuk para penggemarnya.

Reuni di Atas Panggung: Pertanda Baik?

Sebelum pengumuman Coachella, The xx sempat reuni di atas panggung saat Jamie xx tampil di LIDO Festival di London pada tahun 2025. Momen ini tentu saja membuat para penggemar semakin berharap akan kembalinya band ini. Tapi, apakah reuni di atas panggung bisa menjadi jaminan bahwa album baru mereka akan bagus?

Reuni, kadang-kadang, hanya menjadi ajang nostalgia belaka. Band-band yang sudah lama tidak tampil bersama berkumpul kembali untuk memainkan lagu-lagu lama mereka, tanpa ada keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tapi, semoga saja The xx tidak termasuk dalam kategori ini.

The xx dan Generasi TikTok: Mungkinkah Berjodoh?

Ini pertanyaan krusial: mampukah The xx menjangkau generasi TikTok? Generasi yang terbiasa dengan musik yang serba cepat, penuh warna, dan mudah dicerna. Sementara musik The xx, dengan tempo yang lambat dan lirik yang melankolis, mungkin terasa terlalu berat bagi sebagian anak muda.

Namun, jangan salah, generasi TikTok juga punya sisi yang lebih dalam. Mereka juga bisa merasakan kesedihan, kerinduan, dan kegelisahan. Dan mungkin, musik The xx bisa menjadi pelipur lara bagi mereka yang sedang patah hati atau merasa kesepian. Siapa tahu, The xx justru bisa menjadi soundtrack baru bagi generasi yang katanya serba instan ini.

Jadi, mari kita tunggu dan lihat. Apakah The xx akan berhasil comeback dengan gemilang, atau justru menjadi kenangan indah di masa lalu. Yang jelas, kembalinya mereka ke dunia musik adalah sebuah peristiwa yang patut untuk dirayakan. Karena di tengah gempuran musik yang serba komersial, masih ada band yang berani menawarkan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang lebih dalam, lebih jujur, dan lebih bermakna.

Previous Post

Rosetta Stone: Kuasai Bahasa Asing dengan Diskon Lifetime, Investasi Masa Depan!

Next Post

Budaya Toxic: Dampak Buruk di Tempat Kerja Inggris Terungkap

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *