Pernahkah kamu merasa musik zaman sekarang itu gitu-gitu aja? Terjebak dalam formula yang sama, lirik yang membosankan, dan aransemen yang copy-paste? Mungkin saatnya kamu melirik ke arah yang sedikit… nyeleneh. Siap untuk menyelami dunia art music yang ambisius?
Musik, lebih dari sekadar hiburan, bisa jadi sebuah perjalanan, sebuah eksplorasi tanpa henti. Beberapa band mengambil pendekatan ini dengan sangat serius, menjadikan musik sebagai panggilan hidup yang terus berevolusi. Mereka tak gentar bereksperimen, berinovasi, dan menantang batas-batas konvensional.
Salah satu band yang konsisten melakukan hal ini adalah These New Puritans. Grup musik asal Inggris ini telah lama dikenal karena pendekatan mereka yang unik terhadap musik. Sejak awal karir mereka, mereka telah menunjukkan ketidaksukaan terhadap kompromi artistik. Mereka lebih memilih untuk mengejar visi kreatif mereka sendiri, tanpa peduli dengan tren pasar atau tekanan komersial.
Perjalanan musik These New Puritans bisa dibilang cukup berliku. Setiap album mereka menawarkan sesuatu yang berbeda, menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan mereka sebagai musisi. Mereka tidak takut untuk mencoba hal-hal baru, menggabungkan berbagai genre dan elemen musik untuk menciptakan suara yang khas dan orisinal.
Bahkan, album-album mereka seringkali menjadi semacam petunjuk untuk karya mereka selanjutnya. Ide-ide yang muncul di satu album dapat berkembang dan diwujudkan lebih lanjut di album berikutnya. Ini menciptakan kesan bahwa diskografi mereka adalah sebuah cerita yang berkelanjutan, dengan setiap album menjadi babak yang penting.
Pendekatan do-it-yourself (DIY) juga menjadi ciri khas These New Puritans. Mereka terlibat langsung dalam setiap aspek produksi musik mereka, mulai dari penulisan lagu hingga mixing dan mastering. Hal ini memungkinkan mereka untuk memiliki kontrol penuh atas visi artistik mereka, memastikan bahwa setiap detail sesuai dengan keinginan mereka.
Dengan kata lain, mereka adalah otodidak sejati, yang mengandalkan kemampuan dan insting mereka sendiri untuk menciptakan musik yang otentik dan bermakna. Ini adalah sebuah pendekatan yang berani, terutama di era musik yang serba instan dan komersial.
Mencari Esensi dalam Musik Klasik dan Kontemporer
Album terbaru These New Puritans, Crooked Wing, adalah bukti lebih lanjut dari komitmen mereka terhadap inovasi musik. Album ini membawa kita kembali ke wilayah yang dieksplorasi dalam album mereka sebelumnya, Field of Reeds, dengan pendekatan yang lebih matang dan terfokus.
Crooked Wing menghadirkan musik chamber yang diatur dengan cermat, terinspirasi oleh komposer klasik seperti Benjamin Britten dan Steve Reich. Musik ini dimainkan dengan serangkaian instrumen tradisional seperti lonceng, piano, organ pipa, dan glockenspiel. Instrumentasi yang terdengar vintage ini menciptakan suasana yang unik, menggabungkan elemen masa lalu dan masa kini.
Namun, jangan salah paham. These New Puritans bukanlah band nostalgia yang berusaha menghidupkan kembali masa lalu. Sebaliknya, mereka adalah proyek modernis yang berfokus pada penciptaan estetika mereka sendiri, menggabungkan elemen klasik dengan sensitibilitas kontemporer. Mereka dengan cerdas memadukan yang kuno dan modern, menciptakan sebuah soundscape yang unik.
Kolaborasi Tak Terduga: Selebriti Bertemu Talent Lokal
Salah satu kunci kesuksesan These New Puritans adalah kemampuan mereka untuk mengumpulkan individu-individu berbakat di bawah bendera mereka. Crooked Wing menampilkan daftar tamu yang beragam, termasuk Caroline Polachek, yang berduet dengan Jack Barnett di single utama "Industrial Love Song," dan aktor Alexander Skarsgård, yang muncul dalam video musik "A Season in Hell."
Namun, dalam dunia These New Puritans, status selebriti tidak memberikan hak istimewa khusus. Bintang-bintang ini berbaur dengan talenta lokal lainnya, seperti sopran asal Kanada, Patricia Auchterlonie; Chris Laurence, seorang pemain bas ganda berusia tujuh puluh tahun dengan pengalaman puluhan tahun di musik jazz dan klasik Inggris; dan Alex Miller, seorang anggota Southend Boys Choir berusia 10 tahun.
Kehadiran Alex Miller sangat mencolok. Suaranya yang rapuh dan kuat, naif dan anehnya tak lekang oleh waktu, adalah hal pertama yang kita dengar di Crooked Wing, pada lagu pembuka "Waiting," dan juga yang terakhir, karena lirik lagu itu diulang pada lagu penutup "Return." Ia diiringi oleh organ yang direkam di St Mary's and All Saints Church di Stambridge, sebuah instrumen yang pernah dimainkan oleh kakek Barnett bersaudara.
Ini adalah sentuhan yang indah, yang menunjukkan bagaimana musik These New Puritans berusaha untuk meruntuhkan batasan waktu, menggabungkan yang kuno dan kontemporer. Mereka seolah-olah ingin mengatakan bahwa musik adalah sesuatu yang abadi, yang dapat menghubungkan kita dengan masa lalu dan menginspirasi kita di masa depan.
Lebih dari Sekadar Musik: Sebuah Pengalaman Sensorik
Musik These New Puritans bukan hanya untuk didengarkan, tetapi juga untuk dirasakan. Mereka menciptakan pengalaman sensorik yang kaya, menggabungkan suara, visual, dan bahkan ide-ide abstrak untuk menciptakan karya seni yang komprehensif.
Mereka adalah band yang tidak takut untuk mengambil risiko, untuk mendorong batas-batas kreativitas, dan untuk menantang pendengar mereka. Jika kamu mencari sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih dari sekadar musik pop biasa, cobalah dengarkan These New Puritans. Siapa tahu, kamu mungkin akan menemukan sesuatu yang benar-benar baru dan menginspirasi. Jangan kaget kalau tiba-tiba kamu jadi ingin belajar main organ pipa, ya!
Intinya, musik These New Puritans adalah sebuah pengingat bahwa seni memiliki kekuatan untuk mengubah cara kita melihat dunia. Mereka membuktikan bahwa musik dapat menjadi lebih dari sekadar hiburan; ia dapat menjadi alat untuk eksplorasi, refleksi, dan koneksi manusia.