Dark Mode Light Mode

TikTok Gandeng Scope3: Iklan Lebih Hijau di Indonesia

Siapa bilang kampanye digital cuma soal reach? Sekarang, ada parameter baru yang siap mengubah permainan: jejak karbon. Yep, beneran. Jadi, siap-siap ya, brand kesayanganmu bakal dinilai dari seberapa besar polusi yang dihasilkan iklannya. Mind blown, kan?

TikTok dan Ambisi Go-Green: Lebih dari Sekadar Dance Challenge

TikTok, platform video pendek yang bikin kita lupa waktu, menggandeng Scope3, perusahaan Amerika yang fokus mendekarbonisasi industri periklanan digital. Kolaborasi ini melahirkan metric baru yang bakal ngasih skor emisi karbon buat brand yang beriklan di TikTok. Bayangin, iklan yang dulu cuma diukur dari berapa banyak likes sekarang juga dilihat dari seberapa eco-friendly!

Gimana Sih Cara Kerjanya?

TikTok dan Scope3 bakal mengukur kampanye iklan tertentu. Data emisi karbon kampanye tersebut kemudian dikumpulkan, dianalisis, dan dievaluasi. Selanjutnya, brand bisa menjadwalkan data review call dengan TikTok dan Scope3 untuk mendiskusikan hasilnya. Singkatnya, transparansi dan akuntabilitas jadi kunci.

Kenapa Ini Penting Banget? Polusi Digital Itu Nyata, Guys!

Mungkin kamu mikir, “Iklan digital kan cuma di layar, kok bisa bikin polusi?” Nah, di balik layar itu ada infrastruktur raksasa: data center yang butuh pendingin air, server, sistem pengiriman iklan, dan jaringan kompleks. Semua itu butuh energi besar, yang ujung-ujungnya menghasilkan emisi karbon. Bayangkan saja, iklan yang kamu lihat setiap hari di TikTok berkontribusi pada jejak karbon digital yang signifikan.

Penelitian menunjukkan bahwa periklanan digital menyumbang proporsi besar dari total jejak karbon internet. Menurut laporan Scope3 tahun 2023, industri periklanan programmatic menghasilkan lebih dari 215.000 metrik ton emisi karbon dalam sebulan di lima negara ekonomi terkemuka. Itu setara dengan lebih dari 24 juta galon bensin! Sad but true.

Solusi: Bukan Cuma Ngasih Skor, Tapi Juga Aksi!

Kolaborasi TikTok-Scope3 gak cuma berhenti di ngasih skor emisi karbon doang. Mereka juga pengen memberikan insight yang bisa ditindaklanjuti ke client biar mereka bisa bikin inventaris media yang lebih efisien karbon. Tujuannya jelas: periklanan yang lebih berkelanjutan.

TikTok VS Planet: Ironi atau Komitmen?

Menariknya, inisiatif ramah lingkungan ini datang dari TikTok, padahal induk perusahaannya, ByteDance Ltd., pernah dituduh menghasilkan sekitar 50 juta ton karbon dalam setahun oleh konsultan akuntansi karbon Greenly. Angka ini setara dengan jejak karbon negara seperti Yunani!

Bahkan, YouTube dan Instagram pun punya jejak karbon tahunan per pengguna yang lebih rendah daripada TikTok. Data Greenly menunjukkan bahwa TikTok menghasilkan 48,49 kg CO₂ per tahun per pengguna, sementara YouTube menghasilkan 40,17 kg CO₂ per tahun per pengguna, dan Instagram 32,52 kg CO₂ per tahun per pengguna.

Mengurangi Jejak Karbon: Tantangan dan Peluang Iklan Digital

User TikTok itu loyal banget. Rata-rata menghabiskan 95 menit sehari di aplikasi, dengan 19 kali login. Artinya, dengan audiens yang begitu aktif, TikTok punya potensi besar untuk mengurangi emisi lingkungan dari advertising. Kalau deals iklan bisa lebih berkelanjutan, emisi lingkungan bisa ditekan secara signifikan.

Komitmen Jangka Panjang: TikTok berupaya mengurangi emisi operasionalnya setidaknya 90% pada tahun 2030. Selain itu, mereka juga bermitra dengan Climeworks untuk menghilangkan 5.100 ton CO₂ dari udara pada tahun 2030 menggunakan teknologi Direct Air Capture (DAC), reboisasi, dan lain-lain.

Green Ads, Green Future: Gimana Nasib Industri Iklan Kita?

Apakah tren green advertising ini bakal jadi game changer? Apakah brand akan berlomba-lomba menunjukkan komitmen lingkungan mereka? Waktunya kita lihat. Yang jelas, inisiatif TikTok ini membuka mata kita bahwa digital advertising juga punya dampak lingkungan yang perlu diperhatikan. Dengan adanya metric baru ini, semoga industri periklanan kita bisa lebih bertanggung jawab dan berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau.

Pesan Sponsor: Jangan Sampai Iklanmu Bikin Bumi Nangis!

Intinya, sebagai pengguna internet yang cerdas, kita juga punya peran untuk mendukung brand yang peduli lingkungan. Dengan begitu, kita gak cuma scroll dan like, tapi juga ikut berkontribusi pada masa depan yang lebih sustainable. Jadi, yuk, mulai sekarang kita lebih aware dengan jejak karbon digital kita!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kuasai Elemen Bersama Thrall di Musim ke-15 Warcraft Rumble

Next Post

Stormzy terjun ke dunia akting sekaligus dirikan perusahaan film, berpotensi mengubah lanskap hiburan