Dark Mode Light Mode

Tinjauan Album BLIND EQUATION ‘A Funeral In Purgatory’: Penghakiman di Antara Nada

Siap-siap merasa tua, Gen Z dan Millennials! Karena kita akan membahas genre musik yang mungkin membuat kalian bertanya-tanya, “Ini seriusan ada?” Ya, namanya Cybergrind, dan dia datang untuk mengguncang playlist kalian (atau minimal, membuat kalian mengernyitkan dahi). Genre outsider ekstrem ini, lahir dari kebangkitan era 90-an, mendadak jadi perbincangan hangat. Keabsahannya selalu diperdebatkan, ketidakreverensiannya memecah belah, namun satu hal pasti: Cybergrind punya daya tarik aneh yang bikin penasaran.

Cybergrind: Bukan Sekadar Bising, Tapi Evolusi Musik Digital

Di garda depan gelombang Cybergrind 2020-an, ada Blind Equation dari Chicago, IL. Berawal dari proyek digital Grindcore Karaoke tahun 2013, Blind Equation siap merilis album ketiga mereka, A Funeral In Purgatory, di bawah bendera Prosthetic Records. Album ini bukan cuma tonggak sejarah bagi Blind Equation, tapi juga bagi genre eksperimental itu sendiri. A Funeral In Purgatory adalah evolusi sempurna dari kreativitas Blind Equation dan puncak dari dunia musik digital yang seringkali lahir dari kamar tidur. Anggap saja ini musik kamar tidur yang naik level.

Mungkin ada yang mencibir, bilang Blind Equation itu plagiat Horse the Band (karena semua band yang sedikit saja berbau “nintendocore” seringkali dituduh begitu), atau klon era Myspace. Tentu saja, akan ada yang meributkan soal kurangnya “keunikan” atau “keaslian”. Tapi, itu adalah pandangan yang sangat naif dan picik. Track record Blind Equation menunjukkan inovasi dan eksperimentasi yang tinggi. Mereka menciptakan sound yang khas dan orisinal, berdasarkan fondasi proyek metal digital underground dan pengalaman bertahun-tahun sang penulis lagu, James McHenry, di kancah metal dan hardcore Chicago.

A Funeral In Purgatory bukan cuma langkah maju dalam penulisan lagu McHenry, tapi juga perpaduan gaya yang apik dan perhatian terhadap tren musik yang lebih luas. Nintendocore, hyperpop, metalcore, dan electronic dance music (EDM) berkolaborasi dalam manifestasi terbaru Blind Equation. Album ini bahkan menampilkan interlude yang terinspirasi dungeon synth. Elemen grindcore yang ekstrem mungkin tidak terlalu kentara kali ini, tapi digantikan oleh palet suara yang lebih beragam dan listenability yang tidak terasa dipaksakan. Sebuah pengorbanan yang sepadan.

Blind Equation: Membangun Jembatan Antara Niche dan Mainstream

Apa yang awalnya cuma ceruk kecil dalam subkultur musik internet, berhasil mempertahankan jati dirinya sambil berekspansi secara artistik dan merambah tingkat aksesibilitas dan relatability yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini bukan Ghengis Tron, Agoraphobic Nosebleed, Wecamewithbrokenteeth, atau iamerror. Ini adalah Phoenix yang terlahir kembali dan diberi sayap oleh malaikat dari era Myspace tahun 2005. Sesuatu yang awalnya hanya lelucon, tapi telah berevolusi jauh melampaui dirinya sendiri. Pengaruh musik underground modern sangat terasa di A Funeral In Purgatory, dengan kolaborasi bersama Strawberry Hospital dan JOHNNASCUS.

Melampaui Batas: Lebih dari Sekadar Metal, Lebih dari Sekadar Elektronik

Yang paling membedakan A Funeral In Purgatory dari karya-karya sebelumnya adalah kompleksitas dalam penulisan lagu. Setiap track menyajikan pengalaman sonik multifaset yang mencakup trope instrumental metal dan hardcore yang ditingkatkan ke level 11, driving experimental electronics, dan spektrum momen melodi dan kasar yang beragam. McHenry menunjukkan kemampuan vokal yang lebih luas dari rilisan sebelumnya. Ia benar-benar memantapkan dirinya sebagai frontman berbakat dengan berbagai highs, lows, dan shouts, bahkan merambah gutturals dan singing.

A Funeral In Purgatory juga menjadi album pertama Blind Equation yang menggunakan gitar, menambahkan dimensi baru pada sound mereka secara keseluruhan. Breakdown yang mereka ciptakan dijamin akan membuat siapa pun headbang. Kualitas produksi album ini menetapkan standar baru untuk karya Blind Equation, menyajikan fullness dan richness yang belum pernah ada sebelumnya. Semua elemen ini menjadikan A Funeral In Purgatory pengalaman mendengar yang unik dan tak terlupakan.

Keputusan Akhir: Masa Depan Musik Ekstrem Ada di Sini?

A Funeral In Purgatory nyaris sempurna. Album ini memicu kegembiraan dan semangat yang jarang ditemukan dalam rilisan metal modern. Konsisten dari awal sampai akhir, dan semakin nikmat didengar berulang-ulang. Bisa dibilang, album ini menandai titik penting dalam musik ekstrem dan masa depan tren sonik. Sebuah mahakarya yang memberikan gambaran tentang arah musik dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Album yang akan membuat orang terpesona atau geram, seperti album-album hebat sebelumnya.

Secara bersamaan, album ini setia pada akarnya dan melampaui zamannya. Highly listenable, bahkan poppy, namun tetap visceral dan gritty, archetypal namun forward thinking, seimbang dan berlawanan. Mungkin tidak untuk semua orang, tapi pasti untuk audiens yang jauh lebih luas dari yang pernah ada untuk musik semacam ini. Jika kalian mencari sesuatu yang baru, berani, dan menantang, A Funeral In Purgatory bisa jadi soundtrack sempurna untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian (dan mungkin, sedikit keanehan).

Jadi, siapkan diri kalian untuk perjalanan sonik yang liar dan tak terduga. Siapa tahu, Cybergrind justru jadi guilty pleasure baru kalian. Atau setidaknya, kalian punya cerita seru untuk diceritakan ke teman-teman. Ingat, stay weird, dan jangan lupa untuk streaming A Funeral In Purgatory. Kalian mungkin akan terkejut.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

iPhone Fold Tanpa Lipatan Bakal Menguras Dompet Lebih Dalam

Next Post

Kunjungan Prabowo ke Prancis: Babak Baru Hubungan Indonesia-Prancis setelah 75 Tahun