Siapa bilang cuma Gen Z yang drama? Ternyata, tech stack jadul juga bisa bikin developer senior ikutan baper sampai pengen resign! Penelitian terbaru menunjukkan bahwa teknologi ketinggalan zaman bukan sekadar bikin kerjaan jadi ribet, tapi juga bisa melukai harga diri para developer.
Ketika Kode Jadul Bikin Malu: Fenomena Developer Resignation
Bayangkan saja, kamu seorang developer keren, jago bikin aplikasi kekinian, tapi setiap hari harus bergelut dengan sistem yang umurnya lebih tua dari kamu. Pasti malu, kan? Nah, inilah yang dirasakan oleh banyak developer, khususnya mereka yang bekerja di perusahaan menengah hingga besar. Menurut survei, lebih dari separuh (58%) senior developer mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaannya karena tech stack yang "tidak memadai" dan "memalukan".
Angka yang lebih mencengangkan adalah 86% developer mengaku merasa malu dengan tech stack yang mereka gunakan sehari-hari. Seperempatnya bahkan secara terang-terangan menyalahkan sistem legacy sebagai biang keroknya. Istilah kerennya sih, technical debt menumpuk. Jadi, selain utang finansial, perusahaan juga punya utang teknologi yang bisa berakibat fatal.
Bukan cuma itu, ketergantungan pada library dan framework usang juga menjadi faktor utama ketidakpuasan. Jadi, bisa dibilang, coding dengan teknologi jadul itu seperti pakai baju yang sudah sobek dan kekecilan; nggak nyaman dan bikin nggak percaya diri.
Identitas Developer dan Peran Tech Stack
Ternyata, tech stack bukan cuma sekadar alat kerja. Bagi banyak developer, tech stack adalah bagian dari identitas profesional mereka. Sebanyak 74% developer mengatakan bahwa tech stack memiliki dampak "signifikan" pada identitas profesional mereka, bahkan hampir 20% merasa bahwa tech stack benar-benar "mendefinisikan" mereka. Gila, kan? Cuma 2,5% yang merasa biasa saja.
Nah, koneksi personal yang kuat ini mungkin menjelaskan mengapa 73% developer mengaku tahu setidaknya satu rekan kerja yang resign dalam setahun terakhir karena frustrasi dengan tech stack mereka. Ini sudah seperti efek domino, satu resign, yang lain ikutan galau.
Ketika ditanya tentang masalah terbesar dengan tech stack saat ini, 51% menunjuk pada kurangnya fungsionalitas inti. Artinya, banyak fitur penting yang nggak ada atau nggak bekerja dengan baik. Lalu, 47% menyoroti tantangan pemeliharaan ( maintenance ), sementara 31% khawatir tentang keterbatasan kompatibilitas dengan inovasi modern seperti Artificial Intelligence (AI).
CMS Jadul: Penghalang Kreativitas Content Creator
Masalahnya nggak cuma di backend. Ternyata, Content Management System (CMS) jadul juga menjadi batu sandungan bagi banyak developer. Lebih dari 67% developer mengatakan bahwa CMS yang mereka gunakan menghambat mereka untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka. Ironisnya, CMS seharusnya memudahkan, malah jadi bikin susah.
Hampir setengahnya menggambarkan ini sebagai hambatan yang "konstan", dan hanya 4% yang merasa bahwa CMS mereka sudah fit for purpose. Ini sama saja dengan menyuruh seorang pelukis menggunakan kuas yang patah dan cat yang sudah kering; hasilnya pasti nggak maksimal.
Solusi: Modernisasi Tech Stack atau Kenaikan Gaji?
Lantas, apa solusinya? Apakah perusahaan harus menaikkan gaji para developer agar mereka betah? Atau haruskah perusahaan berinvestasi dalam modernisasi tech stack? Survei menunjukkan bahwa 92% developer membutuhkan kenaikan gaji minimal 10% untuk bertahan di posisi mereka saat ini dengan kondisi tech stack yang ada, sementara 42% membutuhkan kenaikan 20%. Bahkan, 15% mengharapkan kenaikan lebih dari 25%.
“Outdated tech stacks membuat developer Anda tidak bahagia hingga ingin resign. Kenaikan gaji adalah solusi jangka pendek… Jika Anda ingin mengembalikan kegembiraan ke dalam tim development Anda, Anda perlu berkomitmen pada modernization roadmap,” kata Alexander Feiglstorfer, CTO dan Co-Founder Storyblok.
Ini adalah momen krusial bagi para leader perusahaan. Apakah mereka akan terus membiarkan developer mereka bergelut dengan teknologi jadul dan membayar mahal untuk itu? Atau mereka akan berani berinvestasi dalam tech stack yang lebih modern dan developer-friendly, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dan inovasi? Pilihan ada di tangan Anda.
Singkatnya, tech stack yang modern bukan cuma soal teknologi, tapi juga soal developer happiness. Kalau developer bahagia, kerjaan jadi lancar, inovasi jalan terus, dan perusahaan makin cuan. Jadi, tunggu apa lagi? Segera modernisasi tech stack Anda sebelum developer Anda pada kabur!