Oke, siap! Berikut adalah artikel yang kamu minta:
Dunia musik itu ibarat lemari es, isinya selalu baru dan kadang-kadang bikin kaget. Minggu ini, kita kedatangan beberapa amunisi segar yang siap menemani aktivitasmu. Jangan lupa, komen di bawah lagu atau album baru favoritmu. Siapa tahu, selera kita sama!
Musik itu soulmate. Kadang bikin semangat, kadang bikin melow. Tapi, yang pasti, dia selalu ada. Dari pop yang bikin goyang sampai indie yang bikin kontemplasi, semua punya tempat di hati. Kali ini, kita akan membahas beberapa rilisan yang menurut kami layak kamu dengarkan.
Daniel Avery: Menjelajahi Ruang Angkasa Lewat Musik
Daniel Avery, si jenius elektronik asal Inggris, kembali dengan single terbarunya, “Rapture In Blue,” yang menampilkan vokal dari Cecile Believe dan gitar dari Andy Bell. Lagu ini adalah teaser dari albumnya yang akan datang, Tremor, yang dijadwalkan rilis pada 31 Oktober. Sejak debutnya dengan Drone Logic pada tahun 2013, Avery memang dikenal piawai menciptakan soundscape yang kaya dan berlapis-lapis. “Rapture In Blue” adalah bukti nyata kemampuannya itu.
Sebelumnya, Avery juga merilis EP self-titled sebagai bagian dari Demise Of Love, proyek kolaborasi dengan Ghost Culture dan Working Men’s Club. Tampaknya, Avery sedang produktif-produktifnya. Kita tunggu saja kejutan apa lagi yang akan dia berikan. Bayangkan, lagi nyantai sore, sambil dengerin musik Avery, auto berasa lagi di planet lain.
Flock Of Dimes: Kejujuran yang Menyentuh
Jenn Wasner, anggota Wye Oak, kembali dengan album baru Flock Of Dimes, The Life You Save, yang dirilis pada 10 Oktober. Album ini membahas tema-tema berat seperti addiction dan co-dependency. Single pertamanya, “Long After Midnight,” dengan jujur dan terbuka membahas kedua tema tersebut. “All the money I gave to you / I know I will never get it back / Don’t be sad and don’t be sorry / I don’t care about the money like that,” lantun Wasner diiringi melodi gitar akustik yang sederhana namun menusuk.
Wasner memang punya cara unik untuk menyampaikan emosi. Liriknya lugas, tanpa basa-basi, tapi justru itulah yang membuatnya begitu kuat. Dengerin lagu ini, rasanya kayak lagi curhat sama sahabat. Deep, tapi relateable. Musiknya bisa jadi soundtrack buat kamu yang lagi berjuang menghadapi masalah hidup.
Bright Eyes: Ska yang Bikin Bingung Sekaligus Penasaran
Bright Eyes hadir dengan kejutan tak terduga: lagu ska berjudul “1st World Blues.” Jujur, awalnya kami juga bingung mau bereaksi seperti apa. Tapi, setelah didengarkan berulang-ulang, ternyata catchy juga! Conor Oberst menjelaskan bahwa lagu ini adalah homage untuk ska dari berbagai era, mulai dari Desmond Decker hingga Tim Armstrong.
Video musiknya terinspirasi oleh hip hop New York era 90-an, yang seperti ska, punya tradisi panjang dalam menyatukan orang dan menggunakan musik perayaan untuk menyampaikan tema-tema politik yang subversive. Entah ini hanya one-off atau pertanda album ska dari Bright Eyes, tapi yang jelas, setelah mendengar “1st World Blues,” ide itu jadi tidak terlalu buruk. Ska dari Bright Eyes? Kenapa enggak?
Tyler, The Creator: Pesta Musim Panas yang Tak Terduga
Tyler, The Creator kembali dengan album baru, Don’t Tap The Glass, hanya sembilan bulan setelah merilis Chromakopia yang masuk daftar album favorit kami di tahun 2024. Don’t Tap The Glass adalah show Tyler sepenuhnya, album pesta musim panas yang menghindari tema-tema yang lebih dalam yang ia eksplorasi di Chromakopia dan lebih fokus pada lagu-lagu yang fun dan danceable.
Tyler memang selalu berhasil mengejutkan dan membuat kita penasaran. Album ini tidak terkecuali. Siap-siap goyang dan nikmati vibe musim panas yang Tyler tawarkan. Mungkin ini yang namanya self-care: dengerin musik asik, lupakan sejenak beban hidup. Don’t tap the glass, just feel the music.
Far Caspian: Refleksi Pribadi dalam Balutan Indie
Autofiction adalah album ketiga dari Far Caspian, proyek solo dari musisi asal Irlandia, Joel Johnston. Sesuai judulnya, album ini sangat personal, di mana Johnston merenungkan realitas barunya setelah didiagnosis dengan penyakit Crohn’s dan berurusan dengan OCD dan anxiety. “I’m now at the point where I don’t really let it define me,” kata Johnston.
Lirik “your mind changed from a fear to a song” adalah ekspresi kebebasannya: untuk tidak lagi dikekang oleh sesuatu yang sudah terbiasa. Autofiction memiliki vibe indie tahun 90-an yang menenangkan, dengan lirik yang mencerminkan momen-momen kemenangan nyata. Musik yang jujur dan apa adanya, relate banget buat yang lagi berjuang melawan diri sendiri.
Freddie Gibbs & The Alchemist: Kolaborasi Maut yang Kembali Mengguncang
Alfredo 2 adalah follow-up dari album Freddie Gibbs & The Alchemist tahun 2020, Alfredo. Album ini hadir kurang dari setahun setelah album solo Gibbs, You Only Die 1nce. Internet heboh dengan diss Gibbs terhadap DJ Akademiks dan Gunna di lagu “Lavish Habits,” tapi sebenarnya dia spitting fire di seluruh album.
Alfredo dinominasikan untuk Best Rap Album di Grammy Awards 2021, dan Alfredo 2 bahkan mungkin lebih baik dari yang pertama. Siap-siap terpukau dengan lirik tajam dan beat gahar dari kolaborasi maut ini. Kalau dengerin ini, rasanya pengen langsung bikin playlist buat nge-gym.
Minggu ini, kita disuguhkan berbagai macam genre dan gaya musik. Dari elektronik yang atmospheric hingga rap yang fierce, dari indie yang intimate hingga ska yang quirky, semuanya punya daya tarik tersendiri. Intinya, musik itu universal language, bahasa yang bisa dimengerti oleh semua orang, tanpa memandang usia, ras, atau background. Jadi, jangan berhenti explore dan temukan soundtrack hidupmu!