Dunia gaming kadang bikin kita deg-degan nungguin rilis game baru, kan? Eh, tiba-tiba muncul pengumuman penundaan. Ibarat lagi nungguin gebetan ngajak jalan, eh dia bilang, "Sorry, ada urusan mendadak." Drama banget!
Industri game memang penuh kejutan. Ada game yang langsung booming, ada juga yang tenggelam sebelum sempat berenang. Persaingan ketat, ekspektasi tinggi, dan anggaran yang nggak kaleng-kaleng membuat para developer harus putar otak agar produk mereka sukses di pasaran. Salah satu developer raksasa, Ubisoft, baru-baru ini mengumumkan sesuatu yang lumayan bikin gamer penasaran.
Ubisoft, nama yang familiar di telinga para gamer, dikenal dengan franchise ikonik seperti Assassin's Creed, Far Cry, dan Rainbow Six. Game-game besutan mereka seringkali jadi trending topic dan dinanti-nantikan kehadirannya. Namun, di balik gemerlapnya dunia game, ada realitas bisnis yang terkadang memaksa perusahaan untuk mengambil keputusan sulit.
Beberapa waktu lalu, Ubisoft mengumumkan laporan keuangan terbaru mereka. Dan, well, ada kabar yang mungkin kurang mengenakkan bagi sebagian penggemar. Mereka mengumumkan penundaan beberapa game yang belum disebutkan namanya. Kabarnya, game-game ini termasuk dalam kategori "produksi terbesar" mereka. Waduh, kira-kira game apa ya?
Penundaan ini dilakukan demi "menciptakan kondisi terbaik untuk kesuksesan." Setelah melakukan review terhadap pipeline produksi mereka, Ubisoft memutuskan untuk menunda perilisan game-game tersebut. Keputusan ini tentu bukan tanpa alasan. Mereka ingin memastikan bahwa game-game tersebut benar-benar matang dan siap memanjakan para pemain.
Sebagai konsekuensi dari penundaan ini, Ubisoft memprediksi bahwa tahun fiskal 2026-2027 (April 1, 2026 – Maret 31, 2027) dan 2027-2028 (April 1, 2027 – Maret 31, 2028) akan menjadi periode di mana mereka akan merilis banyak konten signifikan dari brand terbesar mereka. Jadi, sabar sedikit ya, guys!
Meskipun Ubisoft tidak menyebutkan secara spesifik game mana yang ditunda, kita bisa berspekulasi bahwa salah satunya mungkin adalah Far Cry 7, yang dikabarkan akan dirilis pada tahun 2026. Selain itu, ada juga beberapa game Assassin's Creed yang sedang dalam pengembangan.
Strategi Baru Ubisoft: Fokus ke Franchise Andalan
Penundaan game ini menjadi bagian dari pengumuman tahun fiskal 2025 Ubisoft yang penuh tantangan. Perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan keuntungan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini memaksa mereka untuk mengambil langkah-langkah strategis demi menjaga keberlangsungan bisnis. Salah satunya adalah melakukan restrukturisasi besar-besaran dengan dukungan dari Tencent.
Restrukturisasi ini akan berfokus pada tiga franchise utama: Assassin's Creed, Far Cry, dan Rainbow Six. Ubisoft tampaknya ingin memaksimalkan potensi dari brand-brand yang sudah terbukti sukses di pasaran. Ini bukan berarti franchise lain akan ditinggalkan, tapi fokus utama akan dialihkan ke tiga judul tersebut.
Langkah ini sebenarnya cukup masuk akal. Dengan berfokus pada franchise andalan, Ubisoft bisa lebih efisien dalam mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan game-game berkualitas tinggi yang sesuai dengan selera pasar. Ibaratnya, daripada mencoba menggarap banyak ladang yang kurang subur, lebih baik fokus memupuk ladang yang sudah menghasilkan panen melimpah.
Efisiensi Biaya: Langkah yang Tak Terhindarkan?
Selain restrukturisasi, Ubisoft juga melakukan efisiensi biaya yang cukup signifikan. Sejak September 2022, mereka telah melakukan PHK terhadap sekitar 3.000 karyawan sebagai bagian dari program pengurangan biaya yang sedang berjalan. Dan, rencana pemangkasan biaya akan terus berlanjut, dengan target pengurangan sebesar €100 juta dalam dua tahun ke depan.
PHK dan penutupan studio tentu bukan hal yang menyenangkan. Namun, dalam kondisi bisnis yang sulit, perusahaan seringkali terpaksa mengambil langkah-langkah drastis untuk menstabilkan keuangan dan memastikan kelangsungan hidup. Miris memang, tapi terkadang it is what it is.
Ubisoft juga menutup server XDefiant pada bulan Juni 2025 dan menutup dua kantor mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar serius dalam melakukan efisiensi biaya dan memfokuskan sumber daya pada proyek-proyek yang dianggap lebih potensial.
Assassin's Creed Shadows: Harapan di Tengah Ketidakpastian
Di tengah kabar penundaan dan efisiensi biaya, Ubisoft masih memiliki secercah harapan pada Assassin's Creed Shadows. Meskipun mereka tidak mengungkapkan angka penjualan spesifik, Ubisoft mengklaim bahwa game tersebut mencapai "aktivitas dan metrik keterlibatan yang solid" di console dan PC.
Playtime dan sesi bermain secara umum stabil, dengan brand Assassin's Creed dan Rainbow Six mencapai sekitar 30 juta pemain aktif selama empat tahun berturut-turut. Far Cry juga mencatat kesuksesan besar, dengan mencapai sekitar 20 juta pemain. Ini menunjukkan bahwa brand-brand Ubisoft masih memiliki daya tarik yang kuat di mata para gamer.
Ubisoft tampaknya menyadari bahwa mereka perlu melakukan perubahan untuk menghadapi tantangan di industri game yang semakin kompetitif. Dengan berfokus pada franchise andalan, melakukan efisiensi biaya, dan terus berinovasi, mereka berharap bisa kembali meraih kesuksesan di masa depan.
Intinya? Di balik penundaan dan restrukturisasi, ada harapan untuk masa depan yang lebih baik. Kita tunggu saja kejutan apa yang akan dihadirkan Ubisoft di tahun-tahun mendatang. Siapa tahu, game yang ditunda itu justru akan jadi masterpiece yang bikin kita lupa waktu. Positive thinking aja, guys!