Siapa bilang main game cuma buang-buang waktu? Ubisoft, raksasa video game asal Prancis, justru sedang serius banget mengembangkan tiga franchise andalannya: Assassin’s Creed, Rainbow Six, dan Far Cry. Seriusnya sampai bikin anak perusahaan baru segala! Kita intip yuk, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.
Ubisoft Lahirkan Anak Perusahaan: Kenapa Sih?
Ubisoft, yang sudah lebih dari 35 tahun malang melintang di industri game, memutuskan untuk bikin gebrakan. Mereka membentuk anak perusahaan baru yang fokusnya adalah mengembangkan brand ecosystem untuk Assassin’s Creed, Rainbow Six, dan Far Cry. Tujuannya? Supaya franchise ini bisa jadi “evergreen, billion-euro franchises”. Bayangkan, franchise yang terus menghasilkan miliaran Euro!
Alasan utamanya sih biar tim development punya autonomy dan agility yang lebih besar. Jadi, mereka bisa lebih leluasa mengeksplorasi potensi game ikonik ini dan menciptakan player experience generasi berikutnya. Singkatnya, Ubisoft ingin timnya lebih agile dan inovatif. Kita semua tahu kan, dunia game itu dinamis banget, jadi harus lincah kayak ninja.
Anak perusahaan ini diharapkan selesai dibentuk pada akhir tahun 2025. Dananya? Jangan khawatir, Tencent, perusahaan game raksasa asal Tiongkok, sudah siap gelontorkan dana sebesar 1.25 miliar Dolar AS (atau sekitar 1.16 miliar Euro). Tencent memang punya 10% hak suara di Ubisoft, sementara keluarga Guillemot (pendiri Ubisoft) punya 20%. Tapi, jangan salah sangka, anak perusahaan ini tetap 100% dikontrol oleh Ubisoft.
Duo Nahkoda Baru: Siapa Mereka?
Ubisoft menunjuk dua orang untuk memimpin anak perusahaan ini sebagai co-CEO: Christophe Derennes dan Charlie Guillemot. Christophe bukan orang baru di Ubisoft. Beliau sudah berkecimpung di sana lebih dari 35 tahun dan pernah menjabat sebagai managing director untuk Amerika Utara. Sementara Charlie, putra dari Yves Guillemot (CEO Ubisoft), sebelumnya mengawasi studio Owlient milik Ubisoft dan baru-baru ini kembali ke Ubisoft untuk bergabung dengan komite transformasi internal perusahaan.
Keduanya dianggap punya kombinasi expertise industri yang kuat, pengetahuan mendalam tentang ekosistem Ubisoft, dan budaya inovasi yang sama. Christophe punya pengalaman operasional dan produksi yang luas, sementara Charlie punya entrepreneurial perspective dan pemahaman yang tajam tentang dinamika industri yang terus berkembang. Mereka berdua diharapkan bisa membawa angin segar untuk franchise andalan Ubisoft.
Bagaimana Cara Kerja Co-CEO?
Pertanyaan menarik! Dalam struktur co-CEO, Charlie akan lebih fokus pada “apa”-nya. Artinya, dia akan bertanggung jawab atas brand vision, creative direction, pengembangan konten, dan marketing. Sementara Christophe akan fokus pada “bagaimana”-nya, yaitu produksi dan teknologi. Mereka akan bekerja sama erat untuk mendukung tim pengembangan seefektif mungkin.
Dengan pembagian tugas yang jelas dan complementary strengths, Ubisoft berharap kedua co-CEO ini bisa menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tim pengembangan untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka ingin memastikan bahwa Assassin’s Creed, Rainbow Six, dan Far Cry tidak hanya menjadi game yang seru dimainkan, tapi juga menjadi bagian dari pop culture yang relevan dan terus berkembang.
Mengapa Assassin’s Creed, Rainbow Six, dan Far Cry Jadi Prioritas?
Ketiga franchise ini bukan sembarang game. Assassin’s Creed, misalnya, sudah berhasil menarik lebih dari 155 juta pemain ke dalam dunianya. Mereka telah menjadi brand yang kuat dengan basis penggemar yang besar. Ubisoft melihat potensi besar untuk mengembangkan franchise ini lebih jauh, tidak hanya sebagai game, tetapi juga sebagai pop culture experience yang komprehensif.
Dengan memberikan autonomy dan agility yang lebih besar kepada tim pengembangan, Ubisoft berharap bisa menciptakan game yang lebih relevan dengan audiens yang lebih muda, yang berinteraksi dengan konten secara berbeda. Mereka ingin menciptakan game berkualitas tinggi yang mampu mengejutkan dan menyenangkan pemain, sehingga membangun next chapter untuk brand ikonik ini. Singkatnya, Ubisoft ingin franchise ini jadi makin epic!
Kontroversi Nepotisme? Charlie Guillemot Angkat Bicara
Penunjukan Charlie Guillemot sebagai co-CEO tentu saja memunculkan pertanyaan tentang nepotisme. Charlie sendiri menyadari hal ini dan memberikan jawaban yang cukup terbuka. Ia mengakui bahwa dirinya adalah putra Yves Guillemot, tetapi ia menegaskan bahwa penunjukannya bukan hanya karena hubungan keluarga. Ia telah menghabiskan satu dekade terakhir membangun pengalaman di dalam dan di luar Ubisoft, memimpin tim, mengelola brand, dan menavigasi perubahan di industri yang bergerak cepat.
Charlie menekankan bahwa yang terpenting saat ini bukanlah namanya, melainkan pekerjaan yang ada di depan mata. Ia ingin membantu mendorong perusahaan maju dengan membawa energi, fokus, dan mengandalkan expertise luar biasa yang sudah ada di seluruh tim. Ia melihat dirinya sebagai seseorang yang hadir untuk berkontribusi, mendukung, dan membantu menciptakan kondisi yang tepat agar semua orang dapat melakukan pekerjaan terbaik mereka.
Visi Charlie Guillemot untuk Ubisoft Masa Depan
Setelah kembali ke Ubisoft untuk bekerja di tim transformasi, Charlie memiliki visi yang jelas tentang bagaimana perusahaan harus berkembang. Ia melihat bahwa Ubisoft adalah organisasi yang besar, dan dengan itu datang kekuatan tetapi juga kompleksitas. Yang sedang dikerjakan saat ini adalah mengembangkan model operasi Ubisoft untuk membawa lebih banyak fokus, autonomy, dan akuntabilitas kepada tim, sehingga mereka dapat tetap selaras dengan pemain.
Tujuannya bukan hanya struktural. Ini tentang menciptakan lingkungan yang tepat bagi tim untuk mengambil risiko kreatif dan teknis yang diperlukan untuk membuat game yang luar biasa. Ketika tim memiliki kejelasan, kepemilikan, dan kebebasan untuk memutuskan, Charlie percaya bahwa itulah saat mereka dapat melakukan pekerjaan terbaik mereka. Dengan demikian, Ubisoft dapat fokus kembali pada penyampaian pengalaman yang luar biasa bagi para pemainnya.
Prioritas Christophe Derennes dalam Peran Barunya
Sebagai co-CEO, Christophe memiliki prioritas yang jelas: menyelesaikan fondasi entitas baru ini, mengklarifikasi tanggung jawab tim, sambil memastikan bahwa proyek dan roadmap saat ini tetap sesuai jalurnya. Jangka panjangnya, tujuannya adalah untuk mengembangkan Assassin’s Creed, Rainbow Six, dan Far Cry menjadi pengalaman pop culture abadi, sesuai dengan DNA mereka, terus berkembang, dan mampu mengejutkan para pemain.
Christophe melihat anak perusahaan baru ini sebagai kesempatan untuk berkreasi dengan lebih banyak autonomy dan agility, dengan tanggung jawab dan akuntabilitas yang lebih jelas. Pengambilan keputusan dapat lebih cepat, dan kita dapat berputar lebih mudah bila diperlukan. Fleksibilitas tambahan itu akan menjadi kunci untuk membuat game yang beresonansi dengan audiens baru, terutama generasi pemain yang lebih muda yang berinteraksi dengan konten secara berbeda.
Ubisoft di Persimpangan Jalan?
Dengan perubahan ini, Ubisoft mencoba merespons dinamika industri game yang terus berubah. Mereka menyadari bahwa untuk tetap relevan dan kompetitif, mereka perlu memberikan tim pengembangan lebih banyak kebebasan untuk berkreasi dan berinovasi. Kita lihat saja nanti, apakah strategi ini akan berhasil membawa Assassin’s Creed, Rainbow Six, dan Far Cry ke level yang lebih tinggi. Yang jelas, gamer di seluruh dunia pasti menantikan game-game keren dari Ubisoft di masa depan.