Dark Mode Light Mode

Ujian Berat Investasi Samsung pada Ponsel Lipat dengan Model Lebih Tipis di Indonesia

Siap-siap terpukau, gaes! Samsung baru saja merilis amunisi terbarunya di dunia smartphone lipat, dan kali ini mereka datang dengan senjata AI. Apakah ini langkah yang tepat untuk merebut kembali tahta dari Apple dan menaklukkan dominasi Tiongkok? Mari kita bedah bersama!

Era Baru Ponsel Lipat: Samsung Unjuk Gigi dengan AI dan Desain Ringkas

Samsung Electronics baru-baru ini memperkenalkan smartphone lipat generasi terbaru yang lebih tipis dan ringan. Langkah ini jelas ditujukan untuk menghadapi persaingan ketat dari para rival asal Tiongkok di segmen premium, yang notabene belum banyak dijamah oleh Apple. Fokus utama Samsung saat ini adalah menjadikan diri sebagai pemimpin di ranah smartphone bertenaga AI.

Pertarungan di pasar smartphone memang semakin sengit. Samsung harus rela menyerahkan mahkota smartphone globalnya kepada Apple di tahun 2023. Ditambah lagi, rival-rival dari Tiongkok, seperti Huawei dan Honor, terus menggerogoti pangsa pasar mereka. Bisnis chip Samsung pun mengalami penurunan laba akibat keterlambatan pasokan chip AI ke Nvidia. Kondisi ini menuntut inovasi dan strategi baru.

Presiden dan COO Divisi Mobile Samsung, Choi Won-joon, menegaskan bahwa misinya yang paling penting adalah menjadikan Samsung sebagai pemimpin dalam smartphone berbasis AI. Ia percaya bahwa smartphone lipat, yang dipadukan dengan fitur AI, siap menjadi tren utama karena menawarkan pengalaman unik dan berbeda. Samsung juga berencana meningkatkan kerja sama dengan mitra eksternal seperti Google, berbeda dengan Apple yang lebih mengandalkan teknologi AI in-house.

Samsung juga memperkenalkan smartwatch pertama mereka yang dilengkapi dengan asisten suara AI dari Google, yaitu Gemini. Gemini dapat memberikan rekomendasi kepada pengguna, misalnya lokasi terbaik untuk berlari. Ini adalah contoh bagaimana Samsung berupaya mengintegrasikan AI ke dalam berbagai perangkat mereka.

Strategi Samsung saat ini adalah fokus pada produk premium, mengingat tarif AS yang berpotensi menekan permintaan dan meningkatkan biaya komponen. Harga Galaxy Z Fold 7 di AS naik 5% menjadi $1.999 (sekitar Rp30 juta), sementara Galaxy Z Flip 7 FE yang lebih terjangkau dibanderol $899 (sekitar Rp13,5 juta). Ada sesuatu untuk semua kalangan, kan?

Galaxy Z Fold 7 ditenagai oleh prosesor cepat dari Qualcomm, yaitu Snapdragon 8 Elite, sementara Galaxy Z Flip 7 menggunakan chip Exynos buatan Samsung sendiri. Perbedaan ini menunjukkan pendekatan Samsung untuk menyeimbangkan performa dan harga.

Desain Lebih Tipis, Harga Lebih Mahal: Apakah Worth It?

Para analis menilai bahwa model terbaru Samsung mengatasi beberapa masalah pada smartphone lipat, seperti ukuran yang besar. Galaxy Z Fold 7 10% lebih ringan dan 26% lebih tipis dibandingkan pendahulunya. Namun, harga yang tinggi dan kurangnya use case yang jelas membuat smartphone lipat masih menjadi ceruk pasar yang kecil. Menurut data dari IDC, smartphone lipat hanya mencakup 1,5% dari total pasar smartphone.

Canalys memperkirakan pengiriman smartphone lipat Samsung, yang mencapai puncaknya pada tahun 2022, akan tetap datar atau sedikit menurun pada tahun 2025, sejalan dengan pertumbuhan pasar yang lebih luas. Meskipun demikian, smartphone lipat Samsung menyumbang 4% dari total penjualan ponsel mereka, tetapi 16% dari ponsel dengan harga di atas $800. Jadi, smartphone lipat ini memang menyasar konsumen high-end.

Data dari Canalys juga menunjukkan bahwa dominasi Samsung di segmen smartphone lipat mulai terkikis oleh Honor dan Huawei, yang mencatat penjualan yang kuat, terutama di Tiongkok. Persaingan semakin panas, nih!

Samsung akan fokus pada penjualan smartphone lipat di Amerika Serikat, Eropa, dan Korea Selatan. Sementara itu, mereka juga sedang “bekerja keras” untuk mengembangkan smartphone lipat tiga (tri-foldable), tanpa memberikan detail lebih lanjut tentang tanggal peluncurannya. Stay tuned!

Strategi AI: Kunci Samsung Mengalahkan Apple?

Samsung berencana untuk mengakselerasi produksi dan pengiriman smartphone ke AS untuk mengurangi dampak tarif AS yang akan datang. Mereka memproduksi smartphone mereka di Vietnam (lebih dari setengah produksi), serta di Korea Selatan dan India. Diversifikasi lokasi produksi ini membantu Samsung mengurangi risiko.

Selain itu, Samsung juga mengatasi pembatasan ekspor Tiongkok terhadap rare earth dan magnet rare earth dengan mendiversifikasi pemasok dan meningkatkan stok internal mereka. Ini adalah langkah strategis untuk menjaga kelancaran rantai pasokan mereka.

Jadi, apakah strategi Samsung dengan fokus pada AI dan desain ringkas akan berhasil mengembalikan kejayaan mereka di pasar smartphone? Jawabannya tentu saja ada di tangan konsumen. Yang jelas, persaingan di pasar smartphone akan semakin seru, dan kita sebagai konsumen tentu akan diuntungkan dengan inovasi-inovasi terbaru.

Kesimpulan: Inovasi atau Sekadar Tren?

Peluncuran smartphone lipat terbaru dari Samsung dengan fokus pada AI dan desain yang lebih ringkas adalah langkah berani untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Meskipun masih menjadi ceruk pasar, smartphone lipat menawarkan pengalaman unik yang mungkin menarik bagi sebagian konsumen. Apakah ini inovasi yang akan mengubah lanskap smartphone atau hanya sekadar tren sesaat? Waktu yang akan menjawab. Tapi yang jelas, Samsung tidak main-main dalam upayanya merebut kembali tahta.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

<p><strong>Dune: Awakening Rugi, Pengembang Ganti Uang Pemain Usai Salah Ubah Zona PvE Jadi PvP</strong></p>

Next Post

Ketertinggalan: Kendali Nirkabel dan Narasi dalam Bahasa Indonesia