Dark Mode Light Mode

Ulasan Album Lifeguard ‘Ripped And Torn’: Koyak dan Terluka

Indonesia, bersiaplah untuk gelombang baru musik indie! Bayangkan, ada scout khusus yang berkeliling liga olahraga remaja, mencari bibit unggul untuk tim profesional. Nah, Matador Records, label rekaman indie legendaris, sepertinya punya program serupa, tapi untuk bintang rock masa depan.

Lifeguard: Penerus Tahta Indie dari Chicago?

Matador Records memang jagoan menemukan bakat-bakat terpendam, mulai dari Pavement hingga Liz Phair. Dalam dekade terakhir, mereka juga sukses mempopulerkan nama-nama seperti Snail Mail, Car Seat Headrest, dan Julien Baker. Sekarang, radar mereka tertuju pada Lifeguard, trio muda asal Chicago. Apakah ini pertanda baik bagi masa depan musik indie? Mari kita bedah!

Siapa Sebenarnya Lifeguard?

Jangan tertipu penampilan mereka yang fresh, karena sebenarnya Lifeguard bukan nama baru di skena musik Chicago. Asher Case (bass dan vokal) dan Isaac Lowenstein (drum) dulunya adalah anggota Horsegirl, band yang juga lagi naik daun. Keluarga mereka pun bukan orang sembarangan. Ayah Asher adalah Brian Case dari FACS, sementara banyak yang salah mengira ayah Isaac adalah Jason Loewenstein dari Sebadoh. Totally indie royalty!

Lifeguard adalah bagian dari Hallogallo scene di Chicago yang lagi hits, bersama band-band seperti Friko dan Dwaal Troupe. Nama Hallogallo sendiri diambil dari zine yang dibuat oleh Kai Slater (gitar dan vokal) saat pandemi COVID-19 untuk tetap terhubung dengan teman-teman di komunitas DIY. Kai juga punya proyek solo bernama Sharp Pins dan memproduseri album solo Finn Wolfhard dari Stranger Things. Multitalenta abis!

Sentuhan Magis Steve Albini di Awal Karir

EP awal Lifeguard, Crowd Can Talk dan Dressed In Trenches, direkam di Electrical Audio Studios milik almarhum Steve Albini, tempat yang dianggap suci oleh banyak musisi. Asher dan Isaac bertemu di School of Rock pada tahun 2019 dan langsung klop karena sama-sama suka Tortoise. Kebayang gak sih, anak SMP ngobrolin deep cuts Tortoise? Agak too good to be true, tapi memang begitulah kenyataannya. Mungkin ini yang dinamakan takdir indie.

Trio ini punya pertemanan yang erat banget. Mereka tetanggaan, latihan bareng, dan nonton film bareng. Hal ini mengingatkan kita akan esensi musik underground: komunitas dan pembangunan skena melalui tempat-tempat kecil dan zine, wadah bagi anak-anak muda kreatif untuk menemukan satu sama lain. Membangkitkan semangat DIY!

Ripped And Torn: Debut Album yang Mengguncang

Tapi, semua cerita latar belakang ini gak ada artinya kalau musiknya gak bagus. Untungnya, album debut Lifeguard, Ripped And Torn, lebih dari sekadar memuaskan. Album ini berawal dari improvisasi yang kemudian diubah menjadi lagu-lagu pop yang noisy.

Ripped And Torn membawa kita bernostalgia ke era keemasan musik alternatif. Ada sentuhan screeching feedback dan gitar eksplosif ala Hüsker Dü dan Wipers, droll bassline ala The Slits, semangat joie de vivre ala Nirvana era Bleach, dan head-rush pop ala Vivian Girls. Bahkan, ada sedikit nuansa Spaceman 3 dan Animal Collective yang suka bereksperimen sampai lagu terasa berantakan. Tapi, semua ini gak terasa seperti meniru masa lalu. Justru, terasa seperti pembaharuan dan jalan ke depan bagi musik indie.

Lebih dari Sekadar Nostalgia: Evolusi Indie Rock

Lifeguard bukan cuma sekadar band indie muda yang berbakat. Mereka adalah simbol dari evolusi musik indie. Mereka menggabungkan pengaruh dari berbagai era dan genre, menciptakan suara yang segar dan unik. Mereka juga menunjukkan bahwa musik indie masih hidup dan berkembang di era digital ini.

Mereka adalah bukti bahwa kolaborasi dan komunitas masih menjadi kunci kesuksesan di dunia musik. Mereka membangun skena sendiri, mendukung band-band lain, dan menciptakan ruang bagi anak-anak muda kreatif untuk berekspresi.

Apakah Lifeguard Akan Jadi Bintang Besar?

Tentu saja, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah Lifeguard akan menjadi bintang besar. Tapi, dengan bakat yang mereka miliki, dukungan dari Matador Records, dan semangat DIY yang membara, mereka punya semua yang dibutuhkan untuk sukses. Yang pasti, mereka adalah angin segar bagi musik indie dan inspirasi bagi generasi muda.

Jangan Lupa: Esensi Musik Indie

Kisah Lifeguard ini mengingatkan kita akan esensi musik indie: kejujuran, kreativitas, dan komunitas. Mereka gak peduli dengan tren atau popularitas. Mereka hanya ingin membuat musik yang jujur dan autentik. Dan dengan melakukan itu, mereka berhasil menarik perhatian dunia.

Lifeguard adalah contoh nyata bahwa musik indie masih relevan dan penting di era modern ini. Mereka adalah bukti bahwa musik yang bagus akan selalu menemukan jalannya, tak peduli seberapa besar atau kecil bandnya.

Lifeguard, dengan musik mereka yang jujur dan semangat komunitas yang kuat, membuktikan bahwa musik indie tidak hanya sekadar genre, tetapi juga sebuah gerakan. Mari kita dukung band-band seperti Lifeguard dan terus jaga semangat DIY tetap hidup!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Hemat Banget: Dapatkan 2 Charger Anker + Kabel Hanya Rp200 Ribuan di Amazon

Next Post

Buruh Aplikasi Digital Bersatu: Menuju Masa Depan Pekerjaan Layak di Indonesia