Dark Mode Light Mode

Ulasan Alter Mayoritas Abaikan Aspek Krusial Bahasa Indonesia: Implikasinya Luas

Dari studio yang membawakan This War of Mine dan Frostpunk, The Alters hadir dan langsung menuai pujian. Game ini meraih skor 84 di Metacritic dan 86 di OpenCritic. Namun, ada satu detail penting yang seringkali terlewatkan dalam ulasan-ulasan tersebut. Detail yang bisa dibilang make or break buat sebagian pemain.

Dalam The Alters, pemain berperan sebagai Jan Dolski, yang terjebak di planet berbahaya. Ia harus menciptakan klon-klon dirinya menggunakan Rapidium dan Quantum Computer. Intinya adalah pertanyaan tentang penyesalan: "Bagaimana jika kamu membuat pilihan yang berbeda di persimpangan penting dalam hidupmu?" Pemain menggunakan mekanisme survival, manajemen sumber daya, dan simulasi sosial untuk melihat cerita yang menarik terungkap. Kritikus sepakat, fitur-fitur ini umumnya sangat baik. Tapi, anehnya, hanya sedikit yang menyebut nama Alex Jordan.

Mengapa Kita Harus Bicara Soal Alex Jordan?

The Alters dipuji karena banyak hal, tapi satu hal yang paling mencolok adalah performance dari Alex Jordan. Dia bukan cuma memerankan Jan Dolski versi original, tapi juga semua klonnya. Bayangkan, setiap klon punya kepribadian, karakteristik, gaya bicara, dan pengalaman hidup yang berbeda. Ini bukan sekadar gonta-ganti kostum dan mengubah sedikit suara. Jordan harus benar-benar menghidupkan karakter-karakter ini.

Alex Jordan mungkin lebih dikenal sebagai pengisi suara Rook di Dragon Age: The Veilguard, Mr. Hands di Cyberpunk 2077: Phantom Liberty, atau bahkan… sex noises di Baldur's Gate 3. Tapi, dia juga pernah tampil di film dan TV seperti Paddington 2 dan The Amazing World of Gumball. Versatile banget, kan?

Daftar Karya Alex Jordan: Dari Game of Thrones Sampai… Sex Noises?

Berikut sebagian gameography Alex Jordan (siap-siap kaget):

  • Asher Forrester di Game of Thrones: A Telltale Games Series
  • Skrand Sharpbreak di Stellaris
  • Sherlock Holmes di Sherlock Holmes: The Devil's Daughter
  • Sherlock Holmes di Sherlock Homes Chapter One
  • The Professional, Traitor Captain di Warhammer 40K: Darktide
  • Mr. Hands di Cyberpunk 2077
  • Sex Noises di Baldur's Gate 3 (serius, ini ada di daftarnya!)
  • Jiyan di Wuthering Waves
  • Rook di Dragon Age: The Veilguard
  • Dahm di Eternal Strands
  • Ice King di Split Fiction
  • Jan Dolski (dan Jan dan Jan dan Jan…) di The Alters

Bayangkan harus menghidupkan begitu banyak karakter yang berbeda. Itu butuh dedikasi dan skill tingkat dewa.

Ulasan yang Terlewat

Dari 63 ulasan The Alters di Metacritic (45 PC, 2 Xbox, dan 16 PS5), hanya 11 ulasan PC, 0 ulasan Xbox, dan 3 ulasan PS5 yang menyebut nama Jordan. Dengan kata lain, sekitar 78% ulasan tidak menyebut namanya sama sekali. Bahkan, ulasan yang menyebut pun seringkali hanya sebagai catatan kaki, bukan analisis mendalam tentang performance-nya. Ini seperti memesan pizza enak tapi lupa berterima kasih ke tukang masaknya.

Padahal, hampir semua ulasan membahas suka duka mereka dengan Jan Dolski, penceritaan, dampak emosional, dan arah naratif. Semua aspek ini sangat bergantung pada performance Jordan. Dia harus memastikan setiap karakter menonjol, tapi tidak terlalu menonjol. Harus ada perbedaan dalam gaya bicara dan tingkah laku, tapi tetap terasa realistis, berdasarkan perbedaan jalur hidup mereka dengan Jan original. Tingkat nuansanya luar biasa, dan Jordan berhasil melakukannya dengan sempurna.

Kenapa Ini Penting Banget?

Sayangnya, ini bukan hal baru di industri game. Ulasan biasanya kritis terhadap performance buruk, tapi cenderung diam jika performance-nya bagus, apalagi game-defining. Ada pengecualian, tentu saja, tapi itu hanya membuktikan aturan. Baldur's Gate 3, misalnya, sukses besar berkat karakter-karakter pendamping dan aktor di balik mereka. Kalau dicek, kemungkinan besar ulasannya juga akan serupa dengan The Alters. Ulasan seni tanpa membahas kualitas performance seolah mengisyaratkan bahwa performance tidak penting. Ini adalah realitas yang harus dihadapi aktor setiap hari.

Ancaman AI dan Perjuangan Aktor

Aktor harus berjuang untuk eksis di industri ini. AI performances semakin umum, dan serikat pekerja SAG-AFTRA baru-baru ini mencapai kesepakatan dengan penerbit game untuk melindungi aktor dari AI. Pemogokan 10 bulan yang memengaruhi pengembangan game di seluruh industri. Sementara itu, teknologi modern membuat mereka semakin terpapar ke publik. Aktor Debra Wilson, misalnya, dikritik (dengan niat buruk) karena teknologi facial capture yang digunakannya untuk menghidupkan Cere Junda di seri Star Wars Jedi. Ini hanya dua contoh kesulitan yang dihadapi orang-orang yang mencintai dan berkorban untuk industri ini.

Pengembangan video game adalah proses kolaborasi yang seringkali mengecewakan bahkan mereka yang terlibat langsung. Ada banyak skandal pengembang yang tidak dicantumkan dalam kredit game. Itu harus berubah. Ada pengurangan manusiawi dan seringkali seolah disengaja di industri ini. Itu juga harus berubah. Jika industri ini tidak memperlakukan orang-orangnya seperti bintang, bagaimana kita bisa berharap orang lain melihat mereka bersinar?

The Alters: Game yang Lebih dari Sekadar Mekanik

The Alters lebih dari sekadar mekanisme survival dan manajemen sumber daya. Ini adalah kisah tentang penyesalan, pilihan, dan bagaimana hidup kita bisa berbeda jika kita mengambil jalan yang berbeda. Dan Alex Jordan adalah kunci untuk menghidupkan kisah ini. Jangan lupakan namanya saat Anda merekomendasikan game ini ke teman Anda. Ingat, di balik setiap alter, ada seorang aktor yang memberikan segalanya.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Indonesia Akan Deportasi 26 Awak Kapal Filipina Terkait Penangkapan Ikan Ilegal

Next Post

Megan Abbott, Elmore Leonard, Luke Beirne, Paul Vidich, Karin Slaughter, dan K Anis Ahmed: Sorotan The Irish Times