Sudah bosan dengan lagu-lagu yang itu-itu saja? Siap untuk menyelam ke dunia death metal yang lebih dalam dan…unik? Well, mari kita bahas album terbaru dari Viogression, “Thaumaturgic Veil,” yang katanya sih mau membawa kita ke level kesadaran baru. Siapkan headphone, dan mari kita bedah!
Siapa Sih Viogression Ini? (Bukan, Bukan Merek Rokok)
Viogression ini band death metal yang sudah malang melintang sejak 1988. Mereka sempat merilis beberapa album di awal karir, lalu menghilang selama tiga dekade! Bayangkan, lebih lama dari masa hiatus band-band K-Pop kesayanganmu. Mereka kembali di tahun 2022 dengan “3rd Stage of Decay,” yang lumayan dipuji karena nuansa old-school yang dipadu dengan sentuhan modern. Sekarang, dengan formasi baru dan album self-release, “Thaumaturgic Veil,” mereka mencoba peruntungan lagi. Pertanyaannya: apakah mereka berhasil comeback dengan gemilang, atau malah flop seperti meme lama yang diunggah ulang?
“Thaumaturgic Veil”: Janji Manis atau Sekadar Bualan?
Album ini menjanjikan “diskursus transenden tentang interkonektivitas antara infinity dan individualitas.” Kedengarannya keren, kan? Well, mari kita telaah lebih lanjut. Secara musikalitas, Viogression mencoba menggabungkan elemen-elemen dari band-band death metal legendaris seperti Obituary dan Pestilence. Vokalis Brian DeNeffe, satu-satunya anggota asli yang tersisa, berusaha meniru raungan khas mereka, tapi kadang terdengar…agak maksa. Tapi ada juga momen-momen ketika dia mengeluarkan guttural dan scream yang cukup impresif, terutama di lagu “Vulnus Sclopetarium” dan “Summon.”
Sentuhan Autopsy dan Asphyx… Plus Sedikit Western?
Gitaris Lief Larson dan Johnathon Ibarra mencoba menghadirkan vibe doomy ala Autopsy dan Asphyx, dengan perubahan tempo yang bikin pusing. Tapi ada kejutan di lagu “Superposition,” di mana ada sentuhan western yang…aneh tapi menarik. Bayangkan soundtrack film koboi yang dimainkan oleh band death metal. Bikin kening berkerut, tapi juga bikin penasaran. Lalu, ada “Pummeled,” yang katanya sih highlight album dengan solo jazz-nya. Well, selera orang memang beda-beda.
Kualitas Jahitan yang Kurang Rapi
Sayangnya, nggak semua jahitan di album ini rapi. Bassist Jason Hellman terkadang terdengar seperti sedang memparodikan Cannibal Corpse, instead of memberikan hook yang kuat. Beberapa bassline, seperti di “Superposition” dan “As the Light Fades,” malah mengingatkan kita pada lagu-lagu tongue-in-cheek-nya Green Day. Sebuah pilihan yang… unik, untuk death metal. Ada juga suara gitar bernada sengau yang mencoba menciptakan kesan seram, tapi malah terdengar menjengkelkan. Di lagu “Eaten by Flies,” mereka bahkan mencoba memasukkan unsur Polka! Sepertinya mereka terlalu bersemangat bereksperimen.
Intro yang Bikin Bingung, Bukan Bikin Kagum
Salah satu masalah utama “Thaumaturgic Veil” adalah strukturnya yang…aneh. Hampir setiap lagu (kecuali “Light Extinguisher”) diawali dengan intro. Jadi, alih-alih mendengarkan sebuah album yang utuh, kita seperti sedang berjalan-jalan di galeri seni, melihat lukisan demi lukisan. Idenya sih menarik, tapi eksekusinya kurang mulus. Intro-intro ini nggak menyatu dengan lagunya. Nggak ada korelasi yang jelas, baik secara musikalitas, tema, maupun lirik. Akibatnya, intro-intro ini malah menambah bloat pada album yang sebenarnya nggak terlalu panjang.
Struktur Start-Stop yang Bikin Lelah
Yang paling parah, struktur start-stop-start-stop ini bikin pendengar nggak bisa membangun momentum. Album ini terasa dua kali lebih panjang dari seharusnya, dan setiap kali mendengarkannya terasa seperti ujian ketahanan. Bayangkan lari sprint sejauh 100 meter, lalu berhenti, lalu lari lagi, lalu berhenti lagi. Capek, kan? Begitu juga dengan mendengarkan album ini.
Potensi yang Belum Tergarap Maksimal
Meskipun banyak kekurangan, “Thaumaturgic Veil” menunjukkan bahwa Viogression punya potensi. Lagu-lagu seperti “Pummeled,” “Renumeration,” dan “Vulnus Sclopetarium” membuktikan bahwa mereka mampu menulis dan membawakan lagu death metal yang bagus dan concise. Sayangnya, kualitas lagu yang nggak merata dan struktur yang terputus-putus merusak apa yang seharusnya bisa menjadi album yang solid dari para veteran death metal. Jika saja mereka bisa merapikan jahitan dan membuat struktur yang lebih kohesif, Viogression pasti bisa meraih pengakuan yang layak mereka dapatkan.
Rating dan Kesimpulan: Perlu Jahitan Ulang!
Album ini mendapat rating 2.0/5.0. Intinya, “Thaumaturgic Veil” punya ambisi yang besar, tapi eksekusinya kurang memuaskan. Viogression masih perlu banyak berbenah agar bisa kembali ke puncak kejayaan. Mungkin, di album selanjutnya, mereka bisa lebih fokus dan nggak terlalu banyak bereksperimen. Siapa tahu, kan? Jangan kapok dulu dengerin death metal, ya!