Siapa bilang mencuci baju itu membosankan? Bayangkan, baju putih polosmu diubah menjadi kanvas dinamis yang merekam setiap gerakanmu di lapangan bola. Bukan dengan lumpur sungguhan (tenang saja!), tapi dengan robot canggih. Inilah yang terjadi di SXSW London, dan percayalah, ini bukan sekadar gimmick teknologi.
Mengenal Lebih Dekat Kampanye "Dirt Is Good"
Persil, merek deterjen yang mungkin sudah menemani masa kecilmu, punya kampanye ikonik bernama "Dirt Is Good" atau "Kotor Itu Baik." Kampanye ini bukan mengajakmu jadi jorok permanen, ya. Tapi, lebih tentang merayakan pengalaman, petualangan, dan momen-momen seru yang seringkali meninggalkan jejak di pakaian kita. Jejak lumpur, cat, atau bahkan es krim tumpah – semua itu adalah cerita.
Kali ini, Persil membawa semangat "Kotor Itu Baik" ke level berikutnya dengan menggabungkan teknologi tinggi dan sepak bola jalanan. Inspirasinya datang dari várzea, lapangan lumpur merah tempat sepak bola jalanan Brasil lahir dan berkembang. Di sana, baju kotor adalah medali kehormatan.
SXSW London: Tempat Bertemunya Teknologi dan Kreativitas
SXSW (South by Southwest) adalah festival tahunan yang merayakan inovasi teknologi, film, musik, dan budaya. Awalnya berbasis di Austin, Texas, SXSW kini melebarkan sayapnya ke London, menjadi wadah bagi para innovator dan early adopter untuk berkumpul, berbagi ide, dan melihat masa depan. Di sinilah Persil hadir dengan aktivasi uniknya.
Tantangan: Menggabungkan Fisik dan Digital
Tati Lindenberg, chief brand officer Persil, menjelaskan bahwa tujuan utama mereka adalah menciptakan pengalaman yang memadukan dunia fisik dan digital. Caranya? Dengan menghasilkan "kenangan yang berwujud," seperti noda lumpur di baju setelah bermain bola, tapi dalam versi yang lebih stylish dan tech-savvy.
Robot Pelukis Baju: Kisah di Balik Layar
Di tengah hiruk pikuk SXSW London, Persil mendirikan "The Cage," arena virtual várzea tempat pengunjung bisa memamerkan skill sepak bola mereka. Dilengkapi dengan kamera AI ZED yang mendeteksi setiap gerakan, arena ini terhubung langsung ke Spot, robot berkaki empat dari Boston Dynamics. Jangan bayangkan Spot joget TikTok, ya. Di sini, dia berperan sebagai seniman.
Data dari kamera AI – kecepatan, posisi tubuh, dan gerakan – diubah menjadi G-code, bahasa yang dimengerti oleh mesin CNC dan printer 3D. Alih-alih mencetak model, data ini diumpankan ke Spot yang dilengkapi dengan "lengan cat" khusus. Spot kemudian menyemprotkan cat berwarna lumpur merah Brasil ke baju putih, menciptakan pola unik yang merepresentasikan gerakan pemain. Setiap baju menjadi souvenir personal yang merekam momen seru di arena várzea.
Dan yang paling penting? Setiap pengunjung pulang dengan sebotol deterjen Persil, mengingatkan mereka bahwa "Jangan takut kotor, nikmati permainannya!" (Dirt is Good).
Robot Bukan Protagonis: Cerita Tetap yang Utama
Jangan salah paham, Spot bukan sekadar pajangan. Teknologi hanya alat untuk menyampaikan cerita. Lindenberg menekankan bahwa aktivasi ini digerakkan oleh narasi yang kuat tentang sepak bola jalanan Brasil dan semangat "Kotor Itu Baik." "Spot meningkatkan pengalaman, tapi bukan protagonisnya," katanya. "Pemainnya adalah protagonisnya. Kami ingin Spot membuat baju kotor, seperti di pertandingan várzea sungguhan. Kotor adalah lencana kehormatan – perayaan permainan."
Menghidupkan Várzea di London: Lebih dari Sekadar Lumpur
Membawa lumpur sungguhan ke London tentu bukan ide yang praktis (walaupun mungkin saja disambut dengan antusias oleh para hipster London). Di sinilah Spot berperan, bukan hanya sebagai solusi, tetapi juga sebagai enhancer pengalaman. Menggunakan robot memungkinkan Persil untuk mereplikasi esensi várzea tanpa harus mengotori semua orang.
Inovasi Itu Kadang Bikin Pusing (Dikit)
Christopher Knott dari Mindshare, agensi kreatif di balik proyek ini, mengakui bahwa ini adalah pertama kalinya Spot digunakan dengan cara seperti ini. "Ini bukan solusi off-the-shelf yang dirancang untuk Spot," katanya. Mereka harus mencetak 3D parts, menulis custom code, dan mengintegrasikan data sets yang berbeda agar semuanya berjalan lancar. Awalnya, setiap gerakan kecil pun memicu Spot untuk menyemprot cat, menghasilkan baju yang lebih mirip karya Jackson Pollock daripada jejak sepak bola. Untungnya, mereka berhasil menyempurnakan code beberapa jam sebelum acara dimulai!
Robot dan Masa Depan Aktivasi Merek: Sensorial dan Personal
Masa depan aktivasi merek akan semakin interaktif dan imersif. Lindenberg dan Lee sepakat bahwa robotika punya potensi besar, asalkan teknologi itu melayani cerita, bukan sebaliknya. "Jika saya bisa bercerita tanpa robotika, itu bagus," kata Lindenberg. "Tetapi jika robotika meningkatkan cerita, membuatnya lebih sensorial dan menarik, di situlah merek harus berinvestasi."
Eunah Lee dari Hogarth menambahkan bahwa integrasi AI dan robotika memungkinkan brand untuk menciptakan pengalaman yang lebih personal dan bermakna. Dengan melacak gerakan pengunjung dan menerjemahkannya ke dalam pola cat yang unik, Persil berhasil menciptakan kenangan yang berwujud dan relevan. Ini bukan sekadar baju kotor, ini adalah snapshot dari momen yang menyenangkan.
Kotor Itu Baik, Teknologi Itu Keren
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari aktivasi Persil di SXSW London? Bahwa teknologi, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyampaikan cerita, menciptakan pengalaman yang berkesan, dan memperkuat brand values. Dan yang terpenting, jangan takut kotor! Karena kadang, di situlah letak keseruannya. Dirt is good, kan?