Dark Mode Light Mode

Upaya Demi Pendakian Rinjani yang Aman

Siapa bilang mendaki gunung itu cuma buat yang kuat mental baja dan fisik superhero? Setelah insiden tragis di Gunung Rinjani yang menimpa seorang pendaki asal Brasil, kita jadi sadar bahwa keamanan dan kenyamanan pendakian itu nggak bisa dianggap enteng. Jangan sampai niat cari udara segar malah jadi petaka, kan? Untungnya, pemerintah dan berbagai pihak terkait sudah gercep untuk meningkatkan standar keselamatan di gunung-gunung Indonesia, khususnya Rinjani. Jadi, buat kalian yang punya mimpi taklukkan puncak Rinjani, simak dulu nih persiapan yang perlu diperhatikan!

Pendakian gunung, let’s face it, masuk kategori wisata minat khusus. Medan yang ekstrem, cuaca yang kadang suka prank, dan ketinggian yang bikin napas ngos-ngosan, semua itu butuh persiapan matang. Ibaratnya, mau perang, senjatanya harus lengkap, fisiknya harus fit, mentalnya juga harus sekuat baja.

Gunung Rinjani sendiri, dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjulang gagah di tiga kabupaten: Lombok Timur, Lombok Utara, dan Lombok Tengah. Pemerintah Indonesia, bersama dengan Rinjani Squad yang superheroik, sedang mempersiapkan jalur khusus yang memenuhi standar internasional. Jalur Sembalun di Lombok Timur jadi pilot project-nya. Keren, kan?

Mendaki Rinjani: Nggak Bisa Langsung Jagoan!

Ini dia yang perlu digarisbawahi: mendaki Gunung Rinjani bukan buat pendaki pemula! Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sudah wanti-wanti, medan yang terjal, suhu yang menusuk tulang, jarak yang jauh, dan status gunung berapi aktif itu nggak main-main. Cocoknya buat yang sudah punya jam terbang tinggi dan pengalaman mendaki yang mumpuni.

Sebelum bisa cekrek-cekrek di puncak Rinjani, kalian bakal dicek dulu. Bukan cuma data diri dan kesehatan, tapi juga riwayat pendakian. Bayangin, baru pertama kali mendaki langsung mau Rinjani? Petugas berhak lho mengarahkan kalian ke gunung atau bukit lain yang lebih ramah untuk pemula. Ada banyak pilihan kok!

Di Lombok sendiri, ada tujuh puncak yang nggak kalah kece, mulai dari Gunung Sempana (2.329 mdpl) sampai Bukit Bao Ritip (1.500 mdpl). Pemandangannya juga nggak kaleng-kaleng, apalagi pas musim kemarau, rumput menguning bikin lanskapnya mirip sawah yang lagi panen. Musim hujan? Hamparan rumput hijau bak permadani raksasa.

Kementerian Kehutanan juga sudah memberi lampu hijau soal persyaratan pendakian berdasarkan tingkat kesulitan gunung. Indonesia punya lebih dari 400 gunung dengan tingkat kesulitan dan kondisi alam yang variatif. Jadi, bijaklah dalam memilih gunung yang sesuai dengan kemampuan.

Tambah Pos Darurat: Biar Makin Aman

Data menunjukkan, jumlah pendaki Rinjani itu fantastis, mencapai 93.796 orang, dengan komposisi seimbang antara pendaki domestik dan mancanegara. Belum lagi pengunjung non-pendaki yang jumlahnya juga nggak kalah banyak. Gerbang utama pendakian ada di Sembalun dan Senaru, tapi ada juga jalur alternatif seperti Torean, Timbahu, Tete Batu, dan Aik Berik.

Sayangnya, dengan jumlah pendaki yang segambreng itu, pos daruratnya cuma ada dua! Itupun lokasinya jauh dari puncak, yaitu di Sembalun Resort (1.158 mdpl) dan Pos II (1.500 mdpl). Kebanyakan kecelakaan fatal terjadi setelah Pos Plawangan, jalurnya sempit, curam, dan licin. Area dari Plawangan ke bawah juga sering memakan korban karena terjatuh, meski nggak sampai meninggal.

Kabar baiknya, Kementerian Kehutanan dan TNGR berkomitmen membangun pos darurat di Plawangan (2.639 mdpl). Plawangan ini spot favorit buat nge-camp sebelum summit attack. Dengan adanya pos darurat dekat puncak, proses evakuasi jadi lebih cepat dan efisien. Perlengkapan SAR lengkap, mulai dari tali, katrol, sampai drone, harus stand by di pos tersebut.

Sertifikasi Ahli: Pemandu Juga Harus Kompeten

Pemerintah juga concern memastikan pemandu wisata di Rinjani punya sertifikasi keahlian. Dari total 621 pemandu, baru 321 yang punya sertifikat. Sayang banget, kan? Padahal, menurut aturan Kementerian Ketenagakerjaan, pemandu wisata itu wajib bersertifikat. Tujuannya, biar mereka punya kompetensi teknis, etika profesi, dan tanggung jawab terhadap lingkungan, sesuai standar nasional.

Pemerintah Provinsi NTB juga nggak tinggal diam. Mereka sedang menggodok konsep pariwisata berkualitas dan berkomitmen membantu para pemandu mendapatkan sertifikasi. Pariwisata berkualitas itu harus inklusif, memastikan wisatawan punya pengalaman yang memuaskan saat berkunjung ke NTB. Setuju banget!

Selain sertifikasi pemandu, dalam waktu dekat, 12 orang akan mengikuti program sertifikasi penyelamatan standar internasional di Bandung. Salah satunya adalah Agam Rinjani, sang pahlawan yang mengevakuasi jenazah Juliana Marins dari jurang sedalam 600 meter. Setelah lulus, mereka akan bertugas memberikan training of trainers untuk pemandu dan porter di Rinjani. Salut!

Rinjani Bukan Akhir, Tapi Awal

Peningkatan standar keselamatan ini nggak cuma berlaku untuk Rinjani, tapi juga untuk semua gunung di Indonesia. Harapannya, nggak ada lagi korban jiwa akibat kurangnya persiapan atau minimnya fasilitas. Mendaki gunung itu memang seru, tapi keselamatan harus jadi prioritas utama.

Jadi, sebelum memutuskan mendaki gunung, pastikan kalian sudah riset, mempersiapkan fisik dan mental, dan memilih pemandu yang kompeten. Jangan sampai pengalaman mendaki yang seharusnya menyenangkan, malah jadi mimpi buruk. Ingat, gunung bukan tempat untuk menantang maut, tapi untuk menikmati keindahan alam dan menguji batas kemampuan diri.

Mendaki gunung itu seperti kehidupan. Ada tanjakan, ada turunan. Ada saatnya kita harus berjuang keras, ada saatnya kita bisa menikmati hasil jerih payah. Yang penting, jangan lupa bawa bekal yang cukup, teman yang solid, dan semangat yang membara. Happy climbing!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

KXNO Des Moines Merombak Susunan Acara Harian, Dampaknya Akan Terasa

Next Post

Kolaborasi Tekken 8 x Atelier Yumia Bikin Fans Ngakak Nangis: Kok Gini Doang Sih