Energi bersih itu seperti cinta sejati: dicari-cari, tapi kadang sulit banget ditemuin. Namun, di tengah hiruk pikuk pencarian solusi energi, Vattenfall di Swedia justru melakukan hal yang tak terduga, seolah bilang “Hei, kalian tahu siapa yang siap comeback lagi setelah vakum puluhan tahun? Nuklir, tapi kali ini dengan upgrade versi 2.0!” Bukan main-main, perusahaan energi raksasa ini telah memilih dua jawara teknologi nuklir, GE Vernova dari Amerika dan Rolls-Royce SMR dari Inggris, untuk maju ke babak final pemilihan pemasok reaktor nuklir generasi baru. Jangan bayangkan reaktor raksasa yang makan tempat dan butuh biaya fantastis seperti di film-film sci-fi jadul, kali ini ceritanya beda.
Nuklir Lama Rasa Baru: Kok Bisa?
Keputusan Vattenfall ini bukan kaleng-kaleng, melainkan hasil evaluasi panjang dari 75 calon pemasok yang awalnya terdaftar. Setelah proses seleksi super ketat, hanya dua nama besar ini yang bertahan, membawa teknologi Small Modular Reactor (SMR) yang digadang-gadang sebagai masa depan energi nuklir. Konon, SMR ini punya keunggulan ‘kecil-kecil cabe rawit’, lebih ringkas, lebih efisien, dan yang paling penting, lebih masuk akal dari sisi anggaran dan waktu. Bayangkan saja, membangun pembangkit listrik sekuat itu kini bisa lebih fleksibel, seperti merakit gadget canggih ketimbang membangun istana.
Pilihan jatuh pada GE Vernova dan Rolls-Royce SMR karena reaktor modular mereka dianggap paling cocok dengan kondisi situs yang ada di Semenanjung Värö. Situs ini, yang sudah familiar dengan urusan nuklir karena menjadi lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ringhals, punya keterbatasan ruang dan infrastruktur. Namun, di sisi lain, Värö adalah lokasi paling strategis di Swedia untuk mengoperasikan nuklir baru secepat mungkin. Ada kapasitas jaringan listrik yang memadai, kompetensi nuklir yang sudah terbangun, dan tentu saja, permintaan listrik yang tinggi di wilayah tersebut.
Ringhals: Ketika Lokasi Itu Segalanya
Semenanjung Värö, rumah bagi PLTN Ringhals, memang lokasi impian untuk proyek ambisius ini. Selain kapasitas jaringan listrik yang kuat dan keberadaan tenaga ahli nuklir yang berpengalaman, lokasi ini juga diuntungkan oleh tingginya permintaan listrik regional. Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, tantangan terbesarnya adalah keterbatasan ruang dan infrastruktur. Ini yang membuat SMR menjadi pilihan yang sangat logis, seolah mereka mencari solusi smart home untuk sebuah problem smart grid.
Teknologi SMR yang ditawarkan kedua pemasok finalis ini juga bukan sekadar janji manis. Mereka mengklaim menggunakan teknologi yang sudah teruji dan desain yang disederhanakan. Yang lebih menarik, desain SMR ini sudah mengintegrasikan pembelajaran dari proyek-proyek nuklir sebelumnya di seluruh dunia. Jadi, ibaratnya, mereka sudah punya patch update dan bug fixes dari pengalaman masa lalu, siap untuk pengalaman gaming energi yang lebih mulus dan stabil.
Baik GE Vernova maupun Rolls-Royce SMR sama-sama menggunakan jenis bahan bakar yang rantai pasoknya sudah mapan bagi Vattenfall. Ini adalah poin plus besar, mengurangi kerumitan logistik dan memastikan keberlanjutan operasional di masa depan. Dalam dunia bisnis, ini namanya punya supply chain yang on point, minim drama, dan siap sedia.
Nuklir SMR: Kecil-Kecil Cabe Rawit, Budget Ramah Dompet?
Desirée Comstedt, Wakil Presiden dan Kepala Nuklir Baru di Vattenfall, menjelaskan bahwa evaluasi pemasok dan reaktor telah dilakukan dengan sangat teliti. Transisi dari 75 calon menjadi hanya dua finalis menunjukkan keseriusan proyek ini. Menurutnya, membangun serangkaian unit yang lebih kecil ini membawa keuntungan biaya yang jelas. Mereka membutuhkan lebih sedikit ruang, personel yang jauh lebih sedikit, dan logistik yang lebih mudah dikelola.
Konsep modular ini juga meningkatkan kemampuan selama fase konstruksi untuk menemukan, menampung, dan mengangkut staf. Ini mengurangi risiko peningkatan biaya yang sering terjadi pada proyek-proyek besar yang sulit dikelola. Ibaratnya, jika dulu membangun pembangkit nuklir itu seperti mencoba menyelesaikan puzzle 10.000 keping sendirian, kini dengan SMR, ini seperti merakit beberapa puzzle 500 keping bersama tim, jauh lebih mudah dan terkontrol.
Vattenfall berencana untuk membangun proyek dengan lima reaktor BWRX-300 dari GE Vernova atau tiga reaktor Rolls-Royce SMR. Kedua skenario ini akan menghasilkan total output sekitar 1.500 MW. Sebagai perbandingan, sebuah SMR berkapasitas 500 MW memiliki kapasitas yang sama dengan reaktor skala besar pertama di Oskarshamn. Ini menunjukkan bahwa meskipun namanya small, output-nya bisa setara dengan level boss di masa lalu.
Investasi Jangka Panjang: Bukan Sekadar Energi, Tapi Masa Depan
Anna Borg, CEO dan Presiden Vattenfall, menekankan bahwa langkah ini adalah “langkah lain menuju pembangunan PLTN Swedia pertama dalam lebih dari 40 tahun.” Tujuan utama mereka adalah proyek yang sukses di Semenanjung Värö, yang berarti operasi dapat dimulai dalam jangka waktu dan anggaran yang wajar. Proyek yang berhasil ini juga akan menjadi fondasi bagi pengembangan nuklir lebih lanjut. Mereka bahkan sudah melirik langkah berikutnya untuk membangun reaktor tambahan di lokasi bekas Ringhals 1 dan 2. Ini bukan sekadar membangun, ini adalah pembangunan ekosistem energi.
Tentu saja, pengembangan nuklir baru di Swedia akan membutuhkan kolaborasi dari banyak pemangku kepentingan. Ada inisiatif konsorsium industri bernama Industrikraft, yang melibatkan 17 perusahaan industri terkemuka Swedia. Vattenfall telah menjalin dialog erat dengan mereka sejak awal proyek. Ini adalah contoh sempurna bagaimana sinergi antara sektor publik dan swasta bisa mendorong inovasi besar.
Tom Erixon, Ketua Industrikraft, menyambut baik perkembangan ini. Menurutnya, proses pembangunan reaktor nuklir baru telah mengambil langkah maju yang signifikan, dan kini ada proyek yang jelas dan layak di Semenanjung Värö. Industrikraft berkomitmen untuk bekerja sama dengan Vattenfall dalam menciptakan kondisi untuk investasi bersama yang direncanakan. Namun, ia juga menekankan pentingnya kondisi politik yang stabil dalam jangka panjang. Karena sejatinya, proyek sebesar ini butuh dukungan bukan hanya dari hardware, tapi juga dari software kebijakan yang firm.
Proses untuk mewujudkan tenaga nuklir baru ini terus berlanjut. Permohonan untuk berbagi risiko dengan negara akan segera diajukan, dan pemasok final akan segera dipilih. Keputusan investasi akhir baru akan dibuat pada tahap selanjutnya dalam proses ini. Ini menunjukkan bahwa meskipun sudah sangat maju, masih ada beberapa level lagi yang harus diselesaikan sebelum semua lampu hijau menyala. Dengan langkah-langkah strategis ini, Swedia sedang menulis babak baru dalam sejarah energinya, menunjukkan bahwa terkadang, untuk bergerak maju, kita perlu melihat kembali teknologi yang sudah teruji, lalu memberinya upgrade yang tak terduga.