Dark Mode Light Mode

Velvet Sundown Akui ‘Kami AI’: Geger Dunia Musik

Bentar, Ini Beneran Musik, Apa…Kode?

Dunia musik lagi geger nih. Bayangin aja, ada band indie rock dengan jutaan pendengar bulanan di Spotify, dan ternyata… drumroll …mereka adalah proyek musik yang sepenuhnya dibuat oleh Artificial Intelligence (AI)! Namanya Velvet Sundown, kayaknya sih ngasih tribute ke band legendaris The Velvet Underground-nya Lou Reed. Tapi, apa ini awal dari era baru musik, atau malah kiamat bagi musisi beneran?

Sejak pertama kali muncul, Velvet Sundown langsung jadi viral. Banyak banget yang debat, ini band beneran apa nggak sih? Soalnya, foto-foto mereka di media sosial tuh, somehow terasa… off. Kayak abis diedit pake filter “Plastik Fantastis” level dewa.

Akhirnya, teka-teki itu terjawab. Di profil Spotify mereka, tertulis jelas kalau Velvet Sundown adalah “provokasi artistik yang berkelanjutan”. Lebih lanjut lagi, mereka mengakui semua karakter, cerita, musik, lirik, dan suara dihasilkan dengan bantuan AI. Jadi, bisa dibilang, mereka ini literally band dari masa depan.

Dampak AI di industri musik emang lagi jadi perdebatan panas. Banyak yang khawatir kalau ini bisa ngerusak pasar dan bikin musisi kehilangan mata pencaharian. Tapi, di sisi lain, ada juga yang melihatnya sebagai alat yang bisa membantu musisi menciptakan karya yang lebih inovatif. Sama kayak Autotune, cuma levelnya udah quantum leap.

AI Menginvasi Playlist Kita: Ancaman atau Peluang?

Para ahli udah lama memperingatkan tentang bahaya AI dalam menghasilkan gambar, video, dan musik. Garis antara yang nyata dan palsu semakin kabur. Kita udah nggak bisa lagi sepenuhnya percaya sama apa yang kita lihat dan dengar di internet. Jadi, hati-hati ya, jangan sampe ketipu sama rayuan gombal AI!

Sebuah studi besar di bulan Desember 2024 oleh International Confederation of Societies of Authors and Composers (CISAC), yang mewakili lebih dari lima juta kreator di seluruh dunia, memperingatkan tentang bahaya musik yang dihasilkan AI. Mereka memperkirakan bahwa pendapatan musisi bisa menyusut lebih dari 20 persen dalam empat tahun ke depan, seiring dengan pertumbuhan pasar musik yang dikomposisi oleh AI. Ngeri juga ya?

Spotify sendiri menolak berkomentar secara langsung tentang Velvet Sundown. Juru bicara mereka, Geraldine Igou, hanya mengatakan bahwa platform tersebut tidak “memprioritaskan atau mendapat keuntungan finansial dari musik yang dibuat menggunakan alat AI”. Semua tracks dibuat, dimiliki, dan diunggah oleh pihak ketiga berlisensi. Intinya, mereka cuci tangan. Well played, Spotify.

Nah, lain halnya dengan Deezer, rival Spotify. Mereka justru menampilkan peringatan “Konten yang Dihasilkan AI” untuk Velvet Sundown. Mereka bahkan punya alat pendeteksi musik AI yang bisa mengidentifikasi lagu yang dihasilkan menggunakan software populer seperti Suno dan Udio. Jadi, kalau mau denger musik yang beneran human touch, mungkin Deezer bisa jadi pilihan.

Deezer vs. Spotify: Siapa yang Lebih Jujur Soal AI?

Deezer mengungkapkan bahwa mereka menerima lebih dari 20.000 tracks yang sepenuhnya dihasilkan AI setiap hari, yang merupakan 18 persen dari semua konten yang diunggah. Sebelumnya, di bulan Januari, angkanya masih 10 persen. Gila, peningkatannya drastis banget! Mungkin sebentar lagi playlist kita isinya robot semua.

Peningkatan signifikan ini menandakan bahwa AI music generation semakin mudah diakses dan semakin populer. Banyak orang yang mulai bereksperimen dengan teknologi ini, baik untuk iseng-iseng, maupun untuk tujuan komersial. Pertanyaannya, seberapa jauh kita akan membiarkan AI mengambil alih industri musik?

Selain musik, AI juga merambah ke bidang lain. Ada laporan tentang penipu yang menyamar sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, dan menggunakan pesan suara dan teks yang dihasilkan AI untuk menghubungi pejabat tinggi dan menteri luar negeri. Bayangin, kita udah nggak bisa lagi percaya sama suara dan tulisan orang!

Implikasi Lebih Luas: Dari Musik ke Diplomasi, AI Mengubah Segalanya

Fenomena Velvet Sundown hanyalah puncak gunung es. AI music generation memiliki implikasi yang jauh lebih luas daripada sekadar mengubah cara kita mendengarkan musik. Ia juga mengubah cara kita berpikir tentang kreativitas, kepemilikan, dan bahkan identitas.

Misalnya, siapa yang punya hak cipta atas lagu yang dihasilkan AI? Apakah programmer yang membuat algoritmanya, atau pengguna yang memasukkan prompt-nya? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini belum ada jawabannya, dan hukum harus segera mengejar ketertinggalan.

Belum lagi, dampak sosial dan ekonomi dari AI pada industri kreatif. Jika AI bisa menghasilkan musik yang sama bagusnya (atau bahkan lebih baik) daripada manusia, apa yang akan terjadi pada musisi beneran? Apakah mereka akan kehilangan pekerjaan, atau justru menemukan cara baru untuk berkolaborasi dengan AI?

Masa Depan Musik: Manusia vs. Mesin, atau Manusia dengan Mesin?

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Velvet Sundown? Yang jelas, AI music generation adalah sesuatu yang nggak bisa kita abaikan. Ini adalah teknologi yang powerful dan memiliki potensi untuk mengubah industri musik secara fundamental.

Namun, penting untuk diingat bahwa AI hanyalah alat. Ia bisa digunakan untuk kebaikan, tapi juga bisa disalahgunakan. Kita sebagai konsumen dan kreator, harus bijak dalam menggunakan teknologi ini, dan memastikan bahwa ia tidak merugikan siapapun. Ingat kata Paman Ben: “Dengan kekuatan besar, datang tanggung jawab besar.” But make it Gen Z.

Yang paling penting, jangan lupa untuk tetap mendukung musisi beneran. Karena, meskipun AI bisa menghasilkan musik yang catchy, ia nggak bisa menggantikan sentuhan manusiawi, emosi, dan pengalaman hidup yang dituangkan dalam sebuah karya seni. Jadi, yuk, dengerin musik dari musisi favoritmu, beli albumnya, dateng ke konsernya. Karena, musik itu alive, bukan cuma algoritma.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

InfoComm Asia 2025: Dampak Masa Depan Industri Pro AV Indonesia

Next Post

Assassin's Creed Black Flag Remake Bocor Lagi di Steam, Pertanda Segera Diumumkan