Pernahkah terbesit di benak bahwa ada “kota Atlantis” versi lokal yang mungkin terkubur di bawah laut, penuh dengan artefak kuno yang lebih keren dari koleksi museum mana pun? Sayangnya, sebagian besar dari “harta karun” bawah air ini sering terlupakan, terancam kerusakan, bahkan terjerat jaring nelayan tanpa sengaja. Ironisnya, manusia lebih sering sibuk mencari sinyal Wi-Fi di puncak gunung daripada menyelamatkan warisan berharga yang tersembunyi di kedalaman samudra.
Warisan budaya bawah air, atau yang sering disingkat WBB, bukanlah sekadar bangkai kapal yang karam. Ini bisa berupa reruntuhan kota kuno, situs prasejarah, artefak berharga, atau bahkan lanskap yang tenggelam ribuan tahun lalu. Mereka adalah “kapsul waktu” alami yang menyimpan cerita peradaban yang hilang, menunggu untuk dijelajahi dan dilindungi. Namun, karena letaknya yang tersembunyi, perlindungannya menjadi tantangan tersendiri, bak menemukan _easter egg_ langka dalam sebuah _game_ yang sudah lama tak terjamah.
### Rahasia Bawah Laut: Bukan Sekadar Ikan Nemo
Maka dari itu, dunia internasional menyadari pentingnya memiliki “peta harta karun” dan “kode etik” yang jelas untuk menjaga warisan tak ternilai ini. Lahirlah Konvensi UNESCO 2001 tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air, sebuah tonggak penting yang menetapkan kerangka kerja global. Konvensi ini tidak hanya bertujuan melindungi situs-situs tersebut dari penjarahan dan kerusakan, tetapi juga mendorong akses yang bertanggung jawab dan penelitian ilmiah yang etis.
Pada awal tahun ini di Paris, sebuah keputusan monumental disepakati: 21 Agustus secara resmi ditetapkan sebagai Hari Internasional Warisan Budaya Bawah Air. Ini bukan sekadar tanggal merah baru di kalender, melainkan sebuah penanda komitmen global untuk meningkatkan kesadaran publik. Penetapan hari ini menjadi pengingat kolektif bahwa harta karun di bawah laut adalah bagian tak terpisahkan dari narasi manusia.
Untuk merayakan dan memperingati momen bersejarah ini, Departemen Arkeologi Qatar Museums, bekerja sama dengan Kantor Regional UNESCO di Doha, akan menyelenggarakan kuliah umum. Acara ini bukan hanya pertemuan akademis biasa, melainkan sebuah kesempatan langka untuk mengintip ke dalam dunia yang sering kali tersembunyi dan misterius. Kuliah ini akan diselenggarakan di Auditorium Museum Seni Islam, sebuah lokasi yang ikonik dan mudah diakses.
## Konvensi 2001: Kode Etik untuk Harta Karun Bawah Air
Kuliah yang dinanti-nantikan ini berjudul ‘Frameworks and Mechanisms of International Cooperation under the 2001 UNESCO Convention on the Protection of the Underwater Cultural Heritage’. Pembicaranya bukan sembarang orang, melainkan Dr. Ouafa Slimane, seorang ahli arkeolog lapangan yang dikenal mumpuni di bidangnya. Keahliannya diharapkan dapat menyajikan materi yang kompleks menjadi lebih mudah dicerna, bahkan bagi mereka yang awam sekalipun.
Dr. Slimane akan membedah Konvensi 2001, memberikan gambaran menyeluruh tentang kerangka kerja dan mekanisme kerja samanya. Ia akan menjelaskan bagaimana Konvensi ini telah berhasil memperkuat kolaborasi antarnegara, institusi, dan para peneliti di seluruh dunia. Ibarat sebuah orkestra, Konvensi ini menyediakan partitur yang memungkinkan setiap pemain memainkan perannya secara harmonis demi tujuan yang sama.
Selain itu, Dr. Slimane juga akan menyajikan studi kasus sukses yang menunjukkan dampak nyata dari kerja sama internasional dalam melindungi warisan budaya bawah air. Contoh-contoh ini akan menjadi bukti konkret bahwa kolaborasi lintas batas negara bukanlah sekadar utopia, melainkan sebuah keharusan yang membuahkan hasil signifikan. Ini seperti melihat _mission accomplished_ setelah berjuang melewati berbagai rintangan.
Kuliah ini juga akan menekankan peran Konvensi dalam membentuk praktik berkelanjutan dan mendorong pertukaran budaya. Warisan bawah air bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana kita mengelola sumber daya dan pengetahuan untuk masa depan. Kemitraan antarnegara menjadi kunci utama, mengingat lautan tidak mengenal batas geografis, begitu pula dengan warisan yang bersemayam di dalamnya.
## Qatar Museums: Penjaga Kedalaman Sejarah
Perlindungan warisan budaya bawah air adalah bagian integral dari warisan kolektif umat manusia. Oleh karena itu, kolaborasi global menjadi esensial, seperti anggota tim dalam sebuah _raid_ yang membutuhkan semua peran untuk berhasil menaklukkan _boss_ terakhir. Kuliah ini diharapkan dapat menyoroti betapa pentingnya menjaga koneksi ini, memastikan bahwa harta karun bawah laut dapat diakses dan dipelajari oleh generasi mendatang.
Kuliah umum ini juga mencerminkan komitmen berkelanjutan Qatar Museums untuk menjadikan warisan budaya mudah dijangkau dan menarik bagi masyarakat luas. Mereka berupaya membangun jembatan antara masa lalu yang kaya dan generasi saat ini, memastikan bahwa cerita-cerita kuno tetap relevan. Langkah ini sekaligus memperkuat posisi Qatar sebagai pemimpin regional dalam perlindungan warisan dan kerja sama internasional.
Menariknya, tahun ini Qatar Museums sedang merayakan ulang tahun ke-20 mereka. Perayaan ini ditandai dengan kampanye ‘Evolution Nation’, sebuah perjalanan 18 bulan yang merayakan evolusi budaya Qatar, dari pendirian Museum Nasional hingga ekosistem institusi yang berkembang pesat saat ini. Kehadiran kuliah ini adalah salah satu cara untuk menunjukkan semangat _Evolution Nation_ dalam konteks global.
Bagi mereka yang penasaran, kuliah umum ini akan diselenggarakan pada 21 Agustus 2025, pukul 10:00 pagi, di Auditorium Museum Seni Islam. Yang lebih menyenangkan lagi, acara ini gratis dan tidak memerlukan pendaftaran. Cukup datang dan siapkan diri untuk menyelami lautan pengetahuan tentang harta karun yang selama ini tersembunyi di bawah permukaan air.
Pada akhirnya, melindungi warisan budaya bawah air adalah tentang memahami siapa kita sebagai peradaban, dan dari mana kita berasal. Ini adalah pengingat bahwa di bawah gelombang laut yang tenang atau bergejolak, terdapat cerita-cerita yang menunggu untuk diceritakan, pelajaran yang menunggu untuk dipetik, dan masa lalu yang menanti untuk dilestarikan demi masa depan.