Dark Mode Light Mode

Bettas Bangka: Wahyu Tersembunyi Pulau Timah

Siapa bilang cari ikan harus ke laut? Coba deh tengok ke hutan! Ada makhluk kecil berwarna merah anggur yang keberadaannya makin terancam, dan mereka tinggal di sana. Serius!

Si Anggun Merah dari Bangka: Betta Burdigala

Betta burdigala, atau yang lebih dikenal sebagai ikan cupang anggur merah, adalah spesies ikan air tawar yang ukurannya nggak sampai satu inci pun. Warna merahnya yang pekat, mengingatkan kita pada anggur Bordeaux yang mewah, menjadikan mereka primadona di kalangan penghobi ikan. Sayangnya, keindahan ini menyimpan cerita pilu.

Status konservasi mereka Critically Endangered. Bayangkan, di dunia ini, mereka hanya ditemukan di satu DAS (Daerah Aliran Sungai) saja, yaitu di Pulau Bangka, Indonesia. Pulau yang terkenal dengan timahnya, tapi menyimpan keajaiban biodiversitas yang luar biasa.

Habitat ideal Betta burdigala adalah hutan rawa gambut berair hitam yang asam. Mereka membutuhkan kondisi lingkungan yang spesifik inilah, makanya mereka nggak bisa ditemukan di tempat lain. Keren sekaligus bikin deg-degan, kan?

Yang bikin makin unik, Betta burdigala adalah pembangun sarang gelembung (bubble nest builder). Mereka menggunakan air liur dan gelembung udara untuk membuat sarang yang melindungi telur dan anak-anak mereka. So sweet! Udah cantik, sayang keluarga pula.

Selain itu, mereka juga punya organ labirin, semacam alat pernapasan tambahan yang memungkinkan mereka menghirup oksigen langsung dari udara. Ini sangat membantu mereka bertahan hidup di air rawa yang kadar oksigennya rendah. Adaptasi yang luar biasa!

Kabar buruknya, habitat mereka, hutan rawa gambut di Bangka, terus menerus mengalami kerusakan. Alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dan urbanisasi menjadi ancaman utama. Belum lagi masalah polusi plastik yang makin parah.

Habitat Rusak, Nasib Cupang Terancam

Kerusakan habitat ini berdampak langsung pada populasi Betta burdigala. Habitat yang semakin sempit dan terfragmentasi mengurangi keragaman genetik mereka, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan.

Nggak cuma itu, polusi plastik juga jadi masalah serius. Plastik bisa mencemari air dan tanah, merusak kualitas air yang dibutuhkan oleh Betta burdigala. Bahkan, mikroplastik bisa masuk ke rantai makanan dan mengancam kesehatan mereka. Sedih, ya?

Bayangkan, tempat di mana Betta burdigala pertama kali ditemukan, yang dulunya adalah hutan rawa gambut yang masih alami, kini sudah berada di pinggir jalan dan dipenuhi sampah plastik. Perubahan yang drastis dan memilukan.

Melihat kondisi ini, beberapa pihak bekerja keras untuk menyelamatkan Betta burdigala. Universitas Airlangga, Universitas Bangka-Belitung, University of Leeds, dan National University of Singapore bekerja sama dalam proyek konservasi internasional.

Upaya Penyelamatan: Dari Penangkaran Hingga Ekowisata

Proyek ini melibatkan berbagai upaya, mulai dari program penangkaran (captive breeding) hingga identifikasi lokasi yang potensial untuk dijadikan suaka ikan. Komunitas lokal, seperti Komunitas Seluang, juga ikut terlibat aktif dalam upaya pelestarian ini.

Tujuan utama dari program penangkaran adalah untuk meningkatkan populasi Betta burdigala dan menjaga keragaman genetik mereka. Ikan-ikan hasil penangkaran nantinya akan dilepaskan kembali ke habitat aslinya setelah habitat tersebut direhabilitasi.

Identifikasi lokasi suaka ikan juga sangat penting. Suaka ini akan menjadi tempat yang aman bagi Betta burdigala dan spesies ikan lainnya untuk berkembang biak dan hidup dengan tenang. Suaka ini harus dilindungi dari segala bentuk ancaman, seperti perambahan hutan dan pencemaran.

Selain itu, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat juga menjadi bagian penting dari upaya konservasi ini. Masyarakat perlu memahami pentingnya menjaga kelestarian hutan rawa gambut dan dampak negatif dari perusakan lingkungan.

Butuh Dukungan Semua Pihak untuk Selamatkan Betta Burdigala

Untuk memastikan kelangsungan hidup Betta burdigala dan spesies ikan terancam punah lainnya di Bangka, diperlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan. Pemetaan distribusi populasi, analisis genetik, perlindungan perdagangan, dan penetapan kawasan konservasi yang melibatkan semua pihak adalah kunci keberhasilan.

Jadi, lain kali kalau ke Bangka, jangan cuma ingat timahnya, ya. Ingat juga ada si anggun merah, Betta burdigala, yang membutuhkan uluran tangan kita. Siapa tahu, dengan mengunjungi hutan rawa gambut dan mendukung ekowisata lokal, kita bisa ikut berkontribusi dalam menyelamatkan spesies yang luar biasa ini. Karena, menyelamatkan Betta burdigala, sama dengan menyelamatkan ekosistem yang lebih besar. Bukan begitu?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Cheryl Cole, Mantan Liam Payne, Kuasai Harta Rp480 Miliar Milik Sang Penyanyi

Next Post

Assetto Corsa EVO: Dukungan Mod Ditambahkan, Eifel Free Roam Ditunda, Konsekuensi Bagi Pemain?