Hiburan Interaktif: Ketika Nonton Video Lebih Intim Daripada Main Game?
Dunia hiburan terus berevolusi, dari sekadar menonton, bermain, hingga merasakan pengalaman yang lebih personal. Pertanyaan besarnya, bisakah kita merasa lebih dekat dengan sebuah video daripada saat bermain game yang harusnya interaktif? Jawabannya mungkin lebih kompleks daripada yang kamu kira.
Bayangkan, kamu sedang asyik menonton video dokumenter tentang pembuatan game FMV (Full Motion Video) di tahun 90-an. Seseorang bernama Sam Barlow dan Justin McElroy, mereka membahas mengapa beberapa game FMV terasa lebih berhasil daripada yang lain. Sebuah percakapan yang bikin kita berpikir ulang tentang cara kita menikmati hiburan.
Lebih dari Sekadar Grafis: Sentuhan Personal Dalam Pengalaman
Banyak game FMV awal yang terasa gagal karena pembuatnya terlalu fokus ingin membuat film, bukan game. Mereka lupa bahwa inti dari game adalah interaksi. Barlow, dengan game-nya Her Story, justru membalikkan konsep itu. Ia menggunakan video sebagai elemen kunci yang mendukung mekanika permainan, bukan hanya sekadar tempelan.
Pendekatan ini mengubah segalanya. Alih-alih memaksa pemain mengikuti alur cerita yang kaku, Barlow memberikan kebebasan untuk menjelajahi potongan-potongan video, dan dari situlah pemain menciptakan cerita mereka sendiri. Bayangkan, kamu seperti detektif yang merangkai puzzle dari potongan-potongan informasi yang terpisah.
Ketika Interaktivitas Jadi Bumerang: Terlalu Linear?
Dalam game-game populer seperti Uncharted, misalnya, ada teknologi canggih yang membuat karakter bergerak begitu realistis. Namun, pada akhirnya, pemain hanya bisa melakukan hal yang sudah ditentukan. Lompat di pipa tertentu, pipa itu akan patah, dan kamu masuk ke adegan berikutnya. Semua itu terasa seperti hanya hiasan, kan?
Interaktivitas, di sebagian besar game, jadi semacam penguat suasana. Ini digunakan untuk membuat pengalaman yang sudah linier terasa lebih seru. Tapi, apakah itu cukup? Apakah kita hanya ingin merasa terlibat, tanpa benar-benar punya dampak pada cerita?
Menggali Lebih Dalam: Peran Imajinasi Pembaca
Barlow berpikir bahwa game seharusnya menawarkan pengalaman yang berbeda-beda bagi setiap pemain. Bukan hanya sekadar pilihan yang menghasilkan akhir cerita yang variatif. Lebih dari itu, ia ingin pemain mengisi kekosongan dengan imajinasi mereka sendiri.
Dalam Her Story, misalnya, video yang ditampilkan sangat realistis. Kamu tidak bisa mengubah pakaian tokoh atau melihatnya dari sudut pandang lain. Tapi, karena kamu melihat klip-klip itu dari berbagai sudut dan konteks, cerita yang kamu buat dalam pikiranmu sendiri menjadi sangat personal. Game menjadi seperti novel yang hidup dalam pikiranmu.
Buku Interaktif: Definisi Ulang Pengalaman
McElroy bahkan punya ide untuk menyebut game seperti ini sebagai buku interaktif. Kenapa tidak? Dalam sebuah novel, kita membaca dengan kecepatan kita sendiri, membalik halaman, dan membuat dunia dalam kepala kita. Game-game ini juga memberikan kebebasan serupa.
Dalam game Immortality, Barlow mencoba membuat pengalaman yang terasa mengejutkan. Mekanisme rewinding (memutar ulang) video, misalnya, awalnya terinspirasi dari game Telling Lies. Ia ingin memberikan nuansa seperti pengawasan, di mana terkadang kamu harus melihat hal-hal yang membosankan sebelum menemukan sesuatu yang menarik.
Ketika Pemain Berontak: Kontrol Terlalu Dibatasi?
Sayangnya, beberapa pemain Telling Lies merasa kesal dengan mekanisme rewinding yang lambat. Mereka sudah terbiasa dengan kontrol video yang sempurna di ponsel atau komputer mereka. Ketika kontrol itu dilanggar, mereka jadi merasa tidak nyaman.
Ini membuat Barlow berpikir lebih jauh. Ia mulai mengeksplorasi bagaimana pemain bereaksi terhadap video dan bagaimana ia bisa menggunakan ekspektasi mereka untuk menciptakan pengalaman yang lebih unik. Di game selanjutnya, ia memanfaatkannya.
Sentuhan Halus: Game Feel yang Membumi
Barlow menekankan pentingnya game feel. Meskipun game-nya berbasis FMV, ia tetap ingin menambahkan elemen-elemen yang membuat game terasa nyata dan interaktif. Suara klik saat mengetik, atau tampilan layar yang seperti CRT (tabung) jadul, adalah contoh kecil dari perhatiannya pada detail. Detail-detail ini mungkin terlihat sepele, tapi justru membuat pengalaman bermain menjadi lebih kaya.
Jadi, apakah menonton video bisa terasa lebih intim daripada bermain game? Jawabannya, tergantung. Jika game tersebut mampu membuatmu merasa seperti bagian dari cerita, merangsang imajinasimu, dan memberikan kebebasan, maka jawabannya, ya. Dan, siapa tahu, mungkin saja kita akan segera hidup di dunia di mana garis antara game, film, dan novel semakin kabur.