Di era serba digital ini, banyak yang merasa hidup tidak lengkap tanpa _charger_ ponsel atau setidaknya, _earbuds_ nirkabel yang selalu tersangkut di telinga. Bayangkan jika ada satu benda, sebuah tongkat, yang bukan hanya aksesori fesyen, tetapi juga _statement_ identitas yang bikin semua mata melirik dan berdecak kagum. Jauh sebelum tren _hypebeast_ merebak, di sebuah desa terpencil di Oman, ada pria-pria yang pamer warisan budaya dengan cara yang jauh lebih… ‘berisi’ daripada sekadar sepatu edisi terbatas, yaitu melalui tongkat unik bernama Al Jeriz.
Saat para pria Omani berkumpul dengan tenang di sebuah desa pegunungan yang terjal untuk merayakan momen penting, udara dipenuhi irama puisi dan lagu. Namun, yang benar-benar menarik perhatian adalah kehadiran mencolok para pria dari suku Al Shihi. Mereka masing-masing membawa Al Jeriz, sebuah tongkat berjalan khas yang segera membedakan mereka dari yang lain.
Tongkat ini bukanlah sekadar bantuan untuk berjalan atau sekadar pajangan biasa. Berbeda dengan tongkat sederhana dari suku lain, tongkat milik mereka diukir dengan rumit, menampilkan kepala logam yang diukir dengan simbol dan pola geometris. Setiap ukiran menceritakan kisah ketahanan dan identitas yang mendalam, menjadikan tongkat ini simbol budaya yang sangat dihormati.
Di lanskap Musandam yang dramatis, tempat tebing-tebing menjulang tajam dari laut dan angin berbisik melalui celah gunung, Al Jeriz memegang tempat yang bersejarah dalam kehidupan sehari-hari dan ritual. Tongkat ini tidak hanya berakar pada tradisi, tetapi juga terjalin erat dengan topografi dan kehidupan masyarakat setempat.
Dibuat dari kayu asli seperti sidr atau zaitun liar, setiap tongkat memulai hidupnya sebagai cabang yang dipilih dengan cermat oleh para ahli. Para pengrajin menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengeringkan dan menghaluskan kayu sebelum menambahkan ukiran rumit yang dikenal sebagai “sunbursts,” unik untuk setiap bagian. Detail ukiran dan hiasan logam mencerminkan tradisi yang berakar pada kesabaran, keterampilan, dan koneksi mendalam dengan tanah.
## Al Jeriz: Bukan Sekadar Tongkat, tapi _Power-Up_ Identitas
Secara historis, Al Jeriz memiliki peran praktis yang vital dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Musandam. Tongkat ini digunakan untuk membantu pendakian gunung yang terjal, sebagai senjata untuk pertahanan diri dari ancaman, atau sebagai simbol status yang menunjukkan kedudukan seseorang selama upacara penting. Fungsi multifungsinya menjadikannya benda esensial di masa lampau.
Namun, zaman berubah, dan Al Jeriz bertransformasi dari alat praktis menjadi lambang warisan yang sangat dihargai. Kini, tongkat ini dengan bangga menemani pertemuan suku, pertunjukan rakyat, dan perayaan nasional, menjadikannya penanda identitas yang tak terpisahkan. Kehadirannya dalam setiap momen penting menunjukkan betapa kuatnya ikatan masyarakat dengan budayanya.
Selama “Nadba” tradisional, sebuah nyanyian ritmis yang dibawakan oleh para pria dari suku Shihuh, tongkat-tongkat ini dipukulkan ke tanah secara serempak. Aksi ini menciptakan instrumen ekspresi budaya yang bergema melalui lembah-lembah pegunungan, menghadirkan resonansi yang kuat dan memukau bagi siapa saja yang menyaksikannya.
Pentingnya Al Jeriz meluas jauh melampaui seruan perang di masa lalu, merangkul dimensi baru sebagai jembatan antar generasi. Selama beberapa generasi, tongkat ini telah diwariskan dari para tetua kepada kaum muda, melambangkan kontinuitas dan identitas yang tak terputus. Tradisi ini memastikan bahwa nilai-nilai dan sejarah tidak lekang oleh waktu.
## Misi Pemerintah untuk Mengawal Warisan, Bukan Sekadar Proyek
Menyadari signifikansi Al Jeriz, pemerintah Oman melalui Otoritas Publik untuk Industri Kerajinan, mengambil langkah proaktif. Mereka mendirikan pusat pelatihan khusus di Khasab pada tahun 2005, sebuah inisiatif yang sangat penting untuk masa depan warisan ini. Langkah ini menunjukkan komitmen serius negara dalam melestarikan budaya lokal.
Pusat tersebut kini menawarkan berbagai kursus kepada pemuda Omani yang tertarik untuk mempelajari seni membuat Al Jeriz. Program ini secara efektif mewariskan keterampilan kerajinan tangan yang berharga, memastikan bahwa tradisi ini tidak akan memudar dan tetap relevan di tengah perubahan zaman. Lulusan program ini menerima sertifikasi, yang memungkinkan mereka untuk terus memproduksi tongkat-tongkat luar biasa ini.
Dengan adanya program pelatihan ini, para generasi muda tidak hanya mempertahankan warisan budaya mereka, tetapi juga menjadi duta yang menghidupkan kembali tradisi. Mereka bertanggung jawab atas kelanjutan produksi Al Jeriz, menjaga kualitas dan keasliannya agar tetap terjaga. Ini adalah investasi jangka panjang dalam pelestarian budaya.
## Generasi Z dan Milenial: _Proof_ Kalau Tradisi Itu Nggak Cuma Buat Orang Tua
Upaya pelestarian ini dilengkapi dengan tren yang berkembang di kalangan generasi muda, sebuah fenomena yang menggembirakan. Semakin banyak pemuda Omani, terutama mereka yang mencapai usia tertentu atau berpartisipasi dalam acara-acara penting, dengan bangga menggabungkan Al Jeriz ke dalam pakaian tradisional mereka. Ini membuktikan bahwa tradisi bisa sangat relevan.
Selama pernikahan, festival, dan perayaan nasional, mereka mengenakan tongkat Al Jeriz bersama dengan _khanjar_ (belati tradisional Omani) dan sabuk. Ini bukan sekadar aksesori tambahan, melainkan simbol kebanggaan dan kesinambungan budaya yang jelas dan kuat. Ini adalah cara elegan untuk menunjukkan akar budaya mereka.
Tongkat-tongkat berukir ini dibawa oleh para pemuda sebagai tanda penghormatan terhadap para tetua dan sebagai pengingat tentang siapa diri mereka. Mereka adalah anggota komunitas yang bangga dan tangguh, bagian dari sejarah yang panjang dan kaya. Al Jeriz menjadi pengikat identitas yang kuat di tengah arus modernisasi.
Mengapa tradisi semacam itu sangat vital, terutama di dunia yang berubah begitu cepat? Mereka berfungsi sebagai jangkar yang kokoh, melestarikan cerita, nilai-nilai, dan seni dari generasi yang telah lama berlalu. Al Jeriz mewujudkan lebih dari sekadar kerajinan; ia melambangkan ketahanan, kohesi sosial, dan identitas budaya yang tak tergoyahkan.
Di alun-alun dan taman umum Musandam, model-model Al Jeriz berdiri sebagai penjaga sejarah yang hening, memanggil setiap orang untuk mengingat masa ketika tongkat sederhana membawa makna yang mendalam. Mereka melambangkan ketahanan, seni, dan ikatan yang tak terputuskan antara masa lalu dan masa depan. Saat anggota suku yang bangga berkumpul, tongkat berjalan unik mereka menjadi pengingat yang ampuh: dalam tradisi terletak kekuatan untuk bertahan sepanjang zaman, dan di tangan mereka, kekuatan itu terus berkembang.