Artikel Editorial: Nunggu Izin Usaha di Indonesia? Lebih Lama dari Nunggu Gebetan Nge-chat!
Kenapa sih, urus izin usaha di Indonesia itu kayak nunggu kepastian dari gebetan yang PHP-nya kebangetan? Katanya mau perbaiki iklim investasi, tapi kok, kenyataannya, bikin perusahaan asing aja butuh waktu dua bulan lebih? Mungkin karena birokrasi kita lebih rumit dari rumus fisika, ya?
Bayangin, World Bank bilang, buat perusahaan asing bisa resmi beroperasi di Indonesia, butuh waktu 65 hari. Sementara di negara-negara yang lebih "ngebut" dalam urusan ekonomi, cuma tiga hari! Tiga hari, Cuy! Rasanya kayak beda zaman, ya? Kita masih pakai kereta kuda, mereka udah pakai jet tempur. Pemerintah sih, katanya mau berbenah diri. Menteri Investasi dan Hilirisasi bilang mau evaluasi, ngobrol sama kementerian lain, biar investasi makin kinclong. Tapi, omong doang, nih?
Investasi: Antara Janji Manis dan Realita Pahit
Laporan dari World Bank ini kan udah keluar dari bulan Oktober lalu. Artinya, waktu buat mikir dan bikin solusi tuh udah cukup banget. Tapi, kok, masih molor aja? Apa jangan-jangan, "evaluasi" ini cuma buat pencitraan, biar kelihatan kerja keras, padahal… ya gitu deh.
Mari Elka Pangestu dari Dewan Ekonomi Nasional juga bilang lagi bikin action plan. Action plan, lagi? Udah berapa banyak plan yang dibuat, tapi hasilnya masih gini-gini aja? Jangan-jangan, action plan ini cuma jadi koleksi dokumen yang numpuk di meja, tanpa ada action yang berarti.
Birokrasi: Labirin yang Bikin Pusing Tujuh Keliling
Sebenarnya, apa sih yang bikin urus izin susah banget? Apakah karena terlalu banyak persyaratan yang ribet, atau karena ada oknum-oknum yang doyan banget cari "kesempatan" di balik kerumitan birokrasi? Mungkin, keduanya, ya?
Mungkin juga, sistemnya yang belum terintegrasi dengan baik. Antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah, seringkali jalannya sendiri-sendiri. Akibatnya, data nggak sinkron, informasi nggak nyampe, dan akhirnya, masyarakat, investor, termasuk kamu juga yang kena getahnya. Kerja jadi nggak efektif, biaya jadi membengkak, dan waktu terbuang sia-sia.
Kompetisi Global: Kita Mau Jadi Apa?
Di era globalisasi kayak sekarang, persaingan itu ketat banget. Negara-negara lain berlomba-lomba menarik investasi, menawarkan kemudahan, dan menyederhanakan urusan perizinan. Kalau kita masih ngaret kayak gini, ya siap-siap aja ketinggalan kereta.
Masa, iya, kita mau jadi penonton aja, sementara negara lain udah panen investasi dan pertumbuhan ekonomi? Jangan sampai, deh. Kita punya potensi sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja yang banyak, dan pasar yang besar. Tapi, semua potensi itu nggak akan ada artinya kalau kita nggak bisa menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Solusi: Butuh Terobosan, Bukan Cuma Omongan
Pemerintah perlu lebih serius lagi dalam membenahi sistem perizinan. Bukan cuma sekadar janji manis di media, tapi juga tindakan nyata di lapangan. Sederhanakan persyaratan, pangkas birokrasi, dan berantas praktik-praktik korupsi.
Selain itu, perlu juga ada transparansi dan akuntabilitas. Semua proses perizinan harus jelas, mudah diakses, dan bisa dipantau oleh publik. Jangan sampai ada lagi investor yang merasa dipermainkan, karena urus izinnya nggak kelar-kelar.
Buat para pejabat, jangan cuma mikirin kepentingan pribadi atau kelompok. Ingat, investasi itu penting buat kemajuan bangsa. Kalau investor nyaman dan percaya, ekonomi kita akan tumbuh, lapangan kerja akan terbuka, dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
Intinya, jangan biarkan urusan izin usaha ini jadi penghalang kemajuan. Urusan birokrasi harusnya bikin gampang, bukan malah bikin pusing tujuh keliling. Kalau mau maju, ya harus berani berubah. Jangan cuma ngomong, tapi juga action. Jangan cuma bikin plan, tapi juga eksekusi. Jangan cuma janji, tapi juga bukti nyata.