Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

Budaya Asli Amerika Dirayakan di Discovery Park 2025

Visi Baru: Terrill Drake untuk Budaya & Komunitas Kita

Pernahkah merasa seperti sedang di-ghosting oleh birokrasi, atau ada perubahan penting tapi penjelasannya lebih misterius dari _ending_ film Christopher Nolan? Tenang, karena kali ini kita akan membahas transformasi yang terjadi di sebuah institusi bergengsi, di mana perubahan nama kantor ternyata menyimpan _plot twist_ dan misi yang jauh lebih dalam. Ini bukan sekadar ganti label di pintu, melainkan sebuah _upgrade_ sistem yang bertujuan untuk memastikan setiap individu merasa ‘dilihat’ dan ‘didengar’ di tengah kesibukan akademik yang super padat.

Perubahan nama Office for Community and Culture (OCC) bukan sekadar iseng atau karena bosan. Motivasi utamanya adalah menyelaraskan langkah dengan inisiatif yang lebih luas dari pihak universitas. Tujuannya sederhana namun krusial: memastikan setiap pengajar, staf, dan mahasiswa dapat berpartisipasi penuh dalam komunitas dan merasakan manfaat luar biasa dari belajar, bekerja, serta hidup berdampingan dengan individu-individu dari berbagai latar belakang dan pandangan. Ini ibarat _patch update_ yang membuat pengalaman pengguna jadi lebih inklusif.

Untuk Harvard Business School (HBS) sendiri, nama “Community and Culture” punya resonansi ganda yang kuat. Pertama, kata “komunitas” sangat bergaung, baik itu dari nilai-nilai komunitas yang sudah ada, maupun karena rasa kebersamaan yang semua orang berusaha bangun dan pertahankan. Ini seperti _password_ tersembunyi untuk akses kebahagiaan kolektif.

Kedua, mantan dekan HBS, Nitin Nohria, pernah mengambil langkah penting dengan menciptakan posisi kepemimpinan fakultas yang berfokus pada komunitas dan budaya. Posisi ini, yang saat ini dipegang oleh Kristin Mugford, memastikan ada _champion_ yang fokus pada pemberdayaan setiap individu di HBS agar bisa berkembang dan memberikan yang terbaik. Ini seperti memiliki _mentor_ khusus yang memastikan _progress_ semua anggota tim.

## Ketika Nama Baru Muncul, Bukan Cuma Ganti Baju

Lantas, mengapa nama kantor di HBS berbeda dengan kantor pusat universitas? Office for Community and Culture HBS secara spesifik menekankan pembangunan dan keterlibatan komunitas. Nama ini berfungsi sebagai pengingat bagi seluruh anggota kampus bahwa setiap individu bertanggung jawab dalam membentuk budaya yang mereka inginkan. Ini seolah menantang semua orang untuk menjadi _co-creator_ budaya, bukan hanya penikmat pasif.

Keyakinan inti di baliknya adalah bahwa pola pikir dan perilaku _intercultural_ dapat membantu anggota komunitas membangun jembatan dengan orang lain dari berbagai latar belakang. Tujuan akhirnya adalah memastikan mereka memiliki dukungan yang diperlukan untuk berhasil dalam upaya itu. Ibaratnya, ini adalah _tool kit_ untuk _networking_ lintas batas yang lebih efektif.

Alignmen nama juga diperkuat dengan jabatan dekan asosiasi senior untuk komunitas dan budaya, sebuah peran yang awalnya berfokus pada fakultas, lalu berkembang mencakup mahasiswa dan staf. Kemitraan antara kantor ini dengan dekan asosiasi senior selalu menjadi pusat dari pekerjaan tersebut. Jadi, masuk akal jika nama kantor dan jabatannya saling selaras, layaknya _soundtrack_ yang pas dengan _gameplay_.

Di sisi lain, Community and Campus Life (CCL) adalah unit di bawah Kantor Presiden yang melayani seluruh universitas dengan cakupan yang lebih luas, termasuk area seperti sumber daya disabilitas universitas. CCL mencapai visinya untuk mempromosikan Harvard di mana setiap orang dapat berkembang, berlandaskan nilai-nilai komunitas universitas, dan mendukung misi universitas dalam keunggulan penelitian, pengajaran, dan pembelajaran. Mereka adalah _superuser_ untuk keseluruhan sistem.

Hubungan kerja antara OCC dan CCL sangatlah erat. Pemimpin OCC tergabung dalam Community Life Officers Council, sebuah forum yang terdiri dari para pemimpin dengan peran serupa di seluruh universitas. Ruang ini menyediakan kesempatan untuk terhubung dengan Sherri Charleston, kepala petugas komunitas dan kehidupan kampus, serta para pemimpin senior di timnya.

Dalam pertemuan tersebut, mereka semua melaporkan perkembangan di bidang masing-masing, mendiskusikan upaya program, dan berbagi sumber daya. Ini ibaratnya _weekly sync_ para _developer_ yang memastikan semua _platform_ berjalan optimal. Pemimpin OCC juga berkonsultasi dengan Sherri mengenai inisiatif utama dan strategi komunikasi.

Nasihat dari pemimpin universitas di bidang ini dicari untuk mengidentifikasi potensi _ripple effect_ dari upaya OCC, serta peluang untuk kemitraan dan dampak yang lebih besar. CCL dalam kapasitas ini menyediakan dukungan _backbone_ untuk upaya komunitas dan budaya di seluruh universitas. Mereka berkolaborasi untuk mengidentifikasi tantangan umum, berbagi wawasan dari pendekatan lokal, dan membangun metode yang konsisten untuk melacak serta berbagi kemajuan.

## Bukan Sekadar _Rebranding_, tapi _Re-Scoping_

Selain perubahan nama, kantor OCC sedang menyelesaikan pembaruan cakupan dan prioritasnya untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan manfaat dari pekerjaan mereka. Meskipun selalu berupaya melayani seluruh komunitas secara luas, ada beberapa anggota yang merasa pekerjaan kantor dan cara komunikasi tentangnya tidak berlaku untuk mereka. Ini adalah masalah yang harus diatasi, seperti _bug_ dalam sebuah aplikasi.

Ke depannya, kantor tersebut akan lebih banyak berbicara tentang bagaimana mereka melayani semua segmen kampus, termasuk area seperti spiritualitas dan agama, kesadaran disabilitas, serta status sosial ekonomi dan berpenghasilan rendah. Perubahan-perubahan ini diharapkan akan memastikan bahwa komunitas melihat kantor tersebut ada untuk melayani setiap individu. Proses perencanaan strategis baru sedang dimulai, dan diharapkan akan ada kejelasan lebih lanjut mengenai pekerjaan mereka dalam beberapa bulan mendatang.

Lalu, apakah ini menandakan perubahan dalam cara kita berpikir dan berbicara tentang keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI)? Pertanyaan ini memang sangat umum belakangan ini. Keragaman, kesetaraan, dan inklusi adalah kata-kata dengan makna diskrit, meskipun sering digunakan untuk mewakili konsep dan konteks yang jauh lebih luas. Kantor tersebut meyakini bahwa pekerjaan mereka tidak pernah hanya tentang kata-kata tersebut.

Meskipun kata-kata DEI telah digunakan untuk mewakili upaya mendukung komunitas, jelas bahwa perlu ada _refresh_ perspektif dengan pendekatan yang lebih luas dan menyeluruh terhadap pembangunan komunitas serta rasa memiliki di HBS. Pendekatan ini harus selaras dengan misi akademik dan mengembangkan kosakata yang lebih mencerminkan pandangan yang lebih luas. Oleh karena itu, kata-kata seperti “komunitas” dan “budaya” akan lebih sering terdengar untuk mencerminkan perubahan pendekatan ini. Kantor tersebut dengan senang hati akan membantu anggota kampus menemukan cara untuk mengekspresikan pekerjaan mereka dalam ranah ini, seolah menyediakan _cheat sheet_ untuk komunikasi yang lebih efektif.

## Komitmen yang Tak Tergoyahkan, Hanya Lebih _Optimized_

Apakah ini juga menandakan perubahan yang lebih luas dalam nilai dan komitmen HBS serta universitas? Harvard dan HBS tetap berkomitmen pada nilai-nilai komunitas dan budaya mereka, yang berfungsi sebagai fondasi untuk pekerjaan yang dilakukan dan cara pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini mendukung misi akademik yang lebih luas dengan menciptakan komunitas di mana setiap individu dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan akademik sekolah dan universitas.

Dengan demikian, mereka berdedikasi untuk menghormati hak, perbedaan, dan martabat orang lain; kejujuran dan integritas dalam berurusan dengan semua anggota komunitas; serta akuntabilitas atas perilaku pribadi. Ini adalah _core values_ yang tidak akan pernah _nerf_.

Bagaimana dengan Rencana Kesetaraan Rasial (Racial Equity Plan)? Rencana ini adalah pendorong pembentukan kantor OCC dan fokus penting dalam pekerjaan mereka. Kantor tersebut akan terus mengintegrasikan niat di balik rencana tersebut dalam upaya mereka. Namun, aspirasi mereka selalu lebih besar. Setiap inisiatif yang dirancang hanya untuk satu kelompok, secara alami akan membuat kelompok lain bertanya tentang bagaimana sekolah dapat mengakui dan mendukung mereka.

OCC ingin mempertahankan semangat sejati dari Rencana Aksi Kesetaraan Rasial, tetapi juga memperluasnya sehingga setiap individu di seluruh komunitas melihat bagaimana OCC mendukung siapa mereka dan apa yang mereka bawa ke sekolah. Ini seperti _game_ yang awalnya hanya punya satu karakter utama, tapi sekarang membuka _roster_ karakter yang lebih beragam.

Lalu, apa artinya ini bagi kelompok afinitas staf dan klub mahasiswa berbasis identitas? Baik universitas maupun HBS akan terus mendukung kelompok afinitas dan klub untuk mahasiswa dan staf. Keputusan Mahkamah Agung _Students for Fair Admissions_ memperkuat pemahaman yang sudah lama dipegang bahwa kelompok-kelompok tersebut harus tetap terbuka dan menyambut semua anggota komunitas. Jadi, _guilds_ dan _clans_ kampus tetap akan beroperasi, dengan pintu terbuka lebar untuk semua _players_.

Kantor OCC akan terus menyediakan peluang belajar bagi seluruh anggota komunitas, terutama melalui _Connected Community Series_ untuk staf. Mereka juga berencana untuk mengimplementasikan konten serupa di ruang fakultas dan mahasiswa, serta akan terus menyediakan pendidikan tentang penanggulangan anti-Semitisme, Islamofobia, dan bias anti-Arab. Dalam beberapa bulan mendatang, anggota komunitas juga akan melihat peluang tambahan untuk keterlibatan komunitas dengan tujuan menumbuhkan hubungan di seluruh sekolah. Jika ada sumber daya spesifik yang diminati oleh siapa pun, mereka sangat dianjurkan untuk menghubungi kantor tersebut.

Pada akhirnya, perubahan nama dan pergeseran fokus ini bukanlah sekadar kosmetik, melainkan sebuah komitmen yang diperbarui untuk membangun komunitas yang lebih inklusif dan _supportive_. Ini adalah _update_ sistem yang dirancang untuk memastikan bahwa setiap individu, dengan segala keunikan dan latar belakangnya, tidak hanya bisa bertahan tetapi juga berkembang di lingkungan akademik yang dinamis ini.

Previous Post

Pixel Bertahan Hidup: Uji Ekstrem Google di Laboratorium

Next Post

Robbie Williams – Barlow: Album Baru Ungkap Stalker Morrissey

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *