Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Yomari Masuk Daftar UNESCO: Mengamankan Jejak Budaya

Pernahkah terbayang betapa merepotkannya jika makanan favorit, yang sudah turun-temurun jadi ikon budaya, tiba-tiba harus melewati birokrasi super ketat hanya untuk diakui keberadaannya? Rasanya seperti menunggu _update_ fitur baru di aplikasi kesayangan, padahal itu sudah jadi kebutuhan dasar. Namun, sebuah hidangan tradisional khas komunitas Newar di Nepal, yaitu Yomari, baru saja berhasil memenangkan pertarungan epik tersebut. Makanan lezat ini kini resmi terdaftar sebagai warisan budaya takbenda, seolah baru saja mendapatkan _centang biru_ dari Kementerian Pariwisata.

Pengakuan prestisius ini bukanlah hasil sulap, melainkan buah dari upaya gigih komunitas Newar di Lalitpur. Proses ini dikoordinasikan dan difasilitasi langsung oleh Pemerintah Kota Metropolitan Lalitpur, membuktikan bahwa kerja sama antar-komunitas dan pemerintah bisa menciptakan _combo_ yang _overpowered_. Kementerian Kebudayaan, Pariwisata, dan Penerbangan Sipil (MoCTCA) mengonfirmasi bahwa setelah komunitas Newar melengkapi semua prosedur dan menyerahkan bukti pendukung yang kokoh, Yomari akhirnya masuk daftar warisan budaya takbenda berdasarkan rekomendasi komite evaluasi dan rekomendasi.

Tahun lalu, Kementerian sempat meluncurkan “tantangan” untuk pendaftaran aset takbenda, dan hasilnya cukup mencengangkan: sekitar 105 aplikasi membanjiri meja mereka. Ibaratnya, banyak sekali _creator_ yang ingin kontennya _viral_. Namun, MoCTCA menjelaskan bahwa karena sebagian besar aplikasi lainnya memiliki prosedur yang belum lengkap, hanya Yomari yang berhasil _naik level_ tahun ini. Ini seperti hanya satu _player_ yang berhasil menyelesaikan semua _side quest_ dengan sempurna.

Aplikasi yang diajukan oleh komunitas Newar dari _wards_ 1 hingga 29 di Kota Metropolitan Lalitpur ini, resmi disetujui pada tanggal 8 Juli. Keputusan ini datang setelah melewati evaluasi dan rekomendasi dari dua komite yang berbeda, menunjukkan betapa ketatnya _screening_ yang dilakukan. Proses ini menegaskan bahwa untuk menjadi bagian dari daftar prestisius, sebuah hidangan harus memiliki lebih dari sekadar rasa lezat; ia harus memiliki akar budaya yang kuat dan dokumentasi yang rapi.

## Ketika Makanan Favorit Resmi Jadi _National Treasure_

Chiri Babu Maharjan, Wali Kota Metropolitan Lalitpur, tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Melalui sebuah pernyataan resmi, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses ini. Wali Kota Maharjan menyebut, “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada komunitas Newar, berbagai kelompok, dan semua komunitas atas upaya tanpa lelah dan pemikiran positif mereka, yang telah memungkinkan pencapaian ini.” Sebuah apresiasi tulus bagi para _stakeholder_ yang telah berkolaborasi.

Pencapaian ini tentu saja bukan akhir dari perjalanan Yomari. Wali Kota Maharjan menambahkan bahwa pihak pemerintah kota berharap dukungan dan kerja sama dari semua pihak akan terus berlanjut. Tujuannya tidak main-main: membawa warisan budaya takbenda ini untuk diakui dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Ini ibarat _upgrade_ status dari _local legend_ menjadi _global icon_.

Kementerian juga menyampaikan bahwa mulai tahun ini, upaya untuk mendaftarkan item warisan budaya takbenda telah dimulai secara lebih sistematis. Tujuannya jelas: melestarikan aset-aset berharga tersebut melalui identifikasi dan dokumentasi oleh komunitas terkait itu sendiri. Ini adalah langkah maju yang signifikan, menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga sebuah misi kolektif yang melibatkan semua lapisan masyarakat.

## Resep Rahasia di Balik Sebuah Pengakuan

Secara harfiah, dalam bahasa Nepali, ‘Yomari’ berarti “roti yang disukai”. Nama ini bukan sekadar julukan, melainkan cerminan dari betapa dicintainya hidangan ini. Selama satu dekade terakhir, persiapan dan konsumsi Yomari oleh komunitas Newar telah mendapatkan popularitas signifikan di Kathmandu. Hidangan ini tidak hanya lezat, tetapi juga membawa kisah dan sejarah yang mendalam.

Menurut legenda yang beredar, Yomari pertama kali dibuat di Panauti, sebuah distrik di Kavre. Kisahnya bermula dari sepasang petani yang dengan kreatifnya menggunakan tepung beras dan _Chaku_ (molase) yang tersedia di rumah. Mereka membuat hidangan lezat tersebut khusus untuk menantu mereka yang berasal dari Kathmandu. Menantu itu rupanya sangat menikmati hidangan tersebut.

Saking lezatnya, konon para Newar mulai menyebutnya sebagai “roti yang disukai”. Kisah ini menyoroti bagaimana sebuah hidangan bisa lahir dari kesederhanaan dan kasih sayang keluarga, kemudian bertransformasi menjadi simbol budaya yang diakui secara nasional. Yomari bukan hanya tentang rasa, melainkan juga tentang narasi, warisan, dan koneksi antar-generasi.

Pengakuan Yomari sebagai warisan budaya takbenda merupakan langkah penting dalam melestarikan jejak sejarah dan identitas sebuah komunitas. Di tengah arus modernisasi yang kadang menggerus tradisi, inisiatif semacam ini menjadi pengingat bahwa kekayaan budaya, sekecil apa pun bentuknya, layak untuk dilindungi dan diwariskan. Sebuah hidangan sederhana mampu membuktikan bahwa warisan leluhur memiliki kekuatan untuk menyatukan dan menginspirasi, bahkan di era yang serba digital ini.

Previous Post

Sapi Makan Hemp: Hati-Hati Kanabinoid di Dagingmu

Next Post

DR Kongo: PBB Kecam Dampak Serangan Fatal di Timur

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *